in

Nggak Nyangka, Karya Seni “Konyol” Kaya Gini Harganya Jutaan Dolar

ilustrasi karya seni lukis
ilustrasi karya seni lukis

Salvatore Garau. Seniman asal Italia ini pernah menjual karyanya seharga 15 ribu Euro, sekitar Rp250 juta di kurs sekarang. Karyanya dilelang di balai Art-Rite. Awalnya ditaksir akan laku antara €6.000-9.000. Tapi ada penawar yang ngegas, sehingga akhirnya terjual di angka €15.000.

Di ranah seni, harga segitu masih termasuk lumrah. Tapi yang bikin geleng-geleng kepala, adalah tampilan fisik karyanya. Salvatore Garau bikin karya berupa patung yang nggak ada tampilannya.

Iya, Hipmin nggak lagi ngaco. Karya Salvatore Garau yang laku Rp250 juta itu adalah patung immaterial alias tanpa wujud, yang diberi judul Io Sono (I am/aku adalah). Patung itu benar-benar nggak ada, nggak menampilkan/kelihatan apa-apa, kosong, nggak ada wujudnya.

Tapi dengan membayar segitu, pembeli patung tak kasat mata juga akan membawa pulang sertifikat original plus buku panduan, mengutip artnet.com. Isinya tentang cara untuk menikmati dan menempatkan karya. Kalau saran Pak Garau, karya itu harus dipajang di rumah pribadi, dalam ruang bersih tanpa halangan, di area seluas 5×5 kaki.

Bisa bayangin, kan? Sebenarnya sama saja dengan memajang patung biasa. Cuma kali ini patungnya nggak ada tampilannya sama sekali.

Kalau kamu pikir Pak Garau sengaja nge-prank, ya boleh-boleh aja. Tapi namanya seniman, selalu punya konsep matang. Jadi, argumen atau kritik yang kamu berikan juga nggak akan ngefek. Soalnya, dasar argumentasi si seniman pastinya sudah sekuat macan.

Dan dia pun nggak tanggung-tanggung. Rencananya, patung nirwujud itu nggak cuma dibikin satu, tapi tujuh buah. Dari penelusuran Hipmin, ada lima patung yang sudah jadi sampai 2023 kemarin. Di antaranya Io Sono yang dilelang di Art-Rite, Thinking Buddha di Milan, Afrodite Cries di New York, serta sepasang  LOVE, IMMENSE LOVE di Jerusalem.

Karya Seni Paling Konyol yang Laku Miliaran

Gimana? Ada yang konyol, atau kedengarannya kayak omong kosong?

Kalau kamu mikir kayak gitu, tenang, kamu nggak sendirian. Mengutip video liputan Deutsche Welle di Milan. Ada orang kebetulan lewat yang ditanya reporter, “Apakah kamu melihat di sini ada karya patung? Patung ini judulnya Thinking Buddha.”

Pejalan kaki itu menjawab, “Saya nggak lihat Buddha, nggak lihat juga kalau di situ ada yang lagi mikir.”

Hipmin pun nggak habis pikir. Kok bisa, barang nggak ada wujudnya gitu bisa laku ratusan juta rupiah. Sementara nggak sedikit kolega di kancah ekraf yang ngeluh gajinya kecil dan kurang, nggak sebanding sama kinerja yang sudah ngos-ngosan.

Tapi menurut si seniman, dia bilang bahwa patung itu memang ada, tapi nggak dalam bentuk materi, dan sebenarnya itu lebih kayak “ruang hampa”.

“Ruang hampa nggak lebih dari sekadar ruang yang penuh energi, dan bahkan jika kita mengosongkannya dan nggak ada sisa. Menurut prinsip ketidakpastian Heisenberg, ‘ketiadaan’ itu punya bobot. Oleh karena itu, ia punya energi yang dipadatkan dan diubah jadi partikel, yaitu, menjadi kita. Itu mirip dengan cara kita punya ide tentang dewa/Tuhan yang belum pernah kita lihat,” jelasnya.

Namun, tentu saja, nggak semua orang bisa paham dan nerima logika macam ini. Sebagian besar dari kita mungkin lebih relate sama komentar pejalan kaki tadi.

Dan asal kamu tahu, dalam dunia seni kontemporer, fenomena kayak gini bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan ada karya-karya unik dan lucu itu sukses terjual dengan harga jauh lebih tinggi daripada patung nirwujud milik Salvatore Garau. Ini dia daftarnya:

1. The Comedian – Maurizio Cattelan

The Comedian karya Maurizio Cattelan (dok: Sydney Morning Herald)

Sebuah pisang kuning ditempel di dinding pakai lakban silver. Awalnya terjual seharga 120 ribu dolar AS (sekitar Rp1,8 miliar) pada tahun 2019. Tapi, lima tahun kemudian si kolektor bisa menjualnya lagi dengan harga 6,24 dolar AS.

Karya berjudul The Comedian ini bikinan seniman Italia, Maurizio Cattelan. Konsepnya adalah refleksi absurd terhadap kapitalisme dan konsumsi di dunia seni.

Sudah tampilannya bikin heboh, ada kejadian konyol pula. Suatu saat seorang pengunjung malah nekat makan pisang itu di pameran Art Basel Miami Beach. Lalu dengan santainya bilang kalau dia “Lapar.”

Terus, apa berarti karya itu rusak? Oh, tentu nggak! Seniman lalu masang pisang yang baru, dan nilai karyanya pun tetap terjaga.

2. Love Is In The Bin – Banksy

Love Is In The Bin karya Banksy (dok: Alexander Scheuber/getty images)

Banksy yang terkenal dengan mural ideologisnya, salah satu karyanya, Love Is In The Bin pernah terjual di balai lelang Southeby seharga 18,6 juta poundsterling tahun 2021 lalu. Itu setara dengan Rp370 miliar, kira-kira cukup buat beli semua ponsel mahal dalam daftar ini.

Love Is In The Bin sebenarnya adalah versi ‘repackage’ dari karya Banksy berjudul Girl with Balloon. Lukisan itu pertamanya berupa grafiti pada dinding sebuah toko di London. Lalu diproduksi ulang dalam jumlah banyak di atas bermacam-macam media, termasuk kanvas.

Versi baru Girl with Balloon yang berbingkai kemudian dilelang di Sotheby’s. Kali ini konsepnya auto-destruction (auto-hancur), di mana lukisan itu akan langsung hancur oleh paper shredder tersembunyi di balik bingkai. Di momen yang pas, waktu afslager mukul palu buat mutusin pemenang lelang.

Lukisan itu sendiri laku sekitar Rp20 miliar. Sebelum dilelang lagi dalam rupa dan judul Love Is In The Bin, yaitu Girl with Balloon berbingkai yang setengah hancur oleh paper shredder.

3. Onement VI – Barnett Newman

Onement VI karya Barnett Newman (dok: Emmanuel Dunand/Agence France-Presse — Getty Images)

Lukisan sepasang persegi panjang warna biru polos, yang dipisahkan garis putih vertikal di tengahnya. Ini bentuknya nggak rapi-rapi amat, malah mungkin bisa dibilang asal-asalan.

Tapi soal harga, lukisan abstrak ini mustahil bisa kamu beli. Kalaupun bisa, apa kamu beneran mau? Soalnya, lelang Sotheby’s terakhir berhasil menjualnya seharga 43,8 juta dolar AS (sekitar Rp700 miliar). Lebih mahal dari satu unit rumah di Menteng, Pondok Indah, atau BSD City.

Onement VI karya Barnett Newman dibilang mirip tampilan layar video game jadul, Pong. Barnett Newman menggambarkannya sebagai “kesederhanaan dalam kompleksitas.” Garis tengah warna putih yang disebut “zip” itu adalah representasi pemisahan dan penyatuan dalam kehidupan. Aseeek.

4. Rabbit – Jeff Koons

Rabbit karya Jeff Koons (dok: BEN STANSALL/AFP/Getty Images)

Kelinci bukan sembarang kelinci. Meski kelihatannya dibikin dari balon, aslinya patung kelinci ini terbuat dari logam yang mengkilap ceria.

Menurut NPR, karya Jeff Koons ini mencatat rekor sebagai karya seniman hidup termahal yang pernah dilelang. Rumah lelang Christie’s menjualnya seharga lebih dari $91 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Pembelinya adalah Robert Mnuchin, pedagang seni yang ayahnya mantan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin. Dan Pak Robert sendiri menawar atas nama kliennya yang nggak tahu siapa.

“Patung ini tampak tajam dan dingin, tapi juga bermain-main dengan bahasa visual yang identik dengan masa kecil—sesuatu yang murni dan polos. Tanpa fitur wajah, kelinci ini tampak misterius. Tapi bentuknya yang menggemaskan, dengan lekukan dan lipatan khas balon, justru menghidupkan kesan ceria dan ringan,” begitu tulisan esai lot di Christie’s.

5. Untitled (Riot) – Christopher Wool

Untitled (Riot) karya Christopher Wool (dok: Vogue)

Seniman Christopher Wool suka bikin stensil ukuran besar. Beberapa cuma bertuliskan satu kata, dan Riot adalah salah satunya. Tipografi huruf kapital mencerminkan statement tegas yang menggambarkan “kacaunya” situasi masyarakat menjelang milenium.

Memang kelihatannya simpel. Mungkin juga nggak sedikit yang merasa kalau karya semacam itu bisa dibikin oleh siapa saja. Tapi kalau bukan bikinan Christopher Wool, mustahil lukisan huruf stensil itu bisa dilelang via Sotheby’s. Apalagi sampai laku di angka 29.9 juta dolar AS tahun 2015.

Sebelumnya, pada 2012, lukisan Wool yang konsepnya hampir sama, juga terjual seharga 7,8 juta dolar. Cuma tulisannya waktu itu bukan RIOT, tapi FOOL.

6. Fountain – Marcel Duchamp

Fountain karya Marcel Duchamp (dok: tate.org)

Marcel Duchamp biasanya bikin karya dengan merespon produk sehari-hari. Kadang dirombak total atau sedikit, diatur ulang, kadang cuma diberi tanda tangan. Memang, orang ini sudah mengembangkan teknik sendiri yang dia beri nama “ready made” (siap pakai).

Dia pernah bikin heboh dengan karya Fountain (air mancur) buatan 1917. Itu berupa urinoir berbahan porselen yang direbahkan, sehingga kelihatan terbalik.

Awalnya, Fountain direncanakan ikut pameran Society of Independent Artist. Karya itu diterima, sayangnya nggak jadi dipamerkan di galeri utama. Cuma dipindahkan, disimpan, lalu dibuang, dan akhirnya hilang tanpa jejak. Bukti keberadaannya adalah sebuah foto yang kemudian dimuat di jurnal seni kontemporer, The Blind Man.

Belakangan, artis lain bikin replika Fountain dan banyak juga kolektor yang membelinya. Salah satunya Dimitri Daskalopoulos yang menebusnya seharga 1,75 juta dolar AS pada 1999.

7. Bridge –  Robert Ryman

Bridge karya Robert Ryman (dok: Sotheby’s)

Seniman Amerika ini menonjol lewat karya konseptualnya yang super minimalis. Sepanjang hidupnya, dia sudah menghasilkan 40 karya. Hampir semuanya di media kanvas berbentuk persegi, dan menampilkan sapuan kuas monokrom alias satu warna.

Dari 40 lukisan itu, yang paling terkenal berjudul Bridge buatan 1980. “Cuma” sebidang warna putih dengan aneka corak dan teknik sapuan. Lukisan itu dilelang di Christie’s seharga $20,6 juta pada 12 Mei 2015.

Buat Robert Ryman, berkarya bukan soal “apa yang dilukis”, tapi “gimana melukisnya”. Ya, memang karena lukisan monokromnya menonjolkan teknik sapuan kuas, dengan ketebalan cat yang variatif. Jadi, jangan berharap ada elemen lain yang muncul dan jadi pusat perhatian.

8. My Bed – Tracey Emin

My Bed karya Tracey Emin (dok: artlyst.com)

Putus cinta, rezeki pun tiba. Rezeki nomplok pula. Itu dialami oleh seniman Inggris Tracey Emin.

Setelah putus cinta tahun 1998, ia cuma bisa rebahan berhari-hari. Sambil merasa sedih, depresi, dan nggak ngapa-ngapain selain makan-minum.

Waktu “sembuh”, dia bangun dan melihat betapa kasurnya berantakan. Sekaligus sadar bahwa dia sudah nggak sengaja bikin karya seni instalasi. Maksudnya, ya tempat tidurnya yang morat-marit itu. Lengkap dengan seprai kotor, pakaian dalam bernoda darah, tampon, kondom bekas, sepasang sandal, rokok, koran, dan botol vodka kosong.

Lalu My Bed (tempat tidurku) diikutkan kontes Turner Prize 1999. Meskipun kalah, karya itu bikin orang-orang noleh. Media-media ngasih eksposur kepadanya, sampai mengangkat pamor Enim sebagai seorang seniman.

Lima tahun berselang, kasur berantakan mbak Tracey Enim mendapat spot di rumah lelang Christie’s di London. Berhasil terjual di angka 3,77 juta dolar AS, setelah dimiliki kolektor seni kelas dunia, Charles Saatchi selama 4 tahun. Orang ini pertama kali membelinya seharga $200,000.