Wednesday, May 21, 2025
Kirim tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
When Life Gives You Tangerines/Netflix.

Main ke Jeju Island, Pulau Cantik yang Sering Muncul di Drama Korea

by Lionita Nidia
6 April 2025
in Pelesir
A A
0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Udah nonton perjalanan keluarga Oh Ae-sun dan Yang Gwan-sik di drama Korea When Life Gives You Tangerines yang bikin nangis terharu tersedu-sedu, belum?

Drama yang tayang perdana di Netflix sejak 7 Maret 2025 ini sekarang lagi nge-hits secara global. Menurut data dari FlixPatrol per 18 Maret, serial ini berhasil tembus posisi ke-5 untuk chart global Netflix dan jadi yang paling banyak ditonton di sembilan negara, termasuk Korea, Vietnam, Thailand, Taiwan, dan Filipina.

Tapi bukan cuma alur cerita dan akting IU sama Park Bo-gum yang menyentuh hati, lokasi-lokasi yang muncul dalam drama ini juga bikin penonton ikut jatuh cinta. When Life Gives You Tangerines sukses membangkitkan rasa penasaran netizen sama Jeju Island—pulau tropisnya Korea Selatan yang cantik banget itu.

When Life Gives You Tangerines. (Netflix)

Serial ini menceritakan kisah hidup Oh Ae-sun, cewek kelahiran Jeju yang rebel dan cerdas, dan Yang Gwan-sik, cowok kuat dan sedikit lemot tapi setia dan ‘green forest’ banget.

Ceritanya mengalir lewat empat musim yang menggambarkan indahnya lanskap Pulau Jeju dari musim semi yang penuh bunga, sampai dinginnya salju musim dingin. Kebayang dong, betapa dramatis sekaligus estetiknya?

Meski sebagian besar set dramanya dibangun di Gyeongsangbuk-do, bukan di Jeju langsung, tapi vibes Jeju-nya tetap kerasa kuat. Beberapa scene memang diambil langsung di Jeju, dan sisanya disulap sedemikian rupa supaya kelihatan autentik.

Jeju Island memang bukan pemain baru dalam dunia pariwisata Korea. Dulu sempat jadi destinasi wajib untuk honeymoon, liburan keluarga, sampai tempat healing.

Selain pemandangan indah, Jeju punya daya tarik lain yang nggak kalah ikonik: tangerine alias jeruk Jeju. Buah ini bahkan jadi simbol yang diangkat langsung dalam judul drama. Di dunia nyata, tangerine Jeju memang terkenal manis, juicy, dan cuma bisa kamu temuin di sana.

Belum lagi tradisi budaya Jeju yang unik, dari rumah batu lava sampai bahasa lokal yang beda dari Korea daratan. Terus masih banyak pantai yang alami, perkebunan bunga, gunung berapi. Nggak heran kalau banyak yang menyebut Jeju sebagai “Hawaii-nya Asia”.

doc. expedia.co

Pulau ini terbentuk dari aktivitas vulkanik jutaan tahun lalu. Buktinya bisa kamu lihat langsung di garis pantainya yang dipenuhi batuan basal hitam, atau di gua-gua lava bawah tanah yang jadi saksi bisu kelahiran pulau ini. Keunikan geologis ini bikin Jeju Island dapet tiga gelar prestisius dari UNESCO sekaligus.

Pertama, Warisan Dunia untuk Pulau Vulkanik dan Terowongan Lava-nya, termasuk Sistem Terowongan Lava Geomunoreum yang megah. Terus Global Geopark, karena keberadaan landmark seperti Seongsan Ilchulbong alias Sunrise Peak yang terbentuk dari letusan ribuan tahun lalu. Sama Cagar Biosfer, yang melindungi keanekaragaman hayati dari gunung hingga lautnya sejak 2002.

Tapi warisan Jeju nggak cuma soal alamnya. Ada satu tradisi yang tetap hidup sampai sekarang. Yaitu para haenyeo, atau dikenal juga sebagai “wanita laut”.

Mereka adalah penyelam tradisional yang udah ada sejak ratusan tahun lalu. Tanpa bantuan tabung oksigen, haenyeo menyelam bebas sampai dua menit untuk memanen hasil laut. Dan yang bikin makin salut, banyak di antara mereka yang usianya udah 60 sampai 80 tahun, tapi masih aktif menyelam.

Para haenyeo di When Life Gives You Tangerines.

Tradisi ini begitu luar biasa sampai akhirnya juga diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Bukan cuma soal teknik menyelamnya, tapi juga filosofi hidup mandiri, tangguh, dan saling menopang di antara komunitas perempuan ini.

Paket wisata lengkap itu bikin Jeju Island jadi wishlist liburan banyak orang. Bayangin aja, setiap tahunnya lebih dari 14 juta orang datang ke sini. Dari turis lokal sampai internasional.

Halo Effect Drama Korea

Ledakan popularitas drama Korea juga ikut berkontribusi besar dalam menarik minat wisatawan. Banyak banget serial populer yang pakai Jeju Island sebagai lokasi syutingnya.

Nggak cuma When Life Gives You Tangerines, ada juga Welcome to Samdal-ri, Extraordinary Attorney Woo, All In, Running Man, On the Way to the Airport, Our Blues, My Love from the Star, Crash Landing on You sampai Warm and Cozy, dan buanyaaak lagi.

Lanskap alam yang dramatis, suasana desa yang tenang dan autentik, sampai warna-warna musim yang begitu kontras, jadi ‘kanvas hidup’ buat visual drama Korea.

Pulau ini bisa kelihatan hangat dan ceria saat musim semi, sekaligus melankolis dan sendu waktu musim gugur atau dingin. Cocok banget buat menggambarkan emosi karakter dalam drama.

Makanya, meskipun produksi drama kadang dibikin di tempat lain, nama “Jeju” tetap dipakai karena kekuatannya sebagai simbol lokasi yang emosional dan memorable.

Tapi, menurut data dari Asosiasi Pariwisata Jeju Island, jumlah wisatawan domestik ke pulau ini terus menurun dalam tiga tahun terakhir.

Salah satu penyebabnya adalah tren liburan orang Korea yang sekarang lebih banyak milih destinasi luar negeri, terutama negara-negara Asia Tenggara, Jepang, dan Tiongkok. Ditambah lagi, jumlah penerbangan domestik ke Jeju juga ikutan berkurang.

Terus, image Jeju sempat kena sentimen negatif gara-gara pelayanan yang dianggap kurang ramah, tarif wisata yang kemahalan, sampai munculnya beberapa kasus kejahatan yang melibatkan turis dalam beberapa tahun terakhir.

Nah, drama When Life Gives You Tangerines datang di saat yang pas banget. Jeju butuh momen besar buat bangkit, dan drama ini kelihatannya punya “halo effect” yang bisa jadi penyelamat sektor wisata.

Pemerintah Provinsi Khusus Jeju pun langsung gercep dengan bikin kampanye wisata musim semi yang berlangsung dari 28 Maret sampai 6 April. Kampanye ini mengangkat pesona Jeju di musim semi.

When Life Gives You Tangerines. (Netflix)

Mereka juga kerja sama dengan Dinas Warisan Korea (KHS) dalam program “Visit Jeju Heritage Year 2025” yang berlangsung sampai akhir tahun. Tujuannya buat ngegencarin festival budaya yang jadi ciri khas pulau ini.

Ada juga tur spesial yang ngajak pengunjung ngeksplor kebun tangerine, lihat lumba-lumba hidung botol di laut sekitar Jeju, dan menikmati hamparan bunga kamelia yang cantik di lokasi-lokasi syuting drama. Serunya lagi, ada undian tiket pesawat ke Jeju buat para pengunjung terpilih.

Mengutip situs SCMP, Seorang pejabat dari industri pariwisata bilang, sejak drama ini tayang, minat orang buat datang ke Jeju naik drastis. Bahkan wisatawan asing juga diprediksi bakal makin banyak yang tertarik berkunjung, seiring naiknya popularitas drama Korea secara global.

Kim Yang-bo, Direktur Biro Budaya, Olahraga, dan Pendidikan Pemerintah Jeju, juga bilang, “Kami berharap sumber daya budaya dan alam Jeju akan diperkenalkan ke seluruh dunia melalui kesuksesan global drama yang menangkap keindahan empat musim Jeju.”

Napak Tilas Lokasi Syuting When Life Gives You Tangerines

Kalau kebetulan kamu berencana liburan ke Jeju, mungkin bisa coba datang ke lokasi asli syuting keluarga ‘jeruk keprok’.

Salah satu set asli syuting serial itu adalah Pantai Gimnyeong Seongsegi, di timur laut Jeju. Pantai ini punya kombinasi laut biru jernih, pasir putih, dan bebatuan lava hitam yang khas.

Dalam drama, tempat ini muncul waktu Ae-sun kecil (10 tahun) duduk menunggu ibunya pulang dari menyelam mencari abalon. Si ibu, seorang haenyeo tangguh, selalu jadi orang terakhir yang balik ke daratan.

When Life Gives You Tangerines.(instagram.com/netflixkr)

Adegan para haenyeo memanggang kerang di tepi pantai juga difilmkan di sini, dan nuansanya benar-benar menggambarkan kehidupan tradisional perempuan penyelam Jeju yang legendaris itu.

Lalu ada Kuil Dongamsa yang terletak di bawah tebing Seongsan Ilchulbong. Di drama, tempat ini muncul sebagai lokasi ketika Ae-sun dipaksa melakukan meditasi 3.000 kali sujud oleh ibu mertuanya biar bisa mengandung anak laki-laki. Sisi dramatisnya kuat banget, tapi pemandangan sekeliling kuil ini juga luar biasa indah, apalagi kalau kamu datang pas musim bunga kanola mekar.

Ngomong-ngomong soal Seongsan Ilchulbong, spot ini juga jadi lokasi syuting yang nggak boleh dilewatkan. Ladang bunga kanola di sekitarnya jadi latar beberapa adegan yang memorable dalam drama. Selain buat foto-foto, tempat ini memang salah satu lokasi terbaik buat nikmatin matahari terbit di Jeju.

Jeju Mokgwan-a, bekas kantor pemerintahan dari era Dinasti Joseon, juga sempat tampil di drama. Lokasinya ada di Samdo 2-dong, Jeju-si, dan sekarang jadi situs warisan nasional. Di salah satu episode, diceritakan Ae-sun dan Gwan-sik duduk di depan aula Yeonhui sambil nulis puisi, pas Festival Halla Chunsa Baekiljang tahun 1967.

When Life Gives You Tangerines. (Netflix)

Ada juga adegan saat Ae-sun jalan kaki di antara ladang bunga sambil gendong Geum-myeong kecil. Lokasinya adalah ladang buckwheat di Ora-dong. Ladang buckwheat terbesar di Korea, yang juga ditanami bunga canola.

Kalau datang di bulan Mei, Juni, atau Oktober, kamu bisa lihat bunga-bunga mekar penuh sambil sekilas ngintip siluet Gunung Hallasan di kejauhan.

Lanjut ke Pelabuhan Geumneung yang mungil tapi ikonik. Kapal-kapal nelayan hilir mudik di sini, dan kamu bisa lihat mural, mercusuar, sampai bunga musiman yang mekar tergantung waktu kunjungan. Mulai dari kanola, hortensia, sampai silver grass yang romantis banget.

Geumneung Port – When Life Gives You Tangerines. (Netflix)

Sama jalan setapak di Gujwa-eup dan oreum (bukit vulkanik kecil) yang jadi lokasi jalan-jalan bareng keluarga Ae-sun dan Gwan-sik.

Buat yang suka nuansa alam yang unik, bisa datang ke Doguri Al di Daejeong-eup, Seogwipo. Ini kolam pasang surut alami, tempat yang muncul saat anak Ae-sun bertengkar sama pacarnya. Uniknya, tempat ini juga dikenal sebagai spot untuk lihat lumba-lumba.

Pelesir ke Jeju Island

Ada beberapa opsi buat berkunjung ke Jeju. Akses ke pulau ini terbilang gampang dan fleksibel, tinggal kamu pilih mau lewat udara atau laut.

Rute paling populer buat sampai ke Jeju adalah naik pesawat dari Bandara Gimpo (GMP) atau Incheon (ICN) di Seoul langsung ke Bandara Internasional Jeju (CJU). Durasi penerbangannya cuma sekitar 1 jam aja, pas banget buat kamu yang nggak mau ribet dan pengen langsung sampai. Ini juga jadi opsi paling nyaman, apalagi kalau kamu punya itinerary padat.

Tapi, pesawat ke Jeju biasanya tipe pesawat kecil, jadi aturan bagasinya lebih ketat. Kamu cuma boleh bawa satu tas jinjing ke kabin. Kalau kamu bawa koper atau tas ekstra, pastikan udah booking bagasi dari jauh-jauh hari. Soalnya, mereka nggak melayani pemesanan bagasi tambahan dadakan di bandara.

Terus, jangan kaget kalau kamu bingung nyari konter check-in waktu sampai di bandara. Banyak maskapai yang kerja sama alias codeshare, jadi nama maskapainya bisa beda dari yang kamu booking. Tipsnya: langsung tanya aja ke bagian informasi bandara biar nggak buang-buang waktu muter-muter.

Kalau pengen perjalanan yang lebih slow dan santai, kamu bisa naik ferry. Tapi sebelumnya, kamu harus ke pelabuhan dulu:

Naik bus dari Seoul ke Wando atau Mokpo, sekitar 4–5 jam. Atau naik kereta Korail dari Stasiun Seoul ke Mokpo atau Osong. Dari sana, kamu bisa lanjut ke Wando–Jeju sekitar 3 jam naik ferry. Mokpo–Jeju sekitar 4–5 jam.

Yang seru, kamu bisa menikmati angin laut dan pemandangan sepanjang perjalanan. Beberapa ferry bahkan bisa bawa kendaraan kayak mobil atau motor pribadi, cocok kalau kamu mau road trip keliling Jeju.

Pemesanan tiket feri sekarang juga bisa dilakukan secara online, jadi tetap praktis walaupun kamu pilih jalur laut.

Buat yang nggak terburu-buru dan pengen nikmatin perjalanan dari awal, bisa naik KTX (Korea Train Express) dari Seoul ke Mokpo atau Osong, lanjut naik ferry ke Jeju. Total waktu perjalanan bisa 10–12 jam, tapi buat pecinta slow travel, ini bakal jadi pengalaman yang asyik banget.

 

SendShareShareTweet

Tulisan Lainnya

Pelesir

Daftar Kedai Kopi Terbaik Dunia, Ternyata Gini Juga Ada Rankingnya

13 March 2025
Pelesir

Tahu Nggak, Siapa Penemu Ayam Goreng Pertama Kali?

7 March 2025
Pelesir

Julukan Kota di Indonesia yang Artinya Bisa Bikin Salah Sangka

9 February 2025
Pelesir

Bosen Nge-Date yang Gitu-Gitu Aja? Coba Ide Kencan Unik Berikut

29 January 2025
Next Post

Single: “Radiance” dari Tutus Thomson, Optimisme Bernuansa Space Punk

Berjuang Susah Payah Jadi Dokter, Eh Pasiennya Malah Self-Diagnosis

Baju Bekas, Cerita Baru, Tren dan Pasar Thrifting yang Laku Keras

The Red Car Theory: Dunia yang Kelihatan Kompak Sebenarnya Cuma Ilusi

Please login to join discussion

© 2025 hipKultur.com

Opsi Lainnya

  • About
  • Contact

Ikuti

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Sign Up
Kirim Tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result

© 2025 hipKultur.com