Suatu hari kamu sedang berada dalam sebuah rapat mingguan kantor, tiba-tiba kamu teringat kalau belum ngasih makan kucingmu. Cepet-cepet buka hape buat nge-chat orang rumah, eh tapi ada notifikasi DM Instagram dari sobatmu, obrolan tentang gosip terbaru. Jiwa kepo-mu tak tertahankan, jadi memutuskan bales DM dulu. Sekalian stalking dikit sosok yang lagi diomongin. Terus pas mau balik ada postingan lucu, scroll lagi ada yang seru, scroll lagi makin menarik. Akhirnya kamu ditegur bosmu, terus disuruh presentasikan ide baru. Blablabla.. rapat selesai, kamu balik kerja lagi ke mejamu.
Tapi masih lupa, kucingmu nggak jadi dikasih makan.
Kalau kejadian kayak gitu sering banget, bisa jadi kamu lagi kena yang namanya popcorn brain. Fenomena di mana pikiran kamu gak bisa stay fokus di satu hal, dan terus aja loncat-loncat ke hal lain.
Istilah popcorn brain pertama kali dipopulerin tahun 2011 sama David Levy, seorang peneliti dari Universitas Washington. Levy nyebutnya secara spontan dalam wawancara untuk menggambarkan gimana fokus kita gampang terpecah-pecah, kayak popcorn yang meletup-letup dengan cepat di dalam panci panas.
Menurut Levy, hidup di era digital yang penuh gangguan kayak gini memang bikin otak kita susah banget buat fokus.
Tapi, nggak perlu panik, popcorn brain bukan penyakit atau gangguan yang punya diagnosis resmi, kok. Nggak tertulis juga di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).
Terus, jangan dikira ini juga mirip sama gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ya, karena itu beda kasus. Otak popcorn itu sebenarnya reaksi otak kita terhadap lingkungan yang penuh stimulasi. Kalau ADHD gangguan perkembangan neurologis yang lebih serius dan berlangsung lama.
Gejala ADHD bisa beda-beda, tergantung tipe gangguan yang dialami—ada yang lebih hiperaktif dan impulsif, ada juga yang lebih gak fokus atau gampang teralihkan, atau kombinasi keduanya. Misalnya, orang dengan tipe ADHD hiperaktif/impulsif bakal susah duduk diam, sering gelisah, suka menyela, sering lupa, atau bisa ngomong tanpa pikir panjang. Ada penderita ADHD tipe gampang teralihkan, suka lupa, kesulitan belajar atau ngatur diri sendiri, dan lebih sulit buat fokus pada detail.
Nah, bedanya sama otak popcorn, meski kamu merasa pikirannya kacau dan susah fokus, itu gak sampai ke level gangguan serius kayak ADHD. Meski gejalanya mirip, otak popcorn cenderung terjadi karena kebiasaan dan lingkungan kita yang super sibuk dan penuh distraksi.
Intinya, popcorn brain itu bukan kelainan, tapi lebih ke fenomena atau kondisi di mana otak kamu kebanyakan beban mental, sampai bikin kamu gampang stres, kelelahan, dan lebih cemas. Akibatnya, kamu jadi susah konsentrasi, sering terganggu, dan gak bisa menyelesaikan tugas-tugas sampai tuntas.
Tanda-Tanda Kamu Kena Popcorn Brain
Perlu diingat, popcorn brain itu nggak sama buat setiap orang. Intensitasnya bisa beda-beda tergantung kebiasaan kamu, seperti seberapa sering kamu terpapar media sosial atau seberapa banyak tugas multitasking yang kamu lakukan, kata Jennifer Wolkin, PhD, psikolog kesehatan klinis yang juga pendiri BrainCurves Practice.
Jadi, semakin sering kamu terpapar informasi yang bikin overstimulasi, semakin besar kemungkinan popcorn brain ini makin intens. Tanda sederhana yang mengarah ke popcorn brain bisa jadi begini:
1. Pikiran Serasa Berserakan
Pernah nggak kamu merasa kayak pikiran kamu gak bisa tenang? Misalnya, lagi fokus ngerjain kerjaan, tapi otak malah kepikiran belanjaan yang belum selesai, atau mendadak pengen scroll medsos buat ngecek apa yang lagi viral. Ini tanda kalau otak kamu terlalu terbiasa multitasking, jadi gak bisa stay di satu hal aja.
2. Merasa Gak Nyambung Sama Orang-Orang di Sekitar
Popcorn Brain bikin kita lebih gampang “terputus” dari dunia nyata. Misalnya, pas lagi nongkrong sama teman, kamu malah sibuk ngecek HP. Atau, bukannya nikmatin obrolan bareng keluarga, kamu kepikiran meeting besok. Ujung-ujungnya, kamu tenggelam di pikiranmu sendiri. Rasanya kayak..di dalam keramaian aku masih merasa sepi~
3. Sering Pindah-Pindah Topik Pas Ngobrol
Lagi ngobrol sama orang, terus tiba-tiba lompat bahas topik lain tanpa nyambungin dulu. Tanda kalau otak kamu terbiasa banget lompat-lompat fokus, sama kayak waktu kamu lagi doomscrolling.
4. Gampang Terdistraksi Hal Kecil
Baru lima menit buka laptop buat kerja, tiba-tiba ada notifikasi HP. Eh, malah keasyikan scroll IG, terus lupa kerjaan. Popcorn brain bikin otak kamu selalu haus distraksi, karena udah terbiasa dikasih stimulasi non-stop.
5. Sulit Menyelesaikan Tugas Sampai Akhir
Kamu udah mulai kerja atau baca artikel, tapi selalu berhenti di tengah jalan karena kepikiran hal lain. Efeknya, gak ada yang benar-benar selesai, dan kamu malah merasa makin overwhelmed.
6. Kelelahan Mental yang Gak Ada Habisnya
Otak yang terus-menerus “berisik” karena popcorn brain pasti bikin kamu capek. Akhirnya, energi mental kamu terkuras habis bahkan sebelum jam pulang kantor.
7. Ngerasa Overwhelmed Sama Semua Hal
Kamu merasa semuanya terlalu banyak. Terlalu banyak notifikasi, terlalu banyak tugas, terlalu banyak pilihan. Ini ciri khas popcorn brain yang bikin kamu gampang panik atau bingung mau mulai dari mana.
8. Kesulitan Menikmati Momen Tanpa Gadget
Kapan terakhir kali kamu menikmati momen tanpa harus foto atau buka HP? Kalau kamu ngerasa gak nyaman atau gabut saat gak ada gadget di tangan, itu bisa jadi salah satu tanda popcorn brain. Otak kamu udah terbiasa tergantung sama stimulasi digital, sampai lupa gimana caranya menikmati momen-momen yang sederhana.
Kenapa Otak Kita Jadi Popcorn?
Salah satu penyebab utama kamu terjebak dalam fenomena Popcorn Brain adalah penggunaan teknologi yang kebangetan. Nggak cuma soal scrolling media sosial tanpa henti, tapi juga aplikasi dan segala teknologi lain yang bikin otak kita terus-menerus teraktivasi dengan rangsangan.
Kata ahli psikologi, Daly, media sosial itu bikin sistem penghargaan di otak kita bekerja terus-menerus. Misalnya, setiap kali kita dapet like di Instagram atau komentar di TikTok, otak kita merasa senang dan makin pengen terus merasakannya. Jadi, kita jadi ketagihan sama perasaan enak itu.
Fenomena ini disebut penguatan intermiten—istilah keren yang artinya otak kita dapet hadiah secara nggak teratur, kayak dapet hadiah dari aplikasi yang kita pakai. Tiap dapat notifikasi atau likes di media sosial, otak kita langsung dihujani dopamin, bikin kita merasa senang dan pengen itu terulang lagi.
Tapi, masalahnya, kalau otak nggak terisi, dia bakal terus mencari kesenangan ini, yang bikin kita makin keasyikan sama ponsel. Bahkan, menurut sebuah studi imiah tahun 2023, kehadiran ponsel di dekat kita aja bisa mengganggu perhatian dan performa kognitif kita, apalagi kalau lagi kerja atau belajar.
Ada juga faktor lain yang bikin otak kita gampang banget terpecah, yaitu rentang perhatian yang makin menurun. Ya gimana lagi, seoalnya sekarang semakin banyak konten yang diproduksi, dan kita jadi semakin sibuk konsumsi konten tanpa henti.
Menurut sebuah studi di Nature Communications tahun 2019, makin banyak konten yang kita lihat, makin terbatas perhatian kita. Dalam survei yang dilakukan oleh King’s College London, 73% orang bilang kalau media sekarang itu pada berebut perhatian banget.
Gloria Mark, peneliti dari Universitas California, juga ngebahas hal ini dalam bukunya Attention Span: A Groundbreaking Way to Restore Balance, Happiness, and Productivity. Dari studi yang dia lakukan selama dua dekade, dia nemuin kalau rentang perhatian kita turun drastis, dari yang dulu rata-rata 2,5 menit di tahun 2004, sekarang cuma 47 detik aja dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat kita pakai perangkat. Dan ini gak cuma bikin produktivitas kita turun, tapi juga nambahin stres. Semakin sering otak kita teralihkan, semakin besar juga tingkat stres yang kita rasakan.
Semua itu akhirnya jadi siklus yang susah banget diputus. Dengan terus-menerus terganggu oleh notifikasi dan dorongan dopamine, kita makin sulit fokus dan akhirnya makin banyak yang gak selesai.
Cara Mengatasi Popcorn Brain
Otak kita sekarang udah kayak microwave, dipenuhi gangguan yang datang terus-menerus. Efeknya fokus jadi buyar, produktivitas menurun, dan stres makin parah. Nah, biar gak terus-terusan kena efek Popcorn Brain, kamu mungkin bisa coba beberapa cara ini:
1. Bikin Batasan Teknologi
Media sosial dan notifikasi di HP memang tiada habisnya. Tapi kalau kamu terus-menerus terganggu, otak jadi nggak bisa fokus lama-lama, dan tugas yang harusnya cepat selesai malah makin lama. Ini juga bisa bikin kamu ngerasa bersalah karena gak bisa berhenti scroll, kan?
Solusinya, coba atur waktu sendiri, berapa lama kamu boleh buka media sosial dalam sehari. Kalau bisa, blokir aplikasi yang nggak penting biar fokusmu nggak terpecah. Kamu mungkin juga bisa coba bikin zona bebas HP. Misalnya waktu kerja atau makan. Jauh-jauh dulu deh sama smartphone biar bisa lebih fokus dan kerjamu lebih produktif.
Kamu juga bisa coba dektoks digital. Misal di hari Minggu pagi nggak usah buka HP dulu. Fokus bersih-bersih rumah, menyiram tanaman, cuci baju, olahraga, atau kegiatan manusia lainnya. Terus, usahakan jangan langsung ngecek HP pas bangun tidur. Biar otak kamu refresh lagi dan nggak terus-terusan terpapar teknologi.
2. Bangun Rutinitas
Kalau otak udah kebanyakan popcorn dan gak fokus, sebaiknya mulai bikin rutinitas hidup. Dengan rutinitas yang terstruktur, kamu bisa melawan kebiasaan negatif dan lebih mudah konsentrasi.
Mungkin bisa mulai dengan pakai timer atau stopwatch buat ngecek berapa lama kamu bisa fokus. Set target waktu kerja, dan saat gangguan muncul, berhenti sejenak dan coba lagi.
Kamu juga perlu lebih memahami diri sendiri. Kira-kira seberapa lama kamu bisa fokus. Jangan dipaksakan, nanti juga akan pecah, percuma. Tentukan waktu tertentu buat fokus kerja, dan coba lakukan di tempat yang sama. Latihan konsisten bisa bantu otakmu stay focus.
Jangan lupa juga buat jaga kesehatan mental dan fisik dengan olahraga teratur dan mindfulness. Kalau penggunaan teknologi udah mulai mengganggu kehidupanmu, mungkin saatnya cari bantuan profesional.
3. Pecah Tugas Jadi Bagian Kecil (Chunking)
Tugas yang menumpuk bisa bikin otak kamu overload. Tapi kalau kamu bisa bagi tugas besar jadi bagian yang lebih kecil, semuanya jadi lebih gampang. Misalnya, tugas kantor yang sepertinya berat banget bisa lebih ringan kalau kamu fokus pada satu hal dulu.
Kalau ada banyak email atau chat yang masuk, bales dan selesaikan yang menurutmu paling penting dulu. Jangan mikirin keseluruhan tugas kantor yang banyak itu, pilih satu yang bisa kamu kerjain dulu.
4. Coba Meditasi
Pernah coba meditasi nggak? Ternyata, meditasi bisa bantu banget buat ngatur fokus tau. Ini juga cara yang efektif buat ngurangi stres dan memperbaiki perhatian. Kalau stres sama pekerjaan atau tugas yang gak ada habisnya, coba deh sesekali jalan-jalan, meditasi, atau yoga. Itu bisa kasih otakmu waktu buat reset dan jadi lebih fokus.
Ya udah, kalau gitu, habis baca tulisan ini taruh HP-mu sebentar. Terus baru balik lagi buat baca tulisan yang lain, hehe..