Makan makanan sehat akan memberikan dampak yang baik buat tubuh. Tapi, kalau terlalu terobsesi sampai nggak mau makan makanan lain–yang dianggap tidak sehat–itu malah bahaya.
Bisa dikategorikan kena gangguan makan yang disebut orthorexia nervosa, atau orthorexia.
Dokter Amerika Steve Bratman pertama kali menciptakan istilah orthorexia pada tahun 1997. Istilah ini berasal dari kata Yunani “orthos” yang berarti “benar” dan “orexis” yang berarti “selera”.
Orang yang mengindap orthorexia cuma mau makan makanan sehat seperti buah dan sayur. Nggak mau makan makanan lain yang mengandung lemak, gula, pengawet, pewarna, sampai perasa buatan.
Ekstremnya, mereka bakal lebih memilih kelaparan ketimbang makan makanan yang menurutnya tidak sehat.
Dampaknya bisa ke sosial juga. Jadi semakin sulit bersosialisasi karena khawatir dipaksa makan makanan nggak sehat. Repot.
Orthorexia termasuk gangguan obsesif kompulsif (OCD) seperti anorexia nervosa atau bulimia nervosa. Bedanya kalau anorexia tidak makan karena takut kelebihan berat badan.
Ada Gejalanya
Menurut studi dari University College London 2017, 49% pengguna Instagram memiliki gejala orthorexia.
Kata Dr. Hanganu Bresch, Profesor dari University of the Sciences, Philadelphia, orang-orang banyak terpengaruh gambar makanan sehat, iklan produk nutrisi di medsos yang menghasilkan badan aduhay. Jadi lah banyak yang terobsesi pengen begitu juga.
Dirangkumkan Healthline, orthorexia punya gejala umumnya, seperti:
- Takut yang intens dengan makanan “tidak sehat” dan menghindari makanan itu.
- Obsesi atau perhatian berlebihan dengan makanan sehat dan nutrisi.
- Memeriksa daftar bahan dan label nutrisi secara teliti.
- Menghindari sejumlah besar kelompok makanan, meskipun nggak memiliki alasan medis, agama, budaya, atau etika buat melakukannya (misalnya, gluten, gula, semua karbohidrat, semua lemak, produk hewan).
- Menghabiskan waktu yang nggak wajar lama buat merencanakan, membeli, dan mempersiapkan makanan yang mereka anggap sehat. Sampai mengganggu area lain dalam hidup mereka.
- Pandangan kritis terhadap kebiasaan makan orang lain.
- Menghindari acara sosial dan makanan yang disiapkan oleh orang lain.
- Mengalami malnutrisi atau penurunan berat badan akibat pembatasan makanan yang parah.
- Terpaku pada pencegahan atau penyembuhan penyakit dengan makanan atau “makanan bersih.”
Bahayanya lagi, orang yang benar-benar mengidap orthorexia ini jadi gampang stres dan depresi. Apalagi kalau semua standar makanan sehatnya nggak terpenuhi.
Bedanya Sama yang Niat Hidup Sehat Aja
Orthorexia ini kebanyakan pemicunya dari niat diet dan hidup sehat. Di beberapa kasus, sulit membedakan antara orthorexia dan orang yang memang minat makan makanan sehat aja, seperti vegan misalnya.
Tapi sederhananya, bisa disebut orthorexia kalau antusiasme makan makanan sehat berubah jadi obsesi yang berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.
Orang yang lagi diet juga kan biasanya punya cheating day. Kalau orthorexia nggak ada sama sekali. Jangankan mau nge-cheat, lihat makanan nggak sehat aja takut.
Harus Diobati
Dampak kesehatan dari orthorexia bisa sama parahnya sama gangguan makan lainnya, soalnya mental dan fisik akan terserang. Jadi wajib diobati.
Treatment orthorexia dimulai dari kesadaran diri dulu. Orangnya harus benar-benar sadar efek negatif dari terlalu obsesi makan makanan sehat.
Di kasus-kasus yang parah, ahli gangguan makan akan mengobati orthorexia sebagai variasi dari anoreksia dan/atau OCD. Ada tahapan pengobatan seperti:
- Psikoterapi (Buat mengobati gangguan yang mendasarinya. Misalnya gangguan kecemasan atau anxiety, depresi, atau OCD)
- Pengenalan bertahap terhadap makanan-makanan pemicu
- Modifikasi perilaku
- Restrukturisasi kognitif
- Pelatihan relaksasi (misalnya meditasi, yoga, tai chi, latihan pernapasan)
- Pemulihan berat badan, bila perlu
Pengetahuan tentang informasi nutrisi yang didukung bukti ilmiah bisa membantu penderita orthorexia buat memahami, membatasi, dan akhirnya move on.
Jadi sekarang coba dipikir-pikir lagi. Kalau kamu merasa dietmu malah berdampak negatif pada kesehatan, psikologis, atau kehidupan sosial, patut dicurigai kamu menderita orthorexia.