Tanggal 1 November diperingati sebagai hari ulang tahun Hello Kitty. Iya, karakter mungil berkepala kucing yang umumnya dikira kucing, padahal bukan, meski faktanya memang berkepala kucing.
Sanrio, perusahaan yang melahirkan Hello Kitty, menyatakan bahwa karakter tersukses mereka ini, meski bertelinga dan berkumis mirip kucing, tapi bukan kucing. Dia adalah seorang gadis kecil asal Inggris yang namanya Kitty White. Jadi meski kepalanya kucing, dia nggak digambarkan merangkak atau berkaki empat, tapi berdiri tegak layaknya manusia. Di video kartunnya, karakter tanpa mulut dan bibir ini juga bisa ngomong dan berekspresi.
Dan buat yang belum tahu, si Hello Kitty ini kembarannya Mimny, pacar bernama Dear Daniel, plus kucing peliharaan, namanya Charmmy Kitty. Oh iya, Charmmy Kitty belakangan juga punya adik, namanya Honey Cute.
Asal Usul Munculnya Hello Kitty
Karakter yang jadi ikonik ini awalnya nggak ikonik, tentunya. Dia hasil kreasi Yuko Shimizu, desainer Sanrio, pada tahun 1974. Meluncur ke publik pertama kali 1 November 1975, pada permukaan sebuah dompet Petite Purse produksi Sanrio. Waktu itu, dia sebenarnya belum punya nama. Hanya ada tulisan “Hello!” di dompet Petite Purse yang menampilkannya itu.
Konon karakter kucing putih Sanrio ini diciptakan sebagai pesaing Snoopy yang lagi populer di Jepang saat itu. Ada juga yang bilang bahwa desainnya nggak orisinal, niru karakter Maneki Neko, kucing pemanggil rezekinya orang Jepang. Atau diklaim mirip karakter Miffy yang kelinci asal Belanda, karya Dick Bruna tahun 1955.
Singkat cerita, dompet Petite Purse naik daun. Banyak penggunanya adalah wanita, remaja dan anak-anak. Baru setahun kemudian setelah rilis, karakter berkepala kucing di dompet Puchi diberi nama Kitty. Itu inspirasinya dari karakter hewan yang sama dalam cerita Alice Through The Looking Glass karya Lewis Carroll.
Setelah dompet dan pemberian nama, sisanya tinggal cerita-cerita sukses. Hello Kitty hadir dalam berbagai produk, khususnya alat tulis, mainan, aksesoris fashion, perabot rumah tangga, dan banyak lagi. Sampai sekarang, kalau ditotal Hello Kitty sudah tampil di sekitar 50 ribu produk yang berbeda.
Kenapa Hello Kitty Bisa Sepopuler Itu?
Tahun ’70-an, warlok Jepang lagi menikmati hasil kesuksesan pertumbuhan ekonomi mereka yang ngebut usai kalah perang, sejak sekitar 1950-an. Masa-masa itu ditandai dengan naiknya popularitas produk-produk Jepang, terutama elektronik dan otomotif, di tanah global. Juga munculnya aneka ria subkultur pop di dalam negeri, seperti musik J-pop, anime dan manga, budaya nonton TV, belanja, sampai akhirnya ke tren kawaii.
Istilah kawaii dalam bahasa Indonesia artinya “bisa diterima untuk disayangi” atau “memungkinkan untuk disayangi”. Tapi seiring waktu, maknanya berubah jadi “imut-imut”, “manis”, “cantik”, atau “sayang-able”.
Ini adalah tren yang dipopulerkan kalangan cewek-cewek SMA Jepang ’70-an. Mereka suka hal-hal yang imut, dimulai dari gaya menulis huruf Jepang yang jadi agak bulat-bulat, nggak pakai sudut-sudut tajam seperti gaya tradisional.
Dari tulisan, lalu berkembang ke gaya berpakaian, tata rias, sampai ke pernak-pernik. Kawaii yang menawarkan konsep feminin yang manis, polos, dan ceria mulai populer. Kemudian merambah ke berbagai produk, termasuk karakter-karakter fiksi.
Hello Kitty pun lahir di tengah tren ini, dengan desain “kawaii” banget. Wajah polos dan bulat, juga punya pita merah kecil di telinga yang memberi kesan imut dan ceria. Dia nggak dikasih mulut, sehingga lebih universal dan gampang dicocokkan dengan perasaan siapa saja. Hasilnya, muncul daya tarik emosional yang kuat.
Desain sederhana tapi ekspresif ini benar-benar selaras dengan konsep kawaii yang sedang populer di Jepang. Hello Kitty ikut terdongkrak, bahkan jadi simbol gaya hidup kawaii. sehingga diterima dan dicintai oleh orang-orang dari segala umur dan background budaya.
Dari Jepang ke Ranah Internasional
Cuma butuh waktu setahun sampai Sanrio melakukan ekspansi ke luar negeri. Puchi Purse laku keras, bikin Sanrio optimis memasarkannya di Amerika Serikat. Waktu itu sampai awal milenium ketiga, model bisnisnya cuma buka outlet cabang.
Tapi revolusi bisnis besar terjadi sejak Ray Rehito Hatoyama menjabat jadi CEO Sanrio. Sebelum itu, popularitas Hello Kitty sudah oke di Jepang dan Asia pada umumnya. Lalu, mereka ngide bikin produk khusus buat pasar yang ditargetkan, sesuai karakteristik masing-masing. Hasilnya nggak main-main.
Selain kolaborasi dengan produsen-produsen aksesoris di luar negeri, mereka juga jualan lisensi. Tercatat, brand seperti Swarovski, Louis Vitton, sampai Nike sudah punya produk bergambar Hello Kitty. Juga sejumlah tokoh selebriti, baik sukarela maupun yang resmi berkongsi, kayak Britney Spears, Lady Gaga, atau Katy Perry. Ini bikin Hello Kitty semakin terkenal, bahkan konsumennya lebih banyak di Eropa atau Amerika Serikat daripada di Jepang sendiri.
Sanrio juga memperluas eksistensi Hello Kitty lewat media dan hiburan. Karakter ini muncul di berbagai acara TV, film, dan animasi, menjangkau audiens yang lebih muda dan terus menarik minat generasi baru.
Di era digital, Sanrio kampanye besar-besaran di media sosial dan platform e-commerce, di bawah kepemimpinan CEO muda mereka, Tomokuni Tsuji, cucu pendirinya, Shintaro Tsuji. Eksistensi digital yang kuat memungkinkan Hello Kitty bisa interaksi langsung dengan para fans di seluruh dunia.
Kini, di 50 tahun usia Hello Kitty, karakter imut dan sederhana ini sukses berkembang jadi ikon global. Bukan cuma representasi dari budaya kawaii Jepang, tapi juga jadi simbol nostalgia, fashion, dan gaya hidup di berbagai penjuru Bumi.