Buat yang belum tahu, procrastination atau prokrastinasi adalah tindakan menunda-nunda dalam mengerjakan sesuatu dengan sengaja, sampai mepet di menit-menit akhir, mendekati tenggat waktu, atau bahkan kelewatan.
Istilahnya diambil dari bahasa Latin, “procrastinare“, yang artinya “menunda atau menunda sampai hari lain.”
Ini sedikit beda dengan malas, kalau menurut Jenny Yip, psikolog yang direktur lembaga pembelajaran anak, Little Thinkers Center. Pimpinan lembaga pendidikan nonformal yang berpusat di Los Angeles itu memberi contoh perbedaan antara malas dan prokrastinasi.
- Malas: “Aku nggak mau memikirkannya sama sekali.”
- Prokrastinasi: “Mikir soal kerjaan membuatku terganggu, jadinya malah sulit untuk menyelesaikannya.”
Tahu bedanya? Jujur saja, hipmin sendiri agak yakin kalau kedua pernyataan di atas sama saja.
Tapi sebenarnya ada perbedaan detail antara malas dan prokrastinasi. Keduanya sama-sama miskin motivasi, tapi orang yang prokrastinasi umumnya menyelesaikan pekerjaannya, meski terpaksa.
Sementara orang yang malas memang cenderung nggak mau menyelesaikan tugas karena nggak mau effort. Motivasi untuk menghemat usaha mengalahkan semangat buat melakukan hal yang sebaiknya dikerjakan.
Prokrastinasi Itu Kebiasaan Buruk
Siapa di antara kamu yang suka nunda pekerjaan? Ketahuilah, bahwa menurut nilai sosial yang dianut kebanyakan orang, itu adalah kebiasaan buruk. Bahkan dianggap berbahaya kalau sudah memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Kalau melansir Psych Central, perilaku prokrastinasi bisa berdampak pada kesehatan, baik fisik maupun mental. Kamu yang punya kebiasaan itu dikatakan bakal lebih gampang stres, serta lebih berpotensi mengalami insomnia, gangguan pencernaan, sampai nyeri-nyeri dan otot tegang.
Dalam konteks tanggung jawab profesi, baik di sekolah maupun dunia kerja, menunda pekerjaan bisa memicu konsekuensi serius. Prestasi bisa anjlok, bahkan nihil. Menghasilkan nilai atau pendapatan yang rendah, bahkan pencopotan status (DO/PHK).
Dan kalau dipikir lebih dalam lagi, tingkat pendidikan rendah dan maraknya PHK bisa meningkatkan jumlah pengangguran, yang kemudian berpengaruh ke ekonomi nasional. Pada akhirnya, negara ini bisa kolaps, bangkrut kaya Yunani, hanya karena warganya biasa menunda pekerjaan.
Tapi, stop overthinking. Itu cuma analisis ngawur belaka.
Meski ngawur, tapi ada studi yang menunjukkan kondisi-kondisi semacam itu. Melansir Kompas, ada studi tahun 2013 yang mengaitkan penundaan dengan pendapatan lebih rendah, pengangguran meningkat, dan durasi kerja yang lebih pendek. Sayangnya lansiran kami nggak menyebutkan, itu studi oleh siapa dan dari lembaga apa.
Alasan-Alasan Para Penunda
Orang malas boleh punya alasan macam-macam. Tapi nggak berarti dia bisa mangkir dari konsekuensi kemalasannya. Kalau berani menunda tugas sampai melebihi deadline, mau nggak mau harus siap kalau hasilnya nggak sesuai target.
Prokrastinasi sering diidentikkan dengan kemalasan, jadi nggak heran kalau kebiasaan itu kerap dicap buruk. Tapi setelah tahu bedanya, tentu ada faktor spesifik yang memicu procrastination, dan itu berkaitan dengan aspek psikologi.
Rumah Sakit McLean, pusat kesehatan psikiatris terbesar milik Sekolah Kedokteran Harvard. Pernah menerbitkan artikel yang menerangkan soal sebab-sebab pemicu kebiasaan menunda pekerjaan. Di antaranya:
- Merasa bosan, sehingga menundanya sampai rasa bosan hilang.
- Nggak pede dengan kemampuan diri sendiri.
- Takut dan cemas dengan risiko yang mungkin dihadapi saat mulai mengerjakan.
- Perfeksionis, selalu ingin sempurna, baik dalam proses maupun hasilnya.
- Terdistraksi oleh hal selain kewajiban yang menarik perhatian, sampai lupa mengerjakan.
Tipe-Tipe Orang yang Suka Prokrastinasi
Selain itu, ada beberapa rumusan tentang tipe-tipe orang yang suka menunda-nunda, seperti:
1. Pembangkang
Orang yang nggak mau patuh aturan. Ia mengerjakan tugas semaunya sendiri, nggak peduli tepat waktu, mepet, atau telat. Suka-duka dia mau bagaimana.
2. Penghindar
Orang ini menunda pekerjaan karena khawatir nggak bisa atau gagal mengerjakan. Lalu lebih milih menghindari daripada hasilnya jelek kalau dikerjakan.
3. Perfeksionis
Sama cemasnya, tapi orang perfeksionis lebih fokus pada kesempurnaan kerja yang memuaskan, meski harus terus-menerus menunda.
4. Pengkhayal
Orang ini bagus dalam wacana dan perencanaan. Saking bagusnya, sampai mustahil untuk diwujudkan. Lalu dia frustasi, sehingga menunda menyelesaikan pekerjaan.
5. Multitasker
Tipe multitasker menunda-nunda karena terlalu banyak tugas yang jadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini, mereka punya manajemen waktu yang buruk. Sampai bingung, bahkan nggak tahu mana tugas yang harus didulukan.
6. Cari Masalah
Orang ini suka menunda pekerjaan sampai mendekati batas waktu. Hanya saja mereka justru menikmati sensasi tekanan itu, malah bikin semakin kreatif dan bersemangat. Tapi, kalau proses dan hasilnya nggak sesuai prediksi, dia juga bisa stres berat.
Prokrastinasi Negatif Melulu, Lalu Mana Positifnya?
Kalau menunda-nunda selalu berakibat terburu-buru, kurang optimal, bahkan gagal, tentu saja itu buruk. Dan memang, sebagian besar menganggap prokrastinasi sebagai tanda kurangnya disiplin dan tanggung jawab. Juga bisa jadi pemicu stres berlebihan saat tenggat waktu semakin mendekat.
Ini nggak cocok buat kamu yang memegang prinsip “waktu adalah uang”. Di tengah paradigma yang menjunjung tinggi produktivitas, prokrastinasi pasti akan dicap negatif.
Tapi jangan salah. Kebiasaan menunda pekerjaan juga punya sisi positif, khususnya kalau dilakukan secara aktif.
Ada beberapa situasi di mana prokrastinasi justru memberi manfaat atau keuntungan buat pelakunya. Hanya saja, perlu diingat bahwa manfaat ini cuma berlaku buat orang penunda yang ingin menyelesaikan tugas, bukan semata-mata karena dia malas mengerjakan.
Justru Lebih Kreatif Setelah Menunda
Ada sebuah studi pada karyawan di Korea oleh Jihae Shin (Yale University) dan Adam M.Grant (University of Pennsylvania). Mereka menemukan karyawan yang justru lebih kreatif setelah mereka menunda pekerjaan secara moderat atau dalam durasi sedang (hampir setengah jalan sebelum batas waktu). Sebaliknya, karyawan yang langsung mengerjakan tugas, atau yang menundanya terlalu panjang, cenderung lebih rendah kreativitasnya.
Kenapa bisa begitu? Perlu diingat lagi bahwa ini bukan soal malas. Penunda menerima tugas dan sengaja nggak langsung mengerjakannya. Ia mengambil jarak dulu, cari inspirasi, atau mempelajari tugas itu sampai ketemu cara efektif untuk menyelesaikannya sampai mendapatkan hasil terbaik.
Kadang menunda pekerjaan sebenarnya bisa memberi ruang buat pikiran kita untuk melakukan background processing. Meskipun nggak terlihat ada kemajuan besar waktu kamu menunda kerja, otakmu tetap sibuk mencari solusi secara nggak langsung. Bahkan otakmu bisa lebih bebas dan kreatif, mengeksplor ide-ide baru yang mungkin nggak kepikiran sebelumnya.
Kinerja Lebih Optimal
Ada juga teori Yerkes-Dodson yang bilang bahwa kita bekerja paling baik ketika tingkat stres kita nggak terlalu rendah, tapi juga nggak terlalu tinggi. Memang agak aneh, tapi penundaan yang moderat bisa bikin kamu ada di level stres yang menguntungkan, yang akhirnya bikin jadi lebih produktif.
Ada studi yang menunjukkan kalau penundaan dan hasil nilai mahasiswa bisa berhubungan positif, terutama kalau mereka nggak terlalu takut dengan ujian yang akan datang.
Pernah nggak ngerasain hal ini? Awalnya kamu gampang banget terdistraksi. Tapi begitu tenggat waktu mendekat, tiba-tiba fokus jadi tajam dan produktivitas melonjak. Ini bisa dijelasin lewat “efisiensi kognitif”. Karena waktunya makin sedikit, kamu terpaksa harus memaksimalkannya.
Keputusan Lebih Jitu
Kalau dilihat dari sudut pandang evolusi, prokrastinasi bisa dibilang sebagai strategi bertahan hidup yang diturunkan oleh nenek moyang kita. Manusia cenderung lebih suka menunda-nunda di lingkungan yang sulit diprediksi.
Kenapa begitu? Karena kalau kita berusaha keras sekarang, tapi masa depannya nggak jelas, usaha itu bisa saja jadi sia-sia.
Contohnya, suku-suku nomaden di masa lalu harus menunda berburu saat cuaca buruk. Lebih baik menyimpan energi dan menunggu waktu yang lebih pas supaya perburuannya berhasil.
Ini adalah strategi yang udah tertanam dalam diri kita sejak ribuan tahun yang lalu. Kadang, dengan menunda keputusan, kita malah bisa bikin pilihan yang lebih tepat, terutama kalau keadaannya penuh ketidakpastian.
Malah Lebih Banyak Tugas yang Selesai
Percaya atau nggak, kadang menunda tugas besar bisa bikin kita malah nyelesein tugas-tugas kecil lainnya. Daripada nggak ngapa-ngapain, para penunda biasanya sibuk dengan tugas yang prioritasnya lebih rendah sebelum ngerjain yang besar.
Misalnya, sebelum nulis artikel ini, hipmin malah makan dulu, ngopi, cek email, makan lagi, bahkan nonton konser, rapat, bikin konten medsos, sampai upload artikel lain. Tugas-tugas itu mungkin kelihatan nggak penting, tapi bikin nggak terlalu stres.
John Perry, penulis buku The Art of Procrastination: A Guide to Effective Dawdling, Lollygagging and Postponing menyebutnya sebagai “prokrastinasi terstruktur”. Di mana kita ngerjain hal-hal yang nggak terlalu penting tapi akhirnya tetap produktif.
Meskipun begitu, tetap ada risiko kalau kamu terus menunda-nunda dan nggak ngerjain tugas penting sama sekali.