Pada zaman dahulu yang cukup kala, ada kisah tentang Sultan Mahmud dari Afghanistan dan pelayannya, Ayyaz. Meskipun Ayyaz cuma pelayan, dia orang yang bijak, dan Sultan Mahmud sangat menghargai kearifannya.
Sayang, penghargaan itu bikin para menteri dan pejabat tinggi istana iri hati. Makanya, kemudian mereka mulai menyebar rumor, bahkan fitnah yang menyatakan bahwa Ayyaz cuma orang bodoh.
Sultan yang mendengar kabar tersebut, lalu memutuskan untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling bijak. Ia bikin pengumuman ke seluruh rakyat, mau membagikan semua harta miliknya pada hari tertentu. Syaratnya gampang. Setiap orang yang menyentuh suatu benda di istana pada hari itu, otomatis akan memilikinya.
Singkat cerita, hari yang dijanjikan pun tiba. Orang-orang berbondong-bondong datang ke istana.
Waktu semua orang sudah kumpul, Sultan kembali menegaskan syarat yang dia berikan. Siapa pun yang menyentuh sesuatu, benda tersebut akan jadi miliknya.
Pintu istana pun dibuka dan semua orang segera lari ke sana ke mari, buat meraih barang-barang berharga—mulai dari perhiasan emas hingga perabot mewah. Semua peserta berlarian, termasuk sebagian pejabat istana yang menyebar rumor soal Ayyaz.
Tapi, Ayyaz justru berdiri dekat sang Sultan, bahkan dia cuma diam, nggak menyentuh apa pun. Orang-orang yang melihat diamnya Ayyaz menganggapnya bodoh dan gila, soalnya dia nggak memanfaatkan kesempatan emas tersebut. Menyikapi keraguan itu, Ayyaz pun bertanya kepada sang Sultan, menegaskan lagi ketepatan janjinya. Sang Sultan mengiyakan, “Ya, apapun yang kamu sentuh adalah milikmu.”
Tanpa ragu, Ayyaz langsung meletakkan tangan kanannya di atas kepala sang Sultan dan tangan kirinya di bahu sang Sultan.
Dengan suara lantang, ia berseru, “Dengarkan, semuanya! Aku telah menunggu momen ini untuk mendapatkan sesuatu yang paling berharga. Kalian semua mengambil barang-barang milik sang Sultan, tetapi kalian lupa bahwa sumber dari segala kekayaan itu adalah sang Sultan sendiri. Dengan kedua tanganku yang kini menyentuh sang Sultan, aku menyatakan bahwa sang Sultan adalah milikku. Karena itu, tidak seorang pun dari kalian dapat mengambil sesuatu pun dari istana ini, karena sesungguhnya aku telah memiliki segalanya.”
Mendengar pernyataan itu, para pengais harta Sultan langsung terdiam. Mereka pelan-pelan sadar bahwa sesungguhnya Ayyaz sangat cerdas, bahkan dia yang paling cerdas di istana. Sementara yang lain terjebak dalam ambisi meraih harta dan materi yang terpapar di depan mata, Ayyaz menunjukkan bahwa kekayaan yang sejati justru ada pada sosok pemiliknya.
Lebih Kaya dari yang Paling Kaya
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan, kita sering terjebak dalam pencarian harta duniawi hingga melupakan hal yang paling utama, yaitu Sang Pencipta.
Ayyaz dengan kecerdasan dan keberaniannya mengingatkan bahwa harta dan kenikmatan dunia hanya sementara, sementara hubungan dengan Allah sebagai sumber segala kebaikan adalah kekayaan yang hakiki. Kalau kita menjadikan Allah sebagai sahabat sejati, maka nggak ada lagi yang kita perlukan selain-Nya. Kisah ini juga menyoroti pentingnya kebijaksanaan, keikhlasan, dan kesadaran untuk selalu mengutamakan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita asli: The Smart Thing To Do