Kucing jadi primadona hewan peliharaan di mana-mana. Di sini, didukung riwayat yang menyatakan bahwa spesies satu ini adalah binatang favorit Nabi. Maka kucing seolah ada di kasta tertinggi dalam kategori hewan peliharaan.
Tapi bukan itu. Alasan utama kucing populer, mungkin lebih karena sifat alaminya yang bersih, mandiri, dan relatif tenang. Ideal buat orang-orang yang pengin pelihara hewan tapi nggak punya banyak waktu dan males repot. Cukup kasih makan, ajarin lokasi buang hajat, dan jaga kebersihannya secara berkala—voilà, si kucing sudah bisa bikin harimu lebih cerah dengan sikap cuek tapi menghibur.
Apalagi sudah banyak pula studi yang bilang bahwa hewan peliharaan banyak membawa manfaat positif buat si owner. Khususnya manfaat pada area mental dan psikologi, sering dihubungkan dengan hilangnya rasa kesepian dan gairah hidup yang positif.
Jadi, nggak heran kalau presiden ke-8 kita juga suka kucing, bahkan sampai membawa kesayangannya ke Istana Negara. Siapa tahu, buat beliau, kucing jadi outlet kasih sayang dan pelipur lara di tengah riuh politik yang bikin pusing.
Tapi Nggak Selalu Positif
Tapi tunggu dulu! Pelihara kucing nggak selamanya punya manfaat positif. Ada beberapa kondisi yang bisa jadi sebaliknya. Nggak cuma soal kesehatan, tapi juga yang lain-lain.
Risiko Kesehatan Pelihara Kucing
1. Toksoplasmosis: Kucing bisa jadi pembawa parasit Toxoplasma gondii yang disebar lewat kotoran. Infeksi ini berisiko tinggi buat ibu hamil, karena bisa menyebabkan keguguran atau bayi cacat lahir. Sementara buat orang normal, infeksi toksoplasma berpotensi memicu masalah hati.
2. Penyakit Cakar Kucing: Gigitan atau cakaran kucing yang ditempeli bakteri Bartonella henselae juga bisa membawa penyakit. Bisa bikin demam, kelelahan parah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
3. Alergi dan Asma: Bulu kucing bukan teman baik buat orang yang punya alergi atau asma. Bukan cuma bersin-bersin, kamu juga bisa sesak napas, bahkan radang paru-paru kalau terus-menerus terpapar.
4. Infeksi Jamur (Kurap): Jamur kurap juga bisa ditularkan oleh kucing. Ruam di kulit berbentuk kayak cincin, bisa bikin gatal-gatal.
5. Rabies: Rabies lebih umum pada anjing, tapi kucing juga bisa terinfeksi dan menularkannya lewat cakaran atau gigitan.
Penasaran
Apa Istana punya prosedur khusus untuk menangani berbagai risiko kesehatan akibat adanya kucing presiden? Kalau ada tamu negara yang alergi, adakah potensi kucing mengganggu pertemuan resmi? Terus, apa ada fasilitas sanitasi di sana, biar Istana tetap bersih dan steril, khususnya dari infeksi bakteri jahat, kurap, atau jamur lainnya?
Dampak Selain Kesehatan
Selain masalah kesehatan, memelihara kucing juga dapat menimbulkan dampak negatif dalam aspek lain. Ngulik soal ini bisa lebih menarik lagi.
Kucing emang menggemaskan, tapi masalah klasik tetap ada, kotorannya. Kalau nggak rajin dibersihkan, bau nggak sedap bisa memenuhi ruangan, termasuk mungkin Istana Negara. Dan jangan lupakan, kotoran kucing bisa membawa risiko penyakit kalau nggak dikelola dengan benar.
Istana Negara yang dipenuhi furniture antik dan mahal, berisiko jadi korban cakar-cakar manis si kucing. Apalagi kalau nggak disiapkan tempat yang pas buat mencakar, ujung-ujungnya mungkin ada anggaran tambahan buat perbaikan barang-barang yang rusak.
Kalau di lingkungan rumah biasa, kucing yang dibiarkan berkeliaran kadang bisa menimbulkan masalah dengan tetangga. Nah, gimana kalau di lingkungan Istana? Siapa tahu, keluyuran kucing presiden bisa bikin “konflik” diplomatik kecil-kecilan dengan pejabat lain yang nggak terlalu suka hewan. Bisa ribet juga, ya.
Presiden boleh sibuk, tapi kucing tetap butuh perhatian. Pemilik yang terlalu terikat emosional dengan kucing kadang jadi sulit berpisah. Kalau harus dinas ke luar negeri, apa dia bakal diajak? Masa iya, ada rapat penting yang tertunda cuma karena si bapak lagi sibuk ngurusin kucingnya?
Memelihara kucing itu nggak cuma soal kasih makan semangkuk, sisanya duduk manis sambil ngelus-elus bulu mereka. Ada biaya yang diam-diam bisa bikin kantong bolong. Mulai dari makanan premium, biaya vaksin, perawatan kesehatan rutin, sampai stroller.
Kalau kucingnya harus diet khusus atau kena penyakit langka, berarti siap-siap tagihan dokter melonjak. Memangnya ada anggaran negara khusus buat beli makanan kucing premium, perawatan istimewa, atau dokter hewan pribadi?
Mungkin semua ini terdengar sepele. Tapi dengan kucing tinggal di lingkungan formal seperti Istana Negara, segala kemungkinan harus dipertimbangkan. Tentu saja, sekelas presiden dan Istana Negara pasti sudah punya delegasi khusus buat ngurusin hal sekecil ini. Masa nggak?