• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Profil

Di Sini Umur 30 Susah Cari Kerja, Swedia Ada Tim eSports Khusus Lansia

Hipmin by Hipmin
10 June 2025
in Profil
0
Ilustrasi: logo CS:GO tapi ikonnya kakek-nenek

Ilustrasi: logo CS:GO tapi ikonnya kakek-nenek

0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Kalau kamu sering minder pas lihat batas maksimal usia di lowongan kerja, mungkin kamu juga patut iri sama kiprah kakek-nenek asal Swedia yang mau dibahas di sini.

Gimana nggak iri, wong mereka masih bisa kerja sesuai passion di usia senja, apalagi di bidang favorit generasi anak-cucunya, eSports. Sementara kamu, masih harus rela ngantri buat masukin CV, di-ghosting perusahaan berkali-kali, bahkan hampir putus asa karena ijazah kayak nggak guna lagi.

Semoga kalian tetap sabar dan bersemangat, lads! Kita memang hidup di era di mana usia 30 tahun sudah dianggap “tua” untuk kerja ikut orang.

Bahkan di X, Hipmin nemu capture-an iklan lowker dengan batas usia maksimal 21 tahun. Entah apa kerjaannya, yang jelas kenyataan memang sepahit itu buat beberapa orang. Dan jujur saja, memang menyebalkan.

Tapi gimanapun juga, kita nggak boleh putus harapan. Ageism atau diskriminasi usia memang nyata, tapi bukan berarti nggak ada celah buat melawannya.

Kalau mau, kalian bisa cari inspirasi dari para lansia asal Swedia ini. Seolah menolak tua, di usia yang nggak muda lagi, mereka malah gabung di sebuah tim eSports dan ikut kompetisi bergengsi dunia, bahkan pernah juara.

Mereka adalah Silver Snipers

Tahun 2017, Lenovo kerja bareng BBDO Nordics. Seperti kamu tahu, Lenovo adalah brand produsen gawai kawakan, terkenal dengan komputer portabel berbagai varian, dari kelas entry sampai tech-geek. Sementara BBDO Nordics merupakan agensi pemasaran kreatif yang berbasis di Swedia, partner Lenovo yang mesra sejak keluar seri Yoga.

Awalnya, dua instansi terkait ini punya keresahan yang sama, “Kenapa eSports cuma jadi privilege anak muda?”

Dua-duanya sadar kalau dunia eSports masih kurang inklusif, baik praktisi maupun penggemarnya. Umumnya anak muda cowok usia belasan sampai kepala tiga. Sebenarnya cewek pun ada, tapi porsinya masih dianggap kekecilan. Sementara buat orang berumur 50-60 tahun, kayaknya nggak ada sama sekali.

Setelah brainstorming penuh debat intens, mereka pun nemu jawaban dan sepakat. Jawabannya, adalah dengan inisiatif marketing yang mendobrak, meski cuma diberi judul sederhana, “Different is Better.”

Tapi, kampanye bertajuk simpel itu justru diwujudkan dengan cara out of the box. Mereka nyari orang-orang tua yang mau belajar main video game anak muda. Para orang tua ini dikumpulkan dalam wadah tim eSports yang khusus mainin CS:GO. Timnya diberi nama Silver Snipers, dilatih oleh pro-player, bahkan dengan target muluk, ikut dan menang kompetisi bergengsi, DreamHack Winter.

Skuad Silver Snipers & pelatihnya, Tommy
Skuad Silver Snipers & pelatihnya, Tommy “Potti” Ingemarsson (Lenovo)

Skuad Gamer Senior

Proses pembentukan tim nggak segampang ngumpulin orang tua buat senam tai chi pagi hari di taman kota. Lenovo dan BBDO waktu itu buka audisi buat warga Swedia umur 60 tahun ke atas yang pengin belajar main Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO).

Buat yang belum tau, CS:GO itu permainan video game aksi tembak-tembakan dari perspektif orang pertama, first person shooter (FPS). Game ini mengandalkan ketangkasan, refleks, serta strategi dan kerja sama tim. Jadi nggak cuma modal nekat, tapi juga butuh otak encer dan jempol tangkas.

Proses audisinya diiklankan kayak pencarian bakat lainnya, cuma kali ini sasarannya para senior. Dengan salah satu kalimat trigger-nya berbunyi, “Are you a trigger happy lady over 60 with the ambition to take over the world
– one head shot at a time?”

Berikutnya, kamu bisa bayangkan gimana absurd-nya pemandangan audisi. Orang-orang berambut abu-abu cerah, pakai kacamata baca dan pakai setelan jadul, sambil jalannya agak pelan, datang lingkungan bernuansa cyberpunk. Meskipun jumlah peserta audisi nggak disebutkan pasti, Lenovo mengklaim bahwa peminatnya lumayan banyak. Sekitar puluhan yang kemudian menghasilkan lima orang terpilih. Masing-masing punya latar belakang berbeda, tapi semuanya sama-sama tertarik mencoba hal baru, gaming untuk manula.

5 Anggota Silver Snipers

Setelah terbentuk, Silver Snipers sah jadi skuad CS:GO senior pertama di dunia. Kelima anggota pertama tim ini, antara lain Bertil “Berra-Bang” Englund. Ini anggota tertua, semasa kecil sering main kartu, lalu merasa tertantang main CS:GO. Kakek 81 tahun ini punya visi yang sama dengan Lenovo dan BBDO. Dia pengin jadi inspirasi buat orang lain, berpandangan bahwa usia bukan hambatan untuk bermain.

Lalu ada Monica “Teen Slayer” Idenfors. Nenek-nenek usia 62 tahun yang gabung sehabis pensiun dari kerjaannya di department store. Dia berpengalaman main mini games di Facebook. Sebagai anggota termuda di Silver Snipers, nickname “Teen Slayer” benar-benar representatif buat semangat kompetitifnya yang masih menyala.

Berikutnya Abbe “BirDie” Drakborg yang arismatik sekaligus penuh dedikasi. Mantan musisi ini jadi juru bicara sekaligus motivator tim. Gabung pertama kali di umur 75 tahun, dia energik dan ekspresif, jadi yang paling disukai fans, soalnya aktif jawab komentar netizen.

Ada juga Wanja “Knitting Knight” Godange yang punya hobi khas nenek-nenek, merajut. Makanya, nenek 63 tahun ini pakai nickname Knitting Knight (Kesatria Rajut). Oma Wanja ini biasa duet bareng Oma Monica, soalnya sama-sama cewek.

Terakhir, Oivind “Windy” Toverud, orang asli Norwegia yang udah lama tinggal di Swedia. Nggak banyak info soal latar belakangnya. Tapi kakek berusia 75 tahun ini dibilang jadi tulang punggung komunikasi tim dalam permainan.

Perlu dicatat, umur yang ditulis di atas adalah pas mereka pertama masuk jadi anggota Silver Snipers. Jadi, kalau itu catatan tahun 2017, berarti sekarang sudah nambah delapan tahun.

5 Anggota skuad Silver Snipers (Lenovo)
5 Anggota skuad Silver Snipers (Lenovo)

Dipoles Sampai Kinclong

Setelah anggota skuad senior terkumpul lengkap, mereka dapat pelatihan intensif biar cepat jago main CS:GO dalam waktu singkat. Soalnya, target mereka nggak main-main, DreamHack Winter 2017. Itu beda banget dengan lomba Agustusan atau kompetisi catur x kartu remi di pos ronda.

DreamHack Winter itu salah satu festival gaming dan eSports terbesar dunia, digelar tahunan di Jönköping, Swedia. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian DreamHack—festival LAN party (Local Area Network) yang sudah ada sejak awal 1990-an. Lalu berkembang jadi ajang global buat para gamer, developer, content creator, dan fans eSports.

Sementara, lini permainan yang mau dijajal para senior gamer itu adalah CS:GO. Yang seperti sudah dijelaskan tadi, butuh refleks cepat, koordinasi mata-tangan yang mantap, plus strategi tim yang kompak.

Biar semuanya semakin mungkin, Lenovo x BBDO nunjuk Tommy “Potti” Ingemarsson buat melatih Silver Snipers. Doi adalah legenda dengan 10 gelar juara dunia dari tim Ninjas in Pyjamas. Juga Fredrik “Jaegarn” Andersson, pro-player CS yang sekarang sibuk jadi talent scout, pemburu bibit muda berbakat.

Bayangin lagi, coach-nya pemain kawakan yang biasa melatih pro-player yang secara fisik lebih tangkas. Ini tiba-tiba diminta ngajarin kakek-nenek yang jauh lebih tua, yang mungkin pegang mouse gaming saja baru kali pertama.

Mereka cuma dikasih waktu tiga minggu di bootcamp intensif menjelang festival. Latihan keras di pusat game-online terbesar dunia, Inferno Online, Stockholm. Dari materi latihan yang basic banget, bahkan mulai nol dari pembiasaan mouse dan keyboard. Terus lanjut ke cara aim, setting game, sampai cara bedakan kawan dan lawan.

Cuma, yang bikin haru sekaligus lucu, mereka sering ketahuan bawa catatan berisi daftar pertanyaan buat pelatih. Mirip teman sekolah ‘annoying‘ yang dikira-lagi-cari-muka-ke bu guru itu. Mereka nggak malu nanya soal hal-hal remeh. Monica “Teen Slayer” bahkan merelakan empat jam sehari buat latihan sendiri di rumah, saking komitmen dan antusiasnya..

Debut di DreamHack Winter, dan Lain-Lainnya

DreamHack Winter 2017 di Jönköping jadi momen bersejarah buat Silver Snipers. Ini pertama kalinya tim senior berani nyemplung ke turnamen bergengsi yang biasanya didominasi anak-anak muda dengan tangan secepat kilat.

Sebenarnya, hasil pertandingannya, ya kalah. Tapi hey, yang penting bukan menangnya doang! Knitting Knight sukses bikin tiga headshot dalam satu match, prestasi yang bikin penonton ternganga. Buat pemula yang baru tiga minggu belajar, ini pencapaian yang luar biasa.

Belum lagi reaksi komunitas gaming juga positif banget. Bukannya di-bully atau dianggap candaan, mereka malah dapat support dan pujian atas keberanian dan semangatnya. Membuktikan kalau dunia gaming aslinya bisa lebih inklusif dari yang dikira.

Setelah debut yang menggemparkan itu, Silver Snipers masih jalan terus. Mereka ikut berbagai kompetisi dan show match, dengan pelatihan yang makin terstruktur. Bootcamp di Inferno Online sebulan dua kali jadi rutinitas wajib. Fokusnya sekarang ganti ke strategi, pelajaran peta, movement, dan yang paling penting memperkuat chemistry antar anggota.

Ajang berikutnya adalah Battle of the Nordics 2018 di Finlandia. Meski belum juara, skill mereka udah terlihat naik signifikan. Juru bicara tim, Abbe “BirDie” juga makin aktif interaksi sama fans, termasuk di media sosial, sampai Silver Snipers punya fanbase sendiri.

Puncaknya datang di DreamHack Summer 2019, di mana mereka berhasil menang di Seniors World Cup! Lawan Grey Gunners dari Finlandia, juga tim senior dari Amerika Serikat dan Jerman. Silver Snipers membuktikan kalau mereka bukan cuma gimmick marketing, tapi tim yang berkembang serius dengan semangat dan komitmen tinggi. Kemenangan itu mencatat nama-nama mereka di buku sejarah eSports, bahkan di kancah khalayak mainstream.

Lebih dari Gaming

Selain jadi sensasi di kancah gaming, Silver Snipers ternyata juga punya dampak lebih luas secara sosial. Mereka berhasil mengubah persepsi masyarakat tentang lansia dan teknologi. Media besar kayak The Verge, BBC, sampai Wall Street Journal buru-buru meliput mereka, menebar good news ke seluruh dunia.

Dari sisi kesehatan, gaming ternyata punya manfaat positif buat para senior. Menurut penelitian yang dikutip dari Lenovo Newsroom (2020), main game bisa meningkatkan kapasitas memori jangka pendek dan kemampuan multitasking pada manula. Monica Idenfors ngaku bahwa main CS:GO bantu dia me-manage stres dan ningkatin skill dia di game-game yang lain, misalnya solitaire dan mahjong. Gaming juga membantu melatih refleks, konsentrasi, dan yang paling penting, mengurangi rasa kesepian.

Latihan komunikasi tim dalam permainan bikin Silver Snipers punya ikatan antaranggota yang kuat. Wanja “Knitting Knight” Godange dan Monica sering kerja sama sebagai duo, memperkuat dinamika tim. Grup obrolan idan interaksi dengan pelatih, menciptakan rasa kebersamaan mirip dengan klub sosial.

Sementara kesuksesan mereka di Seniors World Cup 2019 juga bikin semangat hidup naik lagi. Jadi bagian komunitas dan skuad berprestasi, diliput media besar, berhasil meningkatkan percaya diri mereka, terutama karena umur mereka nggak muda lagi.

Bayangin aja, daripada cuma duduk di rumah nonton TV atau ngobrol sama tetangga tentang cuaca, mereka punya aktivitas yang bikin otak tetap aktif dan punya komunitas baru yang solid. Apalagi mereka juga menginspirasi. Jadi role model buat generasi yang lebih muda tentang pentingnya belajar hal baru terus-menerus, nggak peduli umur berapa.

Gimana Kabarnya Sekarang?

Sampai sekarang, Silver Snipers masih eksis di bawah sponsor Lenovo Legion. Mereka tetap rutin latihan di Inferno Online dan daring. Juga mulai berencana ekspansi ke game selain CS:GO.

Seperti umumnya tim olahraga, Silver Snipers juga butuh regenerasi. Dari lima anggota asli, tercatat cuma sisa satu yang masih gabung, yakni “Windy” Toverud. Dia sekarang punya rekan baru, dengan rekor statistik ‘ngeri’ yang bisa kamu cek di laman Lenovo-Silver Snipers.

Inger “Trigger Finger” Grotteblad (70 tahun) yang gabung sekitar 2019 punya 25.461 kills dengan lebih dari 1.000 jam bermain. Yvonne “VonneTrap” Kalldin (65 tahun) lebih gila lagi dengan 119.302 kills dan 1.800 jam terbang. Sven “Sgt Ven0m” Flink di usia 67 tahun bahkan udah ngabisin hampir 3.000 jam dan nembak mati musuh 25.750 kali. Sedangkan yang paling ‘muda’, Rick “CrazyB00mer” La Roche, baru main 209 jam dengan 1.674 kills.

Memang sih, setelah 2020 nggak ada laporan turnamen besar lagi, mungkin karena pandemi dan transisi ke Counter-Strike 2 yang bikin kompetisi jadi beda lagi. Tapi keberadaan mereka tetap menginspirasi.

Kalau pengin tahu, kamu bisa cek media sosial SilverSnipers di Instagram, Facebook, atau TikTok. Tapi belakangan ini jarang update, postingan terakhir mereka tertulis tahun 2024 dan 2023. Selain itu, website resmi Lenovo juga masih memampang wajah mereka bersama rekor statistik masing-masing. Dan kalau dilihat-lihat lagi, rekor mereka itu nggak main-main, lho. Gamer muda pun ada yang belum punya jam terbang setinggi itu.

Berdamai dengan Ageism

 

wrk! sender 23, apakah artinya di umur segini sudah dianggap tidak bisa kerja ya? btw ini lowongan jadi Production Operator pic.twitter.com/Z8Bs4Rhii5

— WORK (@worksfess) November 18, 2023

 

Jadi, ya, sebenarnya wajar saja kalau ada yang bilang ageism itu menyebalkan. Diskriminasi usia, apalagi di dunia kerja itu memang bikin frustasi. Lowongan dengan batas usia 21 tahun? Apa itu nggak lebih absurd daripada fakta bahwa Oivind “Windy” Toverud gabung skuad di umur 75 tahun?

Makanya, nggak salah juga kalau banyak yang kesal dan ngeluh soal sistem nggak adil ini.

Tapi yang lebih penting diingat, Silver Snipers jadi bukti otentik bahwa ageism masih punya celah. Kita semua boleh ngeluh, tapi bukan berarti kita cuma bisa diam. Kalau ambil contoh kakek-nenek itu tadi, mereka melawan dengan aksi, masuk ke kancah yang identik dengan anak muda.

Buat kamu, mungkin cara itu juga bisa diikuti, terjun ke ranah pekerjaan yang identik dengan lansia atau orang dewasa usia 50 ke atas. Misalnya jadi dukun atau tabib, jual jajanan tradisional atau jadi seniman tradisi, vermak jeans, tukang kayu, dagang akik, ojek pangkalan, dan banyak lagi.

Tags: Baby boomerBoomergameGame OnlineTeknologi
Previous Post

13 Pemimpin Dunia yang Pernah Dimakzulkan dalam Sejarah (Akankah Nambah 1?)

Next Post

Album: “Buy One Get War”, Selebrasi Kemenangan Kecil Ala The Jems

Next Post
The Jems.

Album: “Buy One Get War”, Selebrasi Kemenangan Kecil Ala The Jems

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.