Ada banyak jalan menjemput rupiah. Tapi yang terbaik ya kerja. Kalau malas ikut orang, mungkin bisa coba buka usaha.
Kamu tahu lah, zaman sekarang, apa saja bisa jadi cuan. Bahkan baju bekasmu bisa laku kalau difoto yang proper terus dipajang di sosial media.
Belum lagi, bisnis-bisnis yang mengusung konsep spiritual, sugesti, sampai hal berbau mistis. Di Indonesia pasti laris manis. Keuntungannya pun nggak disangka-sangka.
Meski mengandung kontroversi dan skeptisme, ada beberapa bisnis yang justru makin digandrungi banyak orang. Nggak tahu ya, entah karena pengaruh budaya, janji-janji instan, atau cuma pada FOMO aja.
Ini beberapa bisnis kontroversial yang belakangan lagi (atau masih) ngetren di Indonesia:
Garam Ruqyah
Bisnis Garam Ruqyah ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Tapi belakangan mencuat lagi setelah ada seorang YouTuber yang nge-spill laba dan omzet jualan garam spiritual ini.
Kata CEO Malaka Project, Ferry Irwandi, garam yang harganya cuma Rp3.000 – Rp6.000 per 500 gram, bisa dijual seharga Rp150.000 setelah diberi label “ruqyah.” Ferry bilang, bahkan satu toko garam ruqyah bisa omzetnya sampai Rp4,4 miliar.
Produk ini memang jadi tren di kalangan masyarakat Muslim Indonesia. Diklaim punya manfaat spiritual dan kesehatan, karena katanya, garam ini sudah dibacakan doa dan ayat-ayat Al-Qur’an.
Garam ruqyah sebenernya adalah garam biasa yang diproses dengan cara dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa tertentu. Tujuannya buat memohon perlindungan atau penyembuhan dari gangguan jin, sihir, atau penyakit. Cara pakainya bisa dibuat mandi atau berendam, atau diawur-awurkan ke tempat yang punya energi negatif.
Tapi, ya itu, klaim-klaim penyembuhan seperti ini lebih banyak bersifat subjektif dan belum ada pembuktian ilmiah yang kuat.
Tentu aja, fenomena ini bikin kontroversi. Wakil Ketua PWM Jatim, Ustaz Sholihin Fanani bahkan kaget dan sedih melihat ada orang yang niat jualan garam ruqyah. Dia bilang, garam dan air itu kan sebenernya cuma untuk kebutuhan sehari-hari, bukan buat mengusir jin atau penyakit.
“Nggak ada dalil atau dasar yang membenarkan hal ini,” sebutnya. Kalau kita mau mengatasi gangguan spiritual atau penyakit, ya berdoa dan minta perlindungan kepada Allah, bukan mandi air garam. Menurut beliau begitu.
Pak Ustaz juga mengingatkan agar orang-orang nggak nggak gampang percaya sama produk-produk yang nggak ada dasarnya, apalagi kalau itu cuma untuk cari cuan. Jadi, lebih baik cari jalan yang masuk akal dan sesuai dengan ajaran agama.
Tapi lagi, kalau kamu penasaran dan pengen pembuktian, monggo dicoba. Garam Ruqyah sekarang masih beredar luas dan gampang dibeli di e-commerce kesayanganmu.
Obat Kuat
Jualan obat kuat. Bisnis kontroversial ini nggak ada matinya di Indonesia. Ada yang dijual online, ada juga yang beredar santai di kios-kios offline.
Vice dan detikcom, pernah nulis liputan soal penjualan obat kuat di kios kecil, kisaran tahun 2020 – 2023.
Salah satu kios kecil di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, blak-blakan memajang obat kuat dalam berbagai bentuk—tablet, serbuk, olesan, sampai cokelat. Salah satu produk andalannya, Soloco, dijual seharga Rp500 ribu.
Di Jakarta, kawasan Matraman sampai Jatinegara bahkan surganya pedagang obat kuat. Di sini, gerobak-gerobak yang dimodifikasi jadi mirip etalase apotek kecil berjajar rapi. Dari Viagra sampai Urat Madu, semua ada.
Harganya cukup bikin melongo. Viagra eceran, dihargai Rp50 ribu per tablet. Kalau mau hemat, ada diskon tiga tablet Rp100 ribu. Tapi obat lokal kayak Jaguar dan Urat Madu lebih murah, mulai dari Rp15 ribu per kemasan isi dua tablet. Cuan nggak main-main, karena konsumen tetap ada setiap malam. Kira-kira ada 10 orang aja yang beli Viagra bijian, si penjual sudah dapat duit Rp500 ribu.
Belum lagi yang gerilya jualan online juga. Di antara artikel-artikel itu, ada salah satu pedagang yang ngaku kalau jualan dari satu toko online saja, sehari dia bisa dapat Rp800 ribu. Bahkan ada rekan sejawatnya yang sekarang hidup seperti sultan, berkat jualan obat kuat.
Buat dagang obat kuat, rata-rata pedagang cuma butuh cari koneksi ke agen. Barang bisa didapat tanpa uang muka. Kalau harus nyetok, modal awalnya cukup Rp5 juta. Tapi sudah pasti nanti akan laba. Ini kita bicara obat kuat yang legal ya. Kalau yang illegal, nggak tahu deh..
Bukan rahasia kalau sebagian besar pembeli obat kuat sejatinya nggak benar-benar punya masalah medis. Banyak yang sekadar pengen eksperimen atau tampil lebih perkasa. Tapi di sisi lain, ada juga pria dengan disfungsi ereksi (impotensi) yang memang membutuhkan. Maka, obat kuat jadi solusi instan. Tapi, apa hasilnya sebanding sama risikonya? Soalnya banyak produk yang dijual tanpa izin BPOM, jadi pembeli patut ragu.
Beberapa merek obat kuat memang mengklaim sebagai obat herbal alternatif atau vitamin. Tapi kadang bahannya nggak tercantum di label. Terus, pengguna obat kuat juga pasti akan merasakan efek samping seperti pusing, tekanan darah rendah, mual, berdebar-debar, sampai gemetar.
Menurut artikel di situs halodoc, beberapa orang mungkin merasakan keefektifan konsumsi obat kuat. Tapi bisa jadi juga itu cuma sugesti dari pikiran sendiri. Soalnya, kepedean seorang pria juga mempengaruhi terjadinya ereksi. Jadi, silakan simpulkan sendiri.
Tarot Reader
Bisnis ramal meramal banyak digandrungi anak muda, dan sekarang konsumennya bahkan melebar ke ibu-ibu juga. Salah satunya meramal lewat kartu tarot.
Orang biasanya akan bertanya soal problem pribadi, jodoh, rezeki, kesehatan, cari pencerahan dan sebagainya. Sama seperti bisnis-bisnis yang sudah dibahas tadi, jalurnya bisa lewat online atau offline.
Memang cukup kontroversial, apalagi kalau disandingkan sama kepercayaan agama tertentu. Banyak juga yang meragukan keakuratan ramalan tarot dan lebih percaya bantuan medis seperti psikolog.
Tapi terlepas dari itu semua, bisnis ini sebenarnya cukup menguntungkan. Gambarannya begini, satu sesi tarot yang sederhana rata-rata bisa dihargai mulai Rp100 ribu per 30 menit. Kalau konsultasi langsung (offline), harga bisa naik jadi Rp250 ribu per jam.
Coba bayangin, kalau dalam sehari seorang pembaca tarot bisa melayani 12 orang, berarti dia udah bisa dapet sekitar Rp1,2 juta per hari. Kalau dalam sebulan kerja 20 hari, dia bisa dapet sekitar Rp24 juta. Gaji UMR-mu kalah jauh.
Kalau sesi lewat telepon atau video call, tarifnya bisa lebih mahal, sekitar Rp300 ribu per 45 menit. Jadi, apabila si pembaca tarot aktif dan tekun, omzetnya sudah pasti gede.
Pasar tarot diprediksi bakal berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan. Studi dari HardMan & Well bilang kalau pasar tarot bisa tumbuh sampai Rp3,34 triliun (214,34 juta dolar AS) pada tahun 2022-2026. Artinya, meskipun tarot dianggap kebutuhan tersier, prospeknya besar.
Dengan semakin banyaknya orang yang penasaran sama tarot, bisnis ini juga makin berkembang. Sekarang banyak yang ngelakuin bisnis tarot profesional, bahkan mereka punya tim dan manajemen yang oke. Banyak juga yang buka kursus online buat ngajarin baca tarot.
Menurut salah satu tarot reader yang cerita ke hipmin, membaca tarot nggak butuh anugerah tersendiri. Sangat bisa dipelajari.
Cek Khodam
Para user TikTok pasti familiar sekali sama tren Cek Khodam. Fenomena ini muncul setelah seorang kreator bikin live dengan klaim bisa baca khodam cuma lewat nama follower-nya.
Gaya live-nya nggak memperlihatkan wajah, cuma suara yang dengan cepat baca nama-nama orang yang nonton, diikuti khodam di balik nama tsb. Ada Nyi Blorong, Naga Kocak, Raja Sumatera, dll yang sebenarnya menghibur saja.
Tapi kemudian, karena banyak peminatnya, para kreator akhirnya pilih cari untung dari para penonton yang tertarik. Banyak penonton yang balapan memberi gift bunga mawar (harganya Rp250 per tangkai) agar nama mereka segera dibacakan.
Satu akun kreator saja bisa dapat seribu penonton tiap live. Bahkan ada yang rela langganan berbayar puluhan ribu per bulan buat akses khusus live chat sama sang kreator. Nggak disangka, ternyata banyak juga yang percaya sama khodam-khodaman itu.
Padahal, sebenarnya, dalam budaya Jawa, cek khodam nggak segampang itu. Harus ada ritual dan tata cara khusus yang harus diikuti, nggak cuma berdasarkan nama. Jadi kalau ada yang ngaku bisa baca khodam orang lewat nama di TikTok ya bisa jadi cuma trik bisnis aja.
Menurut sosiolog Wahyu Budi Nugroho dari Universitas Udayana, yang dikutip dari Kumparan, fenomena ini menggambarkan kurangnya budaya ilmiah di Indonesia. Ketimbang beralih ke pendekatan psikologi atau cara-cara yang lebih masuk akal, banyak orang justru tertarik dengan hal-hal yang nggak rasional.
Oh iya, tapi hipmin nggak maksud mempengaruhi kamu ya. Jadi mau percaya atau nggak, mau setuju atau menolak, terserah. Hehe.. yuk kerja lagi!