Kebanyakan orang mungkin menganggap tidur adalah solusi utama buat mengatasi rasa lelah. Padahal nggak juga. Tidur saja nggak cukup buat mengembalikan energi dan bikin tubuhmu rileks.
Dr. Saundra Dalton-Smith, M.D., dokter di Alabama, US State, bilang kalau “istirahat adalah terapi alternatif yang paling jarang digunakan, bebas bahan kimia, aman, dan efektif.” Tapi, menurut Dr. Saundra, tidur belum bisa disebut benar-benar istirahat.
Dia punya pengalaman pribadi waktu lagi momong dua anak kecil sembari kerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Dia kira, kalau pas capek banget, burnout, mungkin masalahnya cuma kurang tidur. Tapi meski sudah tidur 7-9 jam tiap malam, rasa capek di tubuhnya nggak kunjung hilang.
Setelah konsultasi sana sini dan melakukan serangkaian penelitian, Dr. Saundra menemukan jawaban kalau ada banyak aspek dalam tubuh kita yang perlu diberi waktu buat pulih, bukan cuma tidur.
Banyak pasiennya yang kekurangan 7 jenis istirahat, mulai dari fisik sampai spiritual. Temuannya itu lalu ditulis dalam bukunya Sacred Rest: Recover Your Life, Renew Your Energy, Restore Your Sanity yang diterbitkan tahun 2017.
Kalau kamu sekarang lagi merasa “AH CAPEK BANGET”, coba praktikkan teori dari Dr. Saundra ini, siapa tahu better..
7 Jenis Istirahat yang Dibutuhkan Tubuh:
1. Istirahat Fisik
Istirahat fisik bukan cuma soal tidur malam yang cukup. Menurut Dr. Dalton-Smith, tubuh kita juga membutuhkan active rest—aktivitas ringan yang bisa meningkatkan peredaran darah dan merilekskan otot, seperti yoga, peregangan, atau pijat.
Kamu akan tahu tubuhmu kekurangan istirahat fisik kalau merasakan nyeri atau kaku setelah beraktivitas.
Istirahat fisik juga bisa dilakukan dengan jalan-jalan santai atau tidur siang bentar.
Jadi, kalau merasa capek banget, cobalah lakukan aktivitas ringan tadi. Kalau mager, didiamkan aja, otot-ototmu malah makin kaku.
2. Istirahat Mental
Banyak pikiran bisa menguras energi mental kita. Istirahat mental berfungsi untuk memberi ruang bagi otak untuk berhenti sejenak dari segala tugas dan masalah.
Caranya, coba kamu kosongkan pikiran sebentar. Alihkan ke meditasi, menulis jurnal, atau sekadar duduk diam lihat pemandangan.
Luangkan waktu beberapa menit setiap beberapa jam untuk benar-benar memberikan kesempatan otakmu istirahat.
Kalau dalam psikologi, ada namanya teknik defusi: menjauhkan diri dari segala macam drama di kepala—mulai dari pikiran random, keyakinan yang udah lama nggak di-update, sikap, asumsi, sampai kenangan lama.
Teknik difusi biasa diterapkan dalam psikoterapi Acceptance and Commitment Therapy (ACT), yang mengajarkan kita buat menerima bahwa pikiran itu ada, tapi nggak harus didengarkan terus.
Anggap aja kayak melihat daun yang melayang di atas sungai, atau awan yang bergerak perlahan di langit. Ada, tapi lama-lama akan hilang juga.
Teknik itu juga sering dipakai dalam terapi kecemasan dan depresi, khususnya Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
3. Istirahat Sensorik
Kita hidup di dunia yang penuh dengan stimulasi visual dan suara—laptop, HP, percakapan yang nggak ada habisnya, lampu yang terus menyala, suara-suara jalanan, orang bleyer motor, sound horeg, dsb. Otak kita mudah terjebak dalam overload sensorik.
Istirahat sensorik memberi kesempatan buat menenangkan indera. Cobalah mengambil waktu menyendiri dalam keheningan atau menikmati waktu tanpa teknologi. Palingan bisa dilakukan beberapa jam sebelum tidur malam. Pas lagi sepi-sepinya.
Ini jadi kesempatan emas buat pikiran dan tubuhmu menyegarkan diri.
4. Istirahat Kreatif
Berapa kali kamu merasa stuck, nggak bisa nemuin ide segar, atau bahkan jenuh gara-gara kebanyakan brainstorming?
Buat kamu yang sehari-hari kerja dan bergelut di bidang kreatif, sebetulnya wajib untuk menerapkan istirahat kreatif.
Salah satu caranya adalah dengan menghindari tekanan buat langsung ‘berhasil’ atau ‘berkreasi’.
Cobalah keluar dari rutinitas dan beri ruang bagi otak untuk menyerap inspirasi tanpa merasa tertuntut menghasilkan sesuatu.
Misalnya, jalan-jalan di alam, dengerin musik, atau nonton film yang nggak ada hubungannya sama kerjaan. Biarkan otakmu istirahat dulu, biar nanti bisa kembali dengan ide yang lebih segar.
5. Istirahat Emosional
Kadang kita merasa harus menunjukkan semuanya baik-baik saja, meskipun di dalam hati sedang hancur lebur. Itu namanya menekan emosi. Cara itu justru nggak baik sama sekali.
Kalau bisa, coba deh lakukan istirahat emosional dengan lebih jujur sama diri sendiri. Kalau emang lagi frustrasi, bilang aja yang sebenarnya. Dengan begitu, otak dan hati kita bisa lebih lega.
Oh, dan jangan lupa juga untuk berada di sekitar orang-orang yang bisa kasih kedamaian emosional. Kadang, sedikit ruang untuk merasa aman itu penting.
6. Istirahat Sosial
Kamu pasti pernah sesekali merasa sosial energimu habis setelah ngobrol panjang lebar dan ketemu banyak orang.
Penting banget, sahabat, untuk tahu kapan harus recharge. Istirahat sosial maksudnya memberi ruang untuk diri sendiri dari tuntutan sosial. Bukan berarti menghindari teman, pacar, atau keluarga. Tapi memberi sedikit batasan interaksi sosial.
Mungkin kamu bisa pilih menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mendukungmu dan punya positive vibes.
7. Istirahat Spiritual
Tiap orang punya kebutuhan spiritual yang beda-beda. Tapi sebagian besar dari kita butuh hal-hal seperti tujuan hidup, cinta dari orang lain, dan rasa diterima dalam suatu komunitas atau lingkungan.
Kalau kamu sedang merasa kehilangan rasa “penting” dalam hidup, itu bisa jadi tanda kalau kamu butuh lebih banyak istirahat spiritual.
Untuk bisa recharge secara spiritual, coba cari komunitas yang bikin kamu merasa terhubung. Bisa lewat budaya sesuai keyakinan kamu, entah itu yang berhubungan dengan agama atau tidak.
Cara lain buat menjaga keseimbangan spiritual ya tentu saja ibadah, meditasi, atau sekadar praktik rasa syukur. Memberi sedikit kebaikan ke orang lain juga bisa jadi cara menyegarkan jiwamu.
Bonus: Istirahat Seluler/Sistemik
Nggak cuma tubuh yang perlu istirahat, sel-sel tubuh kita juga butuh waktu untuk recharge. Istirahat seluler/sistemik itu artinya memberi waktu bagi tubuh untuk istirahat dari dalam. Dimulai dengan apa yang kamu makan.
Makanan olahan atau junk food yang tinggi lemak dan gula memang menggoda, tapi tubuh kita butuh lebih dari itu.
Kalau kebanyakan makan makanan yang susah dicerna, tubuh kita jadi terpaksa fokus mencerna itu semua, yang bikin kamu merasa lemas dan lesu.
Coba pilih makanan yang lebih sehat, plus punya kandungan yang bisa bantu melawan stres oksidatif.
Perhatikan juga soal konsumsi kafein. Jangan berlebihan ngopinya. Biar kelenjar adrenal kamu bisa rehat juga.
Dah yuk, istirahat dulu.