Di tengah jam kerja, tiba-tiba kamu kepikiran, “Kapan ya bisa hidup santai tanpa mikirin tagihan?” Atau mungkin, di luar kamu lihat orang lain bisa jalan-jajan tanpa nunggu cuti, sambil tetap punya penghasilan, lalu bertanya, “Orang-orang kok bisa kayak gitu, sih. Gimana caranya?”
Sip. Ini sudah jadi modal yang cukup untuk tahu lebih jauh soal financial freedom alias kebebasan finansial. Maksudnya bukan cuma punya uang banyak dan bebas foya-foya, tapi lebih ke kebebasan mengeluarkan uang tanpa cemas kehabisan.
“Lah, memangnya itu beda?”
Banyak orang kerja keras siang malam, tapi masih saja merasa ‘terjebak’ dalam siklus gaji ke gaji. Penghasilan bulanan besar, tapi masih kurang buat biaya hidup. Jadi terpaksa harus cari tambahan yang juga selalu nggak tersisa buat bulan depan. Ada juga yang penghasilannya cukup dan nggak perlu cari tambahan. Tapi benar-benar ngepas, sampai nggak bisa nabung atau investasi buat hari tua.
Waktu masa pensiun tiba, akhirnya kita cuma bisa mengandalkan tenaga renta yang tersisa untuk bertahan hidup. Atau yang lebih baik dihindari, menggantungkan penghidupan keluarga pada anak dan keturunan. Sesuatu yang akhirnya memunculkan fenomena sandwich generation, memaksa generasi muda jadi tulang punggung buat diri sendiri sekaligus orang tua yang nggak punya sumber pendapatan.
Makanya, financial freedom bukan soal berapa banyak uang yang kita punya. Tapi gimana kita mengaturnya supaya bisa berkembang dan menghasilkan lebih banyak. Sampai kita punya sumber keuangan yang cukup dan aman, meski sering belanja, sudah nggak bisa kerja, atau cuma mau menikmati hidup. Setidaknya nggak sampai membebani orang lain, termasuk keturunan sendiri.
Apa Itu Financial Freedom?
Simpelnya, financial freedom adalah kondisi kita bisa hidup nyaman tanpa harus bergantung pada gaji bulanan. Artinya, kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi, bahkan meskipun kita sudah berhenti kerja. Ini beda dengan ‘kaya’. Kalau kaya artinya punya banyak uang, financial freedom lebih ke punya pengaturan keuangan sistematis yang jalan sendiri buat menopang hidup dalam jangka panjang.
Kebebasan finansial ini biasanya terbagi dalam tiga level, yaitu financial security, financial independence, dan financial freedom. Kayak main game, kamu harus melewati setiap level biar bisa sampai ke puncak kebebasan finansial.
Level 1: Financial Security
Level pertama atau yang paling rendah, adalah financial security. Di tahap ini, kamu punya cukup dana buat menutupi kebutuhan dasar, kayak makanan, tempat tinggal, dan aneka tagihan setiap bulannya, tanpa kuatir kehabisan.
Di luar pengeluaran wajib, penghasilanmu masih tersisa untuk ditabung. Tabunganmu pun cukup buat biaya hidup kira-kira sampai enam bulan ke depan, kalau-kalau terjadi sesuatu yang nggak diinginkan, misalnya kena PHK.
Kamu mungkin punya utang konsumtif, tapi itu nggak jadi beban karena jumlahnya nggak terlalu besar. Meskipun kamu sewaktu-waktu bernasib sial sampai terpaksa berhenti kerja, tagihannya masih bisa terbayar lunas, sampai kamu bisa dapat pekerjaan lagi.
Level 2: Financial Independence
Level berikutnya, financial independence yang sudah lebih dari aman. Di tingkat ini, kamu sudah nggak lagi bergantung pada gaji bulanan. Soalnya, kamu punya penghasilan selain gaji bulanan yang bahkan sudah cukup buat menutupi kebutuhan dasar dan tagihan-tagihan wajib.
Bisa saja kamu mau nggak kerja atau malas-malasan, tapi ada pemasukan tetap yang mengalir setiap bulannya, misal dari investasi saham, bisnis autopilot, atau punya aset menguntungkan lainnya. Kalaupun kamu masih kerja, itu sudah bukan karena kebutuhan, tapi keinginan.
Contohnya, kamu berhasil nabung sampai bisa beli rumah yang dijadikan kos-kosan 10 kamar yang tarifnya Rp1 juta per bulan. Penghasilan dari rumah kos Rp10 juta/bulan, sementara pengeluaran wajibmu sebulan kurang lebih Rp8 juta. Jadi meskipun kamu nggak kerja formal, hidupmu masih bisa nyaman hanya dengan penghasilan dari kos-kosan.
Level 3: Financial Freedom
Ini tingkat paling tinggi, kamu bisa melakukan apa saja dengan uang yang dimiliki. Di level ini, uang bukan lagi jadi faktor penentu utama dalam mengambil keputusan. Kamu lebih bebas, karena jumlah tabunganmu banyak banget, plus punya penghasilan pasif yang nilainya jauh lebih besar dari pengeluaran. Mungkin saking besarnya, cukup buat menutup kebutuhan setiap bulan, meskipun kamu sudah nggak punya pemasukan lagi sampai akhir hayat.
Artinya, bebas mau kerja atau nggak, milih instrumen investasi sesuai minat, atau mendanai projek impian tanpa perlu cemas keuangan terganggu. Mau keliling dunia Senin depan? Gas. Koleksi Hot Wheels dalam bentuk real sampai bikin museum transportasi sendiri? Ayo! Bahkan kalaupun kamu mau bantu mengurangi deforestation dengan merestorasi hutan Kalimantan, bisa.
Kenapa Kebebasan Finansial Rasanya Sulit Dicapai?
Meraih kebebasan finansial nggak segampang itu. Faktanya banyak orang yang terjebak dalam siklus kerja keras siang malam. Meskipun penghasilannya besar, rasanya kurang terus karena selalu habis tiap akhir bulan. Kenapa bisa gitu?
Soal ini, bisa jadi masalahnya ada di mindset. Banyak orang lebih nyaman membelanjakan uang daripada menyimpan. Waktu transferan gaji masuk sudah sibuk cari-cari tempat makan hits atau buru-buru check out isi keranjang. Nabung atau investasi bukan jadi prioritas, bahkan dianggap jadi kebiasaan “buat orang kaya” saja.
Padahal justru pola pikir semacam ini yang membedakan antara orang yang bisa mencapai financial freedom dengan mereka yang terjebak dalam siklus gaji ke gaji. Mereka yang paham pentingnya investasi pasti akan menyisihkan sebagian pendapatan buat menambah aset, nggak cuma memenuhi gaya hidup sesaat. Apalagi gaya hidup yang terus meningkat seiring bertambahnya penghasilan atau lifestyle inflation.
Waktu penghasilan masih pas-pasan, orang sudah nyaman dengan makan di warteg atau beli pakaian sederhana. Tapi begitu gajinya naik, warteg mulai ditinggalkan dan beralih ke restoran fancy. Kalau dulunya beli baju nggak harus bermerk, kini merasa perlu memakai barang-barang branded. Bahkan muncul kebiasaan spending baru, seperti langganan atau beli ini-itu yang sebenarnya nggak perlu-perlu amat.
Meskipun pendapatan naik, tabungan tetap nol karena pengeluaran juga ikut bengkak. Akhirnya, tetap merasa kurang.
Model kayak gini, biasanya karena orang terlalu fokus pada keuangan saat ini, nggak mikir kemungkinan yang bisa terjadi 10—20 tahun lagi. Nggak kepikiran sama yang namanya tabungan, apalagi investasi atau dana pensiun. Akibatnya pas kena musibah darurat yang nggak terduga, keuangan langsung goyah.
Padahal, perencanaan keuangan itu nggak harus rumit. Hal-hal simpel, seperti menyisihkan minimal 10-20% penghasilan buat investasi, nabung untuk dana darurat, atau sekadar membatasi utang konsumtif bisa bikin masa depan finansial lebih stabil.
Mitos & Fakta Kebebasan Finansial
Kebebasan finansial bukan cuma bisa dicapai oleh segelintir orang kaya. Ini salah satu mitos yang sering disalahpahami sama orang-orang. Orang dengan penghasilan sedang pun bisa bebas secara finansial kalau bisa mengelola keuangannya dengan baik.
Gaji bulanan yang besar juga bukan jaminan kalau nggak diiringi pengelolaan yang baik. Banyak orang berpenghasilan tinggi tetap hidup dari gaji ke gaji, soalnya terlalu nuruti gaya hidup yang terus inflasi. Orang yang berpenghasilan standar dengan kebiasaan nabung dan investasi, bisa lebih cepat mencapai financial freedom.
Memang nggak ada yang namanya jalan pintas. Mustahil bisa dapat banyak tanpa taruhan risiko yang tinggi. Financial freedom adalah hasil perencanaan keuangan yang matang, investasi yang konsisten, dan disiplin dalam mengelola pengeluaran
Kalau mau cepat, kamu bisa mencapainya dengan modal kecerdasan dan tirakat. Mungkin dengan menabung 80% dari gaji, sementara 20% sisanya gimanapun harus cukup sebulan. Dalam beberapa tahun kamu sudah terbiasa bergaya hidup minimal, dengan jumlah tabungan yang cukup untuk investasi. Lalu nunggu sampai penghasilan pasifnya stabil, sambil tetap disiplin menjaga pengeluaran biar nggak jebol. Mau?
Mitos lain yang sering muncul adalah”investasi cuma buat orang kaya karena butuh modal besar.” Padahal zaman sekarang, investasi mulai Rp100 ribu juga bisa. Ini bukan soal nominal, tapi konsistensinya. Kalau strategimu tepat, modal awal yang kecil bisa berkembang dan tumbuh jadi aset besar.
Dan kalau dibilang orang bisa full nganggur setelah mencapai kebebasan finansial, itu juga nggak tepat. Financial freedom memungkinkan kamu bisa bekerja dengan senang hati, bukan sekadar wajib. Kamu bisa kerja tanpa tekanan selain ekspektasimu sendiri, berarti lebih bebas dan berkualitas.
Salah satu tujuan financial freedom justru adalah punya waktu lebih untuk menikmati hidup. Kalau proses ke sana malah bikin hidup terasa penuh tekanan, berarti strateginya ada yang keliru. Prinsipnya bukan cuma soal uang, tapi juga keseimbangannya dengan waktu dan kualitas hidup.
Sekarang, Gimana Caranya?
Ingat! Nggak ada yang instan. Bahkan Bandung Bondowoso pun masih kalah sama ayam berkokok waktu membangun candi buat Roro Jonggrang. Butuh strategi, disiplin, dan kebiasaan keuangan yang baik untuk mencapai financial freedom. Di sini, ada langkah-langkah yang bisa kamu lakukan, dikutip dari laman Investopedia.
1. Tentukan Tujuan Keuangan dengan Jelas
Apa arti kebebasan finansial buatmu? Kalau semua orang ingin hidup nyaman tanpa harus khawatir soal uang, ini cuma akan jadi impian kalau tanpa tujuan yang jelas. Jadi, mulailah dengan menetapkan, berapa banyak uang yang kamu butuhkan, gaya hidup kayak gimana yang ingin dijalani, dan pada usia berapa kamu ingin mencapainya. Lalu bikin perencanaan mundur dari target itu ke usia kamu sekarang, dengan menetapkannya secara bertahap. Catat semuanya dan jadikan pedoman.
2. Bikin Anggaran Bulanan & Disiplin Mematuhinya
Perencanaan anggaran bulanan adalah alat paling efektif buat memastikan semua pengeluaran dan investasi terpenuhi. Kamu bisa mengontrol pengeluaran agar nggak tergoda beli barang nggak penting. Tapi ingat! Kuncinya bukan cuma di pembuatan anggaran, tetapi juga konsisten menjalankannya.
3. Lunasi Utang Konsumtif Secepat Mungkin
Utang konsumtif, misalnya kartu kredit, barang non-modal, dan pinjaman berbunga tinggi lain adalah penghambat terbesar. Semakin lama dibiarkan, maskin besar pula beban bunga yang harus dibayar. Makanya, jadikan utang ini prioritas utama untuk segera dilunasi. Sementara pinjaman yang bunganya lebih rendah, seperti KPR atau kredit pendidikan bisa dipastikan dibayar sesuai jadwal. Ketepatan pembayaran utang bisa membantu kamu mempertahankan skor kredit, sehingga lebih mudah kalau harus pinjam dana buat modal bisnis.
4. Sisihkan Dana Darurat Secara Otomatis
Sebelum jauh-jauh mikirin investasi, kamu harus mengawalinya dengan memastikan dana darurat. Kira-kira jumlahnya cukup untuk menutupi kebutuhan selama 3-6 bulan. Caranya dengan menabung, tapi autodebit ke rekening tabungan setiap kali menerima gaji. Karena otomatis, kamu jadi nggak punya kesempatan tergoda duluan untuk jajan dengan uang tersebut.
5. Mulai Investasi Sejak Dini
Kalau dana darurat sudah terkumpul, tetap sisihkan gaji buat tabungan. Nantinya, tabungan yang baru ini bisa kamu pakai buat investasi. Soalnya investasi ini cara paling efektif buat meningkatkan jumlah uang dalam jangka panjang. Tapi kalau masih pemula, sebaiknya jangan ngawur, gunakan platform investasi yang ramah pemula, seperti emas, deposito, atau reksadana.
6. Hidup di Bawah Kemampuan Finansial
Hemat pangkal kaya. Dan gaya hidup hemat bukan berarti hidup sengsara. Banyak orang kaya yang tetap milih hidup sederhana karena mereka tahu bedanya antara kebutuhan dan keinginan. Fokus pada hal penting dan mengurangi lainnya bisa bikin keuanganmu lebih sehat tanpa harus mengorbankan kenyamanan.
7. Belajar Literasi Keuangan
8. Rawat Aset yang Dimiliki
Jaga semua aset milikmu agar kondisinya tetap baik. Itu termasuk barang-barang pribadi, modal bisnis, juga yang terpenting, kesehatan diri. Mencegah lebih baik daripada mengobati, merawat lebih murah daripada mengganti. Barang-barang yang dirawat dengan baik akan lebih awet dan nggak cepat rusak. Kondisi kesehatan buruk karena pola makan ngawur, jarang olahraga, dan nggak rutin periksa ke dokter bisa menurunkan produktivitas kerja, bahkan menghabiskan dana darurat.