Ngomongin legenda musisi rock and roll, nama-nama yang sering muncul pasti Chuck Berry, Johnny Cash, Jerry Lee Lewis, Little Richard, atau Elvis Presley.
Tapi kamu sudah tahu belum, kalau musik beliau-beliau itu lahir berkat inspirasi dari seorang musisi wanita Amerika? Sosok ini bahkan punya peran besar dalam pembentukan fondasi awal genre rock and roll, soul, dan blues elektrik.
Namanya, Sister Rosetta Tharpe. Orang-orang sekarang menjulukinya sebagai The Godmother of Rock ‘n’ Roll.
Lahir dengan nama Rosetta Nubin pada 20 Maret 1915, di Cotton Plant, Arkansas, wanita kulit hitam ini sudah dikelilingi musik sejak kecil. Ibunya, Katie Harper Atkins, adalah seorang penyanyi gospel yang juga penginjil (orang yang menyebarkan ajaran Injil).
Tharpe mulai main gitar di umur empat tahun. Setelah makin luwes, di umur enam tahun dia diajak keliling ke gereja-gereja dan tampil bersama rombongan penginjil.
Pertengahan tahun 1920-an, Tharpe dan ibunya menetap di Chicago. Mereka masih terus bermain musik rohani sampai Tharpe tumbuh besar.
Perpaduan antara gospel, blues Delta, dan jazz yang dia serap dari lingkungan sekitar Chicago menciptakan gaya musik yang nyentrik pada zamannya.
Meski dianggap inovatif, gaya unik Tharpe sempat bikin komunitas gospel cemas. Di tahun 1930-an, perempuan pemain gitar yang menyentuh tema sekuler dan religius jadi hal langka.
Tapi Tharpe nggak menyerah gitu aja. Keberaniannya membuka jalan baginya untuk sukses di Cotton Club Revue, sebuah klub di New York City, tahun 1938. Dia menjadi hit di kalangan penonton kulit putih dengan lagu-lagu jazz yang dibawakannya.
Sukses di Single Pertama
Di tahun yang sama, ia menandatangani kontrak dengan Decca Records dan merilis single pertamanya, “Rock Me,” versi lagu gospel “Hide Me in Thy Bosom,” yang ditulis oleh Thomas Andrew Dorsey (“Bapak Musik Gospel”).
Single itu langsung meledak di pasaran. Kombinasi apik permainan gitar blues khas Tharpe dan musik gospel tradisional, membuatnya disorot publik.
Namanya semakin naik daun setelah Tharpe mulai kolaborasi dengan artis-artis terkenal seperti Duke Ellington dan Dixie Hummingbirds.
Tahun 1941, dia mulai tur dengan Lucky Millinder Orchestra, sebuah band swing terkenal, dan merekam lagu “I Want a Tall Skinny Papa.”
Tharpe juga kerja sama dengan Jordanaires, grup pria kulit putih, dan mulai tampil di hadapan penonton campuran.
Tapi, meski dia mulai dikenal luas, Tharpe harus menghadapi rasisme yang masih sangat kuat waktu itu. Saat tur, dia sering kali harus tidur di dalam bus dan mengambil makanan lewat pintu belakang restoran. Karena restoran dan hotel masih memisahkan pengunjung berdasarkan ras.
Strange Things Happening Every Day
Semangat Tharpe nggak pernah pudar, meskipun menghadapi berbagai hambatan ini. Dia terus mencetak kesuksesan besar.
Setelah Perang Dunia II, tahun 1941 Tharpe bergabung dengan band swing Lucky Millinder, lalu mulai menjalankan tur.
Ia menikah dengan Thomas J. Tharpe, seorang pendeta di tahun 1934. Tapi pernikahan ini berakhir pada 1943. Meski begitu, ia terus menggunakan nama panggung Tharpe.
Tahun 1944, dia merilis “Strange Things Happening Every Day” dengan pianis jazz dan boogie-woogie Sammy Price. Sebuah lagu yang menandai perubahan besar dalam kariernya.
Ini juga jadi lagu gospel pertama yang mencapai 10 besar di tangga lagu rekaman “race” (kemudian R&B) Billboard. Liriknya secara halus merespons berbagai peristiwa dunia saat itu: berakhirnya Perang Dunia II, ledakan bom atom di Hiroshima, hingga Jackie Robinson yang memecahkan batasan ras di Major League Baseball. Tharpe berhasil menerjemahkan kegelisahan global lewat musiknya.
Banyak pakar musik yang menyebutkan bahwa “Strange Things Happening Every Day” adalah awal mula rock ‘n’ roll. Bahkan, Chuck Berry dan Elvis Presley mengakui pengaruh besar Tharpe dalam membentuk gaya musik mereka.
Di akhir 1940-an, Tharpe bertemu pasangannya, Marie Knight—yang juga penyanyi gospel—lalu merilis lagu “Up Above My Head.”
Mereka menjadi duo yang sukses dan mendobrak banyak batasan dalam industri musik. Yang lebih mencolok lagi, mereka adalah dua wanita kulit hitam queer yang tampil bersama dalam masyarakat yang sangat konservatif pada saat itu. Mereka melakukan tur bersama selama beberapa tahun sebelum hubungan mereka berakhir di tahun 1950.
Setahun kemudian, Tharpe menikahi manajernya, Russell Morrison, dalam sebuah upacara yang dihadiri 20.000 orang di stadion bisbol Washington D.C., diikuti oleh konser besar yang rekamannya dirilis sebagai album.
Meski kariernya mulai meredup di Amerika Serikat, karya-karya Tharpe tetap menjadi fondasi bagi generasi musisi rock ‘n’ roll yang datang setelahnya.
Panggung Internasional
Tahun 1957, Sister Rosetta Tharpe membawa bakatnya ke Eropa, memperkenalkan musik gospel dan blues-nya ke audiens baru.
Salah satu penampilan paling ikoniknya terjadi di stasiun kereta api di Manchester, Inggris, pada 1964. Hari itu hujan deras, tetapi Tharpe nekat turun ke peron, membawa gitarnya, lalu menyanyikan “Didn’t It Rain.”
Lagu ini, juga “Down by the Riverside” dan “Precious Lord,” memperlihatkan permainan gitar Tharpe yang khas dan suara powerful-nya. Penampilan itu makin memperkuat statusnya di panggung internasional.
Waktu itu, sangat jarang seorang wanita tampil dengan teknik gitar yang sangar, apalagi dalam genre gospel yang biasanya lebih mengandalkan suara daripada instrumen.
Selama bertahun-tahun, Tharpe memainkan beberapa gitar, seperti Gibson L-5 tahun 1929, National Triolian tahun 1931, Gretsch G117 Double Anniversary, dan Gibson Les Paul goldtop dengan P90. Tahun 60-an, ia mengadopsi Gibson SG/Les Paul Custom tahun 1961 warna putih.
Ritme yang memikat dan teknik main gitarnya yang khas, membuat Tharpe jadi sumber inspirasi musisi-musisi kulit putih di era 1950-an dan 1960-an.
Karier Tharpe terhenti sementara di tahun 1970 ketika dia terkena stroke, hingga salah satu kakinya harus diamputasi karena komplikasi diabetes.
Tapi, semangatnya yang tak kenal menyerah tetap menyala sampai akhir hayatnya. Tharpe meninggal tanggal 9 Oktober 1973 di Philadelphia, juga karena stroke.
Dalam Lost Highway: Journeys & Arrivals of American Musicians (1979), sejarawan Peter Guralnick bilang kalau pemain rockabilly awal Sleepy LaBeef percaya bahwa Tharpe-lah yang membangun landasan musik rock and roll. Jerry Lee Lewis juga katanya mengadopsi gaya pianonya dari lagu “Strange Things Happening Every Day.”
Sister Rosetta Tharpe akhirnya dapat pengakuan yang layak ketika namanya dimasukkan dalam museum Rock and Roll Hall of Fame tahun 2018.
Kisahnya diceritakan dalam buku Shout, Sister, Shout!: The Untold Story of Rock-and-Roll Trailblazer Sister Rosetta Tharpe (2007) oleh Gayle F. Wald.
Ya meskipun kontribusinya dalam perkembangan rock ‘n’ roll sempat diabaikan selama bertahun-tahun, warisannya akan tetap hidup. Namanya dikenang selamanya sebagai “Godmother of Rock ‘n’ Roll.