Wednesday, May 21, 2025
Kirim tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
Ilustrasi pohon tumbuh sendirian

Bukan Cuma Manusia, Ternyata Tanaman Juga Bisa ‘Kesepian’

by Hipmin
20 April 2025
in Trivia
A A
0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Beda sama manusia, tanaman nggak punya hati dan perasaan, juga nggak bisa komunikasi pakai bahasa atau isyarat. Tapi bukan berarti mereka nggak butuh interaksi satu sama lain. Pertanyaannya, kalau kebutuhan interaksi itu nggak terpenuhi, apa tanaman bakal merasa ‘kesepian’?

Sampai abad ke-21, manusia belum paham betul gimana cara hidup dan komunikasi tanaman. Untungnya ada beberapa penelitian yang berhasil mengungkap gimana tanaman saling berinteraksi, salah satunya dengan ‘ngobrol’ lewat jaringan bawah tanah. Prinsipnya hampir sama dengan networking manusia yang cari kenalan atau relasi buat saling bantu, tukar informasi, atau cari solusi masalah.

Jaringan bawah tanah itu istilahnya disebut mycorrhizal network alias koneksi antar akar tanaman yang dibantu jamur mikoriza. Kalau kamu lihat hutan atau pekarangan yang subur, kemungkinan besar akar-akar setiap tumbuhan di situ terhubung dan saling kerja sama dalam simbiosis.

Lewat jaringan ini, tanaman bisa saling kirim sinyal. Misalnya, kalau ada yang kekurangan nutrisi, terserang hama, atau menghadapi bahaya, mereka bisa ‘kasih info’ ke tanaman lain. Fenomena komunikasi akar tanaman di bawah tanah ini bahkan dijuluki Wood Wide Web, karena fungsinya mirip seperti internet versi tanaman.

Contoh nyata sistem interaksi bawah tanah itu pernah ditemukan oleh Sebastian Leuzinger, peneliti dari Auckland University of Technology, Selandia Baru. Waktu lagi jalan-jalan di hutan dekat Auckland, dia nemu tunggul pohon kauri (Agathis australis) yang kelihatannya mati, tapi anehnya masih hidup, meski nggak punya daun atau batang yang aktif. Tunggul itu sisa batang pohon yang masih menancap di tanah setelah ditebang.

Karena penasaran, dia dan koleganya masang alat pemantau air di tunggul itu dan dua pohon kauri sehat di dekatnya. Hasilnya? Ditemukan pola aliran air di antara tunggul dan pohon sehat yang ternyata sinkron. Saat siang hari ketika pohon lagi fotosintesis, aliran air di tunggul melambat. Tapi malam harinya, ketika pohon-pohon berhenti aktif, aliran air di tunggul malah meningkat.

Artinya, pohon-pohon sehat itu secara sadar (atau otomatis) membagikan air ke tunggul yang sudah nggak bisa bertahan hidup sendiri. Sebuah bentuk ‘solidaritas’ yang nggak kelihatan tapi nyata.

The Loneliest Tree In The World

Sebelum ngomongin ‘kesepian’ tanaman lebih lanjut, ternyata dunia punya pohon yang dijuluki The Loneliest Tree in the World (pohon paling kesepian di dunia).

Namanya Tree of Ténéré, pohon akasia (Vachellia tortilis subsp. raddiana) yang tumbuh sendirian di tengah Gurun Sahara, Niger. Nggak ada pohon lain yang berdiri dalam radius 400 kilometer di sekitarnya. Pohon ikonik ini bahkan jadi penanda di peta militer dan sempat dianggap sebagai simbol ketahanan.

Sayangnya, Tree of Ténéré akhirnya tumbang setelah ditabrak truk pada tahun 1973. Agak ironis juga.

Dan setelah Tree of Ténéré tumbang, gelar The Loneliest Tree in the World kemudian disematkan ke pohon lain, meski nggak resmi-resmi amat.

Kali ini ke ppenyandang gelar itu adalah sebuah pohon spruce (cemara) yang tumbuh sendirian di Kepulauan Campbell. Itu wilayah terpencil Selandia Baru yang terletak sekitar 700 km di selatan daratan utama.

Pohon itu dikenal sebagai Sitka Spruce (Picea sitchensis) dan adalah satu-satunya pohon di pulau, dikelilingi lautan dan tundra. Uniknya, pohon ini nggak tumbuh secara alami di sana, tapi ditanam oleh ilmuwan pada awal abad ke-20 buat eksperimen.

Beberapa orang nyebut pohon ini sebagai “the southernmost tree in the world” (pohon paling selatan di dunia) dan juga sebagai “the new loneliest tree” (pohon paling kesepian dunia yang baru). 

Jadi, Apa Tanaman Bisa Kesepian?

Ngomong soal kesepian, biasanya yang kebayang adalah manusia yang sendirian, nggak punya teman ngobrol, atau jauh dari orang-orang tersayang. Tapi gimana dengan tanaman? Dengan adanya jaringan mikoriza dan hasil penelitian Sebastian Lauzinger yang tadi. Apa bisa disimpulkan kalau tanaman juga bisa merasa ‘kesepian’?

Harusnya kamu sudah tahu jawabannya.

Secara teknis, tanaman memang nggak punya perasaan dan otak atau sistem saraf kayak manusia. Jadi, kesepian pada manusia nggak bisa dirasakan oleh tanaman. Tapi, sebagian ilmuwan percaya kalau isolasi, misalnya tanaman yang di pot sendirian, bisa ngefek ke cara tanaman tumbuh dan interaksi dengan lingkungan.

Di alam bebas, tanaman bisa hidup berdampingan dengan tanaman lain. Akar-akarnya saling terhubung lewat jaringan jamur mikoriza tadi. Mereka bertukar nutrisi, air, bahkan sinyal kimia. Tapi kalau sudah dipindahkan ke pot, mereka jadi terisolasi dan kehilangan koneksi dengan jaringannya. Bisa dibilang mereka jadi ‘sendirian’, nggak bisa ngobrol atau minta tolong pas lagi ada masalah.

Peneliti dari berbagai belahan dunia lagi mendalami hal ini. Meskipun belum bisa disimpulkan apakah tanaman benar-benar ‘kesepian’, ada indikasi bahwa tanaman yang tumbuh sendirian cenderung kurang optimal. Beberapa bahkan menunjukkan respons yang lebih lambat terhadap stres atau serangan hama. Ini bisa jadi karena mereka nggak punya support system dari sesama tanaman.

SUGi adalah platform global yang gerak di bidang pengembangan ruang terbuka hijau dan hutan mini buat wilayah perkotaan. Dalam salah satu rilisnya, mereka bilang “Ketika pohon perkotaan ditanam secara monokultur, mereka kehilangan aspek komunitas ini dan menderita.”

“Mereka tidak dapat menjalin hubungan simbiosis di bawah tanah atau menerima peringatan atau mendapatkan manfaat dari interaksi sosial yang dibutuhkan pohon untuk tumbuh subur. Mereka juga dapat kepanasan dan berhenti berfotosintesis – sesuatu yang jarang terjadi dengan keragaman tanaman yang lebih rapat.”

“Dampaknya dapat berupa meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, laju pertumbuhan lebih lambat, dan kebutuhan pemeliharaan lebih besar,” sebagai penutup.

Jadi, meski kelihatannya diam dan pasif, sebenarnya tanaman punya ‘kehidupan sosial’ yang kompleks di bawah tanah. Mungkin mereka nggak kesepian kayak manusia, tapi tetap saja hidup berkomunitas bikin mereka lebih kuat.

SendShareShareTweet

Tulisan Lainnya

Trivia

Serba-Serbi Wisuda dari Zaman Baheula

2 May 2025
Trivia

The Red Car Theory: Dunia yang Kelihatan Kompak Sebenarnya Cuma Ilusi

14 April 2025
Trivia

Asal Usul Gelar Haji, Titel Khas Indonesia yang (Nyaris) Nggak Ada di Tempat Lain

26 March 2025
Trivia

Kursi Plastik Paling Laris di Dunia, Namanya Monobloc Chair

16 March 2025
Next Post

Single: “Mau Tak Mau”, Perkenalan Tsaqib Sebagai Solois

Nonton Konser Rock Versi Mewah & Megah di Malang Rockestra 2025

Warisan Hijau Paus Fransiskus untuk Bumi dan Umat Manusia

Single: “Waktunya Pas” Clara Riva, Ceria di Waktu yang Tepat

Please login to join discussion

© 2025 hipKultur.com

Opsi Lainnya

  • About
  • Contact

Ikuti

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Sign Up
Kirim Tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result

© 2025 hipKultur.com