K-Pop, singkatan dari Korean Pop, sudah jadi fenomena global yang bikin gempar industri musik dunia. Dengan gaya tarian yang dinamis, lagu yang catchy, dan kostum trendi, beberapa tahun terakhir sudah jadi tren musik populer dan berpengaruh. Nggak cuma di dalam negeri mereka, tetapi sampai skala global.
Sejarah K-Pop
Tentu K-Pop punya sejarah panjang dan kompleks. Meski awalnya K-Pop dipengaruhi musik-musik seperti J-Pop (Jepang) dan C-Pop (China). Namun seiring waktu, K-Pop berkembang jadi satu genre musik tersendiri.
Genre K-Pop tidak muncul begitu saja. Secara musikal, K-Pop juga dipengaruhi berbagai genre musik Barat, seperti pop, hip-hop, R&B, EDM, dan rock. Artis dan produser K-Pop masa kini sering mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam karya mereka, menciptakan nuansa yang unik dan modern.
Dilansir dari Ultimagz, bisa dibilang kalau K-Pop pertama kali lahir bersamaan munculnya boygroup bernama Seo Taiji and Boys pada 1992. Mereka mengusung kombinasi rap, rock, dan techno, membawa udara segar bagi industri musik Korea Selatan yang ketika itu didominasi genre ballad bertempo pelan.
Tapi, yang dibilang ini nggak sepenuhnya benar. Karena ada satu grup lagi yang diklaim menjadi pelopor K-Pop sejati, dibentuk setelah Seo Taiji and Boys.
Apa grup yang dimaksud? Soal yang itu nanti dulu.
Sekitar tahun 1995, populernya Seo Taiji and Boys bikin Lee Soo-man terinspirasi mendirikan agensi hiburan. Sebelumnya, Lee Soo-Man adalah seorang penyanyi. Ia membuat agensi yang bertujuan khusus melahirkan grup muda-mudi. Agensi ini nantinya dikenal sebagai SM Entertainment, perusahaan manajemen hiburan terbesar di Korea Selatan.
Lee Soo-man bersama SM Entertainment menginisiasi cara baru dalam memunculkan tokoh selebritis. Mereka mencari bibit-bibit unggul dari usia muda, lalu melatih mereka untuk menjadi “sempurna”, sebelum akhirnya diperkenalkan kepada publik sebagai sosok-sosok idola.
Selang beberapa tahun saja, SM Entertainment berhasil mengorbitkan beberapa grup. Lalu pada 1997, muncul agensi pesaing SM Entertainment, yakni JYP Entertainment. Agensi ini didirikan oleh Park Jin Young yang juga penyanyi dan penulis lagi. Jeda setahun kemudian, lahir juga YG Entertainment atas inisiatif Yang Hyun Suk, mantan personel Seo Taiji and Boys.
Tiga agensi, SM Entertainment, JYP Entertainment, dan YG Entertainment kemudian dikenal sebagai “Big Three”. Tiga manajemen besar yang menjadi pelopor kesuksesan K-Pop di seluruh dunia sampai sekarang.
Asal Usul Industri K-Pop
Kalau ditarik lagi ke belakang, bibit industri K-Pop diperkirakan muncul sejak tahun 1950-an, di tengah kecamuk konflik Korea Utara dan Selatan.
Industri musik Korea Selatan sebenarnya sudah ada sejak zaman dijajah Jepang. Pusat hiburan ada di Seoul, di mana banyak musisi jazz pribumi mempertontonkan keterampilannya. Hanya saja, kehadiran militer Amerika Serikat pasca Perang Dunia II membawa pengaruh luar biasa pada musik Korea Selatan kala itu, bahkan hingga sekarang.
Amerika Serikat menang di Perang Dunia II kawasan Asia Pasifik. Mereka punya sejumlah basis militer di Korsel, juga ikut membantu negara itu merdeka dari Jepang. Amerika Serikat pula yang mengatur transisi pemerintahan pasca-kemerdekaan kepada politisi lokal.
Pada umumnya, basis militer AS di Korsel dilengkapi sarana hiburan. Organisasi swadaya, United Service Organizations (USO) menjadi pengelolanya. Mereka mendirikan klub militer dan menghadirkan konser musik.
Penampil yang hadir bukan hanya musisi lokal Korea Selatan, sesekali juga didatangkan langsung dari Negeri Paman Sam. Beberapa nama tenar, seperti Marylin Monroe, Nat King Cole, dan Louis Armstrong, tercatat pernah tampil di klub militer.
Sementara itu, ada satu nama musisi lokal yang dianggap paling tenar saat itu. Dia adalah Kim Hae-song/Kim He-szong dengan band-nya yang bernama KPK. Penyanyi sekaligus komposer ini sudah berkiprah sejak 1930-an, meraih kesuksesan hingga dinobatkan sebagai salah satu musisi jazz terbaik Korea.
Kim He-szong punya dua putri. Ketika sudah dewasa, dua putrinya membentuk Kim Sisters yang trio. Putri Kim He-szong bernama Sook-ja “Sue” Kim dan Aija Kim.
Kim Sisters, all-female girl band Korsel ini pernah sukses di AS. Mereka sempat tampil berkali-kali di acara TV besar AS saat itu, seperti The Ed Sullivan Show, The Dinah Show, dan The Dean Martin Show.
Namun, sebelum mulai menginjakkan kaki di AS, mereka memulai karir dengan tampil di klub militer 8th Army Show.
The 8th Army Show
8th Army adalah kontingen ke-8 Angkatan Darat AS di Korea Selatan. Awalnya markas besar mereka berada di Jepang, sebelum akhirnya dipindah ke Seoul pasca-kemerdekaan. Setelah pindah, mulai banyak berdiri klub hiburan di kamp militer 8th Army.
Sebenarnya, sudah ada pertunjukan klub militer AS di Korsel sebelum era 8th Army. Tapi kehadiran kontingen dalam jumlah besar ini turut membuat klub militer semakin populer, sekitar 1957-1965.
Dikutip dari Koreana.or.kr, tercatat ada sekitar 264 klub militer pada pertengahan’50-an. Menghadirkan potensi bisnis hiburan yang besar, nominalnya mencapai 1,5 juta dollar per tahun.
Agensi hiburan pun bermunculan. Dimulai dengan Hwayang pada 1957, lalu Universal, dan Gongyeong. Mereka membuat sistem untuk mengorbitkan artis, mulai dari pencarian bibit berbakat, pelatihan, audisi, hingga menggelar pertunjukan. Itu hampir sama dengan yang dilakukan agensi The Big Three.
Pada tahun 1962, sebuah surat kabar melaporkan bahwa agensi-agensi ini telah mempekerjakan sekitar 1.000 penghibur yang tergabung dalam 25 grup musik dan 60 band.
Potensi bisnis yang besar memicu persaingan. Maka dirumuskanlah sistem audisi, diadakan setiap 3-6 bulan di depan juri dari Amerika Serikat, utusan langsung Departemen Pertahanan.
Audisi dilakukan untuk mengontrol kualitas pertunjukan. Penilaian mutlak berdasarkan sudut pandang subjektif juri AS. Maka jenis musik, pertunjukan, suara, dan gaya Amerika akan lebih diterima, sedangkan kearifan lokal sebaliknya.
Penampil Korea mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan sistem tersebut. Pasalnya audisi pertunjukan 8th Army juga melayani permintaan khusus dari klubnya para pejabat militer di berbagai tingkatan yang berbeda.
Jika ingin bayaran lebih banyak, para penampil pun harus bisa memainkan berbagai genre musik. Mulai dari pop standar, semi klasik, atau jazz untuk klub perwira, sampai rock n roll, RnB, dan country di klub-klub tentara muda. Lagu-lagu dari Elvis Presley dan The Beatles jadi semakin populer karena banyak di-cover musisi lokal.
Tidak heran kalau kemudian Kim Sisters bisa sukses di AS. Selain beruntung, mereka juga telah terlebih dulu ‘digembleng’ lewat pertunjukan di klub militer 8th Army.
Periode akhir industri pertunjukan klub militer berlangsung sekitar tahun 1965. Seiring dengan Pemerintah AS yang mulai menarik pasukannya dari Korsel. Mereka bergeser sedikit ke selatan, terlibat perang dengan negara Asia lainnya, Vietnam.
Generasi Baru Musik Populer Korea
Hwayang, Universal, dan Gongyeong mewariskan model bisnis hiburan di Korea Selatan. Meski perlu diteliti lebih dalam, The Big Three bisa jadi merupakan turunan dari 3 pendahulunya. Setidaknya mereka memiliki kesamaan dalam hal pencarian bibit, audisi, pelatihan bakat, dan pengorbitan.
Jika Kim Sisters membawakan lagu-lagu pop gaya barat, maka Seo Taiji and Boys hanya memasukkan elemen tersebut. Lagu-lagu mereka umumnya berbahasa Korea, tetapi dengan unsur musik populer Amerika, plus sentuhan koreografi dan kostum hip-hop.
Boyband dengan personel 3 orang ini disebut-sebut sebagai grup K-Pop pertama. Berkiprah selama sekitar 4 tahun dan merilis 4 album studio, sebelum kemudian bubar pada 1996.
Grup K-Pop Sejati
Selepas bubar, SM Entertainment kembali dengan H.O.T. yang dianggap sebagai grup K-Pop sejati pertama. Mereka menerapkan resep ketenaran standar industri K-Pop, yaitu dengan memainkan beragam genre musik, personel dengan karakter menarik, penampilan “sempurna”, serta koreografi yang rumit.
HOT tidak lahir secara organik, tetapi dibentuk lewat sejumlah tahapan proses. Mulai dari pencarian bakat dan audisi, pelatihan intensif, dan perumusan konsep. Selanjutnya mereka digeber penuh dengan produksi musik, debut album, hingga promosi besar-besaran lewat berbagai platform, termasuk konser.
Selain grup yang punya lagu hit berjudul “Candy”, ada pula beberapa grup lain yang dianggap sebagai generasi K-Pop pertama. Di antaranya boyband Sechs Kies dan girlgroup SES, serta Fin.KL yang dinaungi DSP Media.
Pada sekitar tahun 1999, muncul grup idola yang baru bernama GOD (Groove Over Dose). Mereka disebut memimpin generasi kedua K-Pop. Ketenaran mereka memang masih belum mendunia, tetapi beberapa grup baru kemudian, dengan resep yang sama, mulai menampakkan diri di kancah musik internasional. Mereka, di antaranya TVXQ, Super Junior dan BIGBANG, serta FT ISLAND, semuanya lahir pada dekade awal millennium.
K-Pop Mendunia
Dan hanya butuh beberapa tahun saja, pada akhirnya K-Pop berhasil mendominasi tangga lagu di hingga line-up festival musik di Amerika Serikat. Dan seperti sudah lumrah, bahwa siapa saja yang mampu mendominasi pasar Amerika Serikat, akan dianggap berhasil secara internasional.
K-Pop Generasi ketiga adalah grup-grup yang muncul pasca tahun 2010. Contohnya, seperti BTS, EXO, Blackpink, Seventeen, dan masih banyak lagi. Sejak itu, dampak global K-Pop semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan dukungan media sosial.
Grup-grup seperti BTS dan Blackpink sudah dikenal luas di skala internasional dan meraih berbagai prestasi. BTS misalnya, telah memecahkan banyak rekor di platform streaming, hingga memenangkan berbagai penghargaan internasional, termasuk nominasi di Grammy Awards.
Di sisi lain, Blackpink meraih popularitas besar di YouTube dengan video musik yang mencapai miliaran penonton. Mereka juga tampil di acara-acara besar seperti Coachella, membuktikan bahwa K-Pop telah menjadi bagian dari budaya musik mainstream global.
Grup-grup K-Pop, seperti BTS dan Blackpink nggak cuma merajai tangga lagu internasional, tetapi juga membangun basis penggemar yang luas dan loyal. Mereka memanfaatkan dengan baik, platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Agensi menerapkan kampanye cerdas yang memungkinkan interaksi langsung dengan penggemar di seluruh dunia, menciptakan koneksi personal yang kuat.
Sekelompok anak muda keren dengan paras rupawan yang dapat bernyanyi dan menari. Didukung dengan pembentukan citra tiap-tiap personel melalui akun media sosial, membuat fans merasa lebih terkoneksi dan loyal.
Selain itu, K-Pop telah memengaruhi tren mode, kecantikan, dan gaya hidup di berbagai negara. Produk-produk kecantikan dan fashion yang dipakai para idola K-Pop kerap jadi tren global. Semakin memperkuat pengaruh budaya Korea di kancah internasional. Ini juga memperlihatkan kalau K-Pop kini bukan cuma sekadar musik, tetapi lebih luas soal budaya dan gaya hidup Korea.