Pas menggambar bareng kelompoknya, mereka ketahuan polisi dan akhirnya kejar-kejaran. Teman-temannya berlarian, Banksy tertinggal, lalu sembunyi di bawah truk sampah. Sambil berlumuran oli, ia melihat pelat stensil menempel di bagian bawah tangki bahan bakar. Di situ muncul inspirasi, kepikiran kalau teknik stensil akan lebih praktis buatnya yang bakal sering diburu aparat. (dikutip dari Majalah Smithsonian)
Popularitas Meroket sebagai Ikon Seni Kontemporer
Nama Banksy mulai dikenal lebih luas waktu dia pindah ke London, sekitar tahun 2000. Itu setelah dia menggelar pameran di bar dan restoran Seven Shed di Bristol, bulan Februari.
Pameran pertama di London digelar di terowongan Rivingston Street, bulan Mei 2000. Bersama sejumlah seniman jalanan lain, pameran disiapkan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Sementara yang hadir dalam pembukaannya mencapai sekitar 500-an orang.
“Kami menyelesaikan karya seni dalam waktu 25 menit dan mengadakan pesta pembukaan di akhir minggu itu dengan bir dan alunan musik hip-hop dari belakang mobil van Transit. Sekitar 500 orang datang ke acara pembukaan yang hampir tidak mengeluarkan biaya apa pun untuk persiapannya,” kata Banksy kepada Smithsonian.
Berikutnya, ia kembali menggarap pameran di London pada tahun 2003. Pameran ini menarik perhatian media Inggris, menjadikannya sorotan di dunia seni jalanan.
Judulnya Turf War, bertempat di bekas gudang di Hackney. Mengambil konsep bernuansa karnaval, menampilkan hewan-hewan ternak berhias gambar khas Banksy. Di antaranya sapi betina hidup yang kulitnya dihiasi potret Andy Warhol, serta Ratu Elizabeth II yang nyamar jadi simpanse.
Meski menuai kontroversi, terutama atas tudingan eksploitasi hewan, Banksy memastikan bahwa tidak ada hewan yang dirugikan selama pameran. Dia bilang juga kalau cat yang dipakainya ramah buat kulit hewan, soalnya itu cat yang biasa dipakai di peternakan buat menandai mereka.

Memperluas Jangkauan Sampai ke Luar Negeri
Pameran monumental itu nggak lantas menghentikannya sebagai seniman jalanan. Dalam beberapa belas bulan setelah Turf War, Banksy lagi-lagi menggencarkan aksi ‘bombing’.
Salah satu karya paling ikonik muncul di Jerusalem, yaitu “Flower Thrower” (2003). Menegaskan posisi Banksy sebagai seniman protes yang kuat pandangan politiknya.
Tepi Barat tahun 2005, terpampang serial grafiti di tembok pembatas Israel-Palestina. Di antaranya menampilkan anak-anak yang bermain di merry-go-round yang pusatnya menara pengawas, seorang anak merobek tembok dan melihat sisi lain dinding, atau gadis kecil yang diterbangkan balon udara buat manjat tembok Gaza.
2 Tahun sebelumnya, dia sempat bikin stensil tipografi “Mind the Crap” buat mengejek konsumerisme dan sistem transportasi. Frasa itu adalah plesetan dari slogan kereta subway Inggris “Mind the Gap”.
Lalu ada “There’s Always Hope” yang menggambarkan balon berbentuk hati yang terlepas dari pegangan seorang gadis kecil. Stensil ini pertama kali muncul di Southbank, London, lalu sering digarap ulang di berbagai lokasi. Salah satunya di-repro di media kanvas, kelak jadi karya seni termahal Banksy yang terjual di lelang Southeby’s.
Daftarnya belum berhenti, Banksy juga nekat beraksi jahil menyasar museum-museum seni besar dunia. Contohnya di Museum Louvre, Prancis, di mana dia sukses masang gambar Mona Lisa yang wajahnya diganti emoji senyum. Atau di Metropolitan Museum of Art, New York, AS, dengan melakukan hal yang sama pada lukisan lain. Bedanya, kali ini wajah wanita di lukisan diganti pakai masker gas.
Aksi-aksi iseng semacam itu nggak cuma nyasar museum. Banksy sempat juga menyelundupkan boneka balon berpakaian kayak tahanan Guantanamo di wahana Big Thunder Mountain Railroad, Disneyland. Atau yang lain, membeli 500 keping CD Paris Hilton album Paris, lalu memodifikasi sampulnya, dan menaruhnya di rak-rak sejumlah toko kaset di Inggris. Lebih aneh lagi, soalnya semua aksi itu dilakukan tanpa ketahuan.
Banksy Nggak Mau Stop Bikin Onar Lewat Karya Besar nan Monumental
Pameran besar ketiga Banksy bertajuk Crude Oils diadakan di London 2005. Banksy mengeksplor teknik lukis cat minyak, merespons karya-karya terkenal Monet, Van Gogh, atau Andy Warhol, tapi dimodifikasi sesuai gayanya sendiri.
Selama beberapa tahun usai Crude Oils, Banksy terus bikin ‘onar’ lewat berbagai aksi iseng yang semakin nggak ketulungan. Beberapa tercatat sebagai proyek besar yang kelasnya sudah jauh lebih tinggi dari pameran terowongan di London.

