Babi lagi jadi pembicaraan hangat di Indonesia. Gara-garanya, ada paket misterius berisi kepala babi yang mendarat di kantor berita Tempo, Rabu (19/3/2025). Paket itu dikirim buat Cica, wartawan desk politik yang juga host siniar Bocor Alus Politik.
Paket dikirim oleh seseorang yang naik motor, pakai jaket hitam dan helm ojek online. Bungkusannya rapi banget, pakai styrofoam dan plastik, sampai nggak ada yang curiga sama isinya. Baru besoknya, waktu Cica dan rekannya Hussein Abri Yusuf Muda membuka paket itu di lantai 4, bau menyengat langsung menyergap. Di dalamnya ada kepala babi dengan kedua telinganya yang sudah dipotong.
Kiriman ini nggak cuma bikin geger sekantor, tapi juga warganet se-Indonesia. Soalnya, jelas bukan prank. Kayaknya ada pesan khusus yang mau disampaikan. Bisa jadi berbau ancaman, semacam teror.
Tapi kenapa yang dipilih kepala babi, ya?
Kita nggak boleh sok tahu dan menerka-nerka artinya sembarangan. Soalnya, seekor babi melambangkan banyak arti di banyak budaya. Ada yang buruk dan baik juga.
Babi Bisa Berarti Positif
Babi itu sebenernya cerdas. Mereka punya kemampuan membedakan objek dengan daya ingat yang kuat.
Dalam sebuah penelitian tentang Effects of object exposure time and delay interval on object recognition memory of the domestic pig tahun 2007, babi disebutkan bisa mengingat benda yang pernah mereka lihat selama lebih dari lima hari. Mereka juga bisa membedakan mana yang familiar dan yang baru.
Urusan makan, babi bisa mengingat tempat mana yang menyediakan makanan lebih banyak, dan mereka pakai ingatan soal bau dan warna buat menavigasi tempat itu lagi di lain waktu.
Babi juga bisa dilatih lebih cepat dibanding anjing. Tapi, si babi kayaknya juga nggak peduli soal itu. Mereka tetap hidup dengan cara mereka sendiri, menikmati hidup tanpa pusing mikirin pengakuan orang lain.
Pernah kepikiran kenapa ada celengan berbentuk babi? Itu soalnya babi dianggap sebagai simbol kelimpahan dan keberuntungan. Di budaya Tionghoa, babi melambangkan kekayaan dan hidup yang nggak kekurangan. Makanya, celengan babi jadi ikon buat menabung dan menjaga rezeki.
Sejak ribuan tahun lalu, babi sudah melekat di kehidupan masyarakat Tiongkok. Babi jadi hewan peliharaan pertama setelah anjing. Banyak makam dari zaman Neolitikum yang berisi tengkorak babi dan ornamen yang melambangkan kekayaan.
Babi juga muncul di berbagai cerita rakyat Tiongkok dan menempati posisi ke-12 dalam zodiak Tiongkok.
Selain dimanfaatkan dagingnya, babi sering dipakai dalam ritual pengorbanan buat para dewa. Masyarakat Tiongkok zaman dulu menganggap memelihara babi sebagai tanda keluarga sukses. Keluarga yang punya babi biasanya lebih sejahtera, dan makan daging babi jadi sesuatu yang spesial, dilakukan cuma di acara-acara penting.
Beda sama babi ternak yang kesannya jinak, babi hutan punya reputasi sebagai hewan yang ulet dan ganas. Di beberapa budaya, babi hutan dianggap sebagai simbol kekuatan dan tekad yang nggak gampang goyah.
Dalam astrologi Cina, orang yang lahir dengan shio babi dikenal punya hati yang baik dan suka membantu sesama. Mereka sering terlibat dalam kegiatan sosial dan punya cinta yang tulus, saat senang maupun susah.
Tahun babi dalam kalender Cina juga dianggap sebagai tahun penyelesaian. Ini adalah waktu yang tepat buat menutup lembaran lama, menyelesaikan urusan yang tertunda, dan memulai sesuatu yang baru dengan penuh keberuntungan.
Kalau di mitologi Hindu, babi disebut sebagai salah satu penjelmaan Dewa Wisnu—yang punya tanggung jawab menjaga keseimbangan alam semesta.
Di mitologi Yunani, babi dianggap hewan suci bagi Demeter, dewi pertanian dan kesuburan yang dikenal sebagai Ibu Bumi.
Mitologi Nordik menceritakan Dewi Freyja dan saudaranya Freyr punya babi peliharaan yang dianggap suci.
Babi di budaya ini sering muncul dalam bentuk jimat, hiasan kepala, dan diukir di perisai atau senjata para pahlawan. Babi yang paling terkenal adalah babi hutan berbulu emas punya Freyja.
Babi Juga Punya Makna Buruk
Tapi babi juga sering jadi simbol negatif. Salah satu gambaran klasik tentang sifat negatif babi tertulis di novel klasik Tiongkok abad ke-16, Journey to the West. Ada karakter Zhu Bajie, manusia setengah babi yang digambarkan suka makan, pemalas, dan sering dianggap bodoh oleh Sun Wukong, si Raja Kera. Tapi di balik tampangnya yang lugu, dia sebenarnya licik dan penuh tipu daya.
Di ajaran Buddha, Babi Hitam melambangkan salah satu dari tiga racun kehidupan: keserakahan, niat jahat, dan delusi. Mengingatkan kalau keinginan yang nggak terkontrol bisa menghambat perjalanan spiritual seseorang.
Babi juga punya makna simbolis di budaya Eropa. Di beberapa negara Eropa, babi diasosiasikan sama kerakusan dan keserakahan. Digambarkan lewat idiom “greedy as a pig“.
Banyak juga idiom Bahasa Inggris yang pakai babi buat menggambarkan konotasi negatif. Contohnya “Pearls before swine” (mutiara di hadapan babi) yang artinya memberikan sesuatu yang berharga kepada orang yang tidak menghargainya;“When pigs fly” (saat babi bisa terbang) berarti sesuatu yang mustahil terjadi; “Pigging out” artinya seseorang yang makan dengan rakus atau berlebihan;“Hogging” berarti menimbun atau mengambil sesuatu hanya untuk diri sendiri, dll.
Di mitologi Celtic, babi melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Babi sering jadi hewan persembahan dalam pesta, tapi seringnya terjadi konflik soal siapa yang berhak mendapat potongan pertama.
Dalam Islam, babi termasuk makanan yang diharamkan. Ditulis dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, dan daging babi…” (QS. Al-Baqarah: 173)
Seorang muslim nggak boleh makan daging babi dalam kondisi apa pun, kecuali dalam keadaan darurat yang mengancam nyawa, misalnya saat kelaparan ekstrem dan nggak ada makanan lain. Ini sesuai dengan prinsip dalam Islam yang menyatakan bahwa dalam kondisi darurat, sesuatu yang haram bisa menjadi halal demi menyelamatkan nyawa.
Secara eksplisit, Al-Qur’an menyebut bahwa daging babi itu najis:
“Sesungguhnya yang demikian itu najis.” (QS. Al-An’am: 145)
Dalam Islam, sesuatu yang disebut najis berarti dianggap kotor dan menjijikkan, baik dari segi spiritual maupun kesehatan. Soalnya babi pemakan segala, bahkan kotorannya sendiri. Cukup jadi alasan utama kenapa daging babi dilarang.
Banyak juga budaya yang menganggap babi sebagai simbol kerakusan, keserakahan, atau bahkan kebejatan moral. Dalam konteks ini, mimpi tentang babi bisa dikaitkan dengan nafsu yang nggak terkendali atau perilaku yang kurang bijaksana.
Konon, mimpi tentang babi bisa jadi pengingat untuk introspeksi—mungkin ada kebiasaan buruk atau keputusan impulsif yang perlu diperbaiki.
Simbol Babi di Budaya Pop
Babi juga sering muncul sebagai ikon di budaya pop modern. Salah satu yang terkenal ada Peppa Pig. Kartun asal ini awalnya dibuat untuk anak-naka, bercerita tentang kehidupan keluarga ideal. Tapi begitu masuk internet, Peppa Pig berubah mewakili budaya kekinian.
Di media sosial, muncul juga tren lain yang berkaitan dengan babi: “Little Miss Piggy.” Julukan ini dipakai buat cewek-cewek yang suka makan dan cenderung terlihat santai, pemalas, tapi sebenarnya baik hati dan menyenangkan.
Simbol babi juga muncul di film Pig (2021), yang dibintangi Nicolas Cage. Doski berperan sebagai mantan koki top yang hidup menyendiri di hutan bersama babi pemburu trufflenya. Waktu babi kesayangannya diculik, dia keluar dari pengasingan buat mencarinya sampai ketemu dan balas dendam. Film ini mengandung kritik terhadap budaya makanan kelas atas.
Terus, ada band rock Inggris Pink Floyd yang pakai simbol babi di lagu dan albumnya. Salah satu lagu mereka yang paling tajam menyindir ketimpangan sosial adalah Pigs (Three Different Ones) dari album Animals (1977).
Lagu ini secara gamblang menyebut “babi” sebagai simbol dari tiga kelompok elit yang dianggap rakus dan suka menindas: politisi korup, kapitalis serakah, dan tokoh militer agresif. Babi di lagu ini adalah mereka yang duduk di puncak kekuasaan, menikmati kemewahan sambil mengabaikan orang-orang di bawahnya.
Roger Waters, otak di balik konsep album ini pakai metafora binatang buat menggambarkan kondisi sosial. Selain babi yang melambangkan elit serakah, ada juga “anjing” sebagai simbol pengusaha ambisius yang mengejar kesuksesan dengan mengorbankan orang lain, juga “domba” yang menggambarkan masyarakat pasif yang terus-menerus ditindas.
Buat cover albumnya, Pink Floyd memesan balon udara babi raksasa yang diberi nama Algie. Babi Algie melayang di atas Battersea Power Station, pembangkit listrik di London. Maksudnya menyindir orang-orang first class berkuasa yang kosong dan penuh kepalsuan.
Tapi pas pemotretan, ada insiden Algie lepas dan terbang bebas di langit Inggris. Gara-gara ini, jadwal penerbangan sampai terganggu, dan polisi terpaksa turun tangan buat mencarinya. Akhirnya, Algie ditemukan di sebuah ladang beberapa hari kemudian.
Sejak insiden itu, babi terbang jadi bagian dari identitas visual Pink Floyd. Mereka terus pakai balon babi di konser-konser berikutnya sebagai simbol perlawanan terhadap sistem yang dianggap korup dan rakus.
Oh iya, ada juga novel klasik Animal Farm karya George Orwell yang pakai karakter babi buat menyindir dan mengkritik aspek politik dan sosial, termasuk korupsi, manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Ceritanya tentang pemberontakan sekelompok hewan—dipimpin oleh babi bernama Napoleon dan Snowball—di sebuah peternakan. Mereka lalu bikin pemerintahan baru yang berujung pada tirani yang jauh lebih buruk. Coba cari dan baca novelnya deh, bagus pol satir politiknya.
Jadi, Makna Paket Babi Apa?
Salah satu detail paling mencolok dari kiriman ini adalah kepala babi tanpa kedua telinga. Di banyak budaya, telinga punya makna simbolik yang berkaitan dengan pendengaran, kepatuhan, dan informasi. Memotong telinga bisa diartikan sebagai peringatan agar seseorang “tidak mendengar” atau “tidak membocorkan sesuatu.”
Ada beberapa kasus kriminal di mana pemotongan telinga jadi tanda ancaman atau pembungkaman. Misalnya, di beberapa kelompok mafia atau kartel, pemotongan telinga sering dilakukan sebagai peringatan bagi pengkhianat atau orang yang terlalu banyak bicara.
Bisa jadi ini cara buat menyampaikan pesan serupa—simbol untuk mendiskreditkan seseorang atau mengingatkan mereka agar nggak mencampuri urusan tertentu.
Kalau ke ranah jurnalistik, pesan semacam ini adalah cara untuk menekan kebebasan berbicara tanpa harus mengatakan ancaman secara eksplisit.
Dewan Pers tentu ikut marah atas kiriman paket kepala babi ini. “Itu bentuk nyata teror, ancaman terhadap independensi serta kemerdekaan pers. Melakukan terror terhadap jurnalis adalah tindakan tidak berperikemanusiaan dan melanggar hak asasi,” kata Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu.
Tapi sebelum keburu suudzon, mungkin coba lihat sisi lainnya aja. Bisa jadi simbol babi itu ya cuma.. babi. Bukan pesan apalagi ancaman tersembunyi. Ngeri sih, tapi siapa tahu, yang kita anggap sinyal negatif ternyata nggak segelap itu. Semoga bukan aneh-aneh (biar nggak stress dan overthinking).
Waktu hipmin lagi nulis artikel ini, ada kabar Tempo dapat kiriman serem lagi. Enam bangkai tikus yang kepalanya dipenggal. Aduh.. tikus melambangkan apa, ya?