in

hipKultum #1: Ajaran Bijak dari Kehidupan Nabi Adam

Ilustrasi: Nabi Adam dan Hawa di Surga
Ilustrasi: Nabi Adam dan Hawa di Surga

Nabi Adam alaihissalam adalah seorang nabi yang menurut keyakinan agama-agama Samawi, merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Jika dihubungkan dengan khasanah sains modern, manusia pertama disebut sebagai spesies homo erectus.

Nabi Adam tinggal di surga. Oleh Allah SWT, ia diberi pengetahuan tentang nama-nama. Pengajaran ini bisa saja bermakna harfiah ataupun simbolik.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” (Terjemahan Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 31).

Menurut sains, homo erectus berkomunikasi dengan bahasa yang terbatas. Demikian pula dengan spesies yang tergolong manusia purba lainnya, neanderthal. Jadi, jika Nabi Adam mampu berkomunikasi verbal dengan bahasa lengkap, berarti dia bukan termasuk manusia purba.

“Homo erectus belum bisa ngomong. Homo neanderthalensis bisa ngomong tapi tidak dapat menyuarakan beberapa vokal. Dengan demikian Adam bukan kategori Homo erectus dan Homo neanderthalensis,” mengutip pernyataan Ali Akbar, arkeolog Universitas Indonesia (UI) dari portal berita Detik.

Selain itu, disebutkan dalam kitab suci bahwa keturunan semasa hidup Nabi Adam sudah hidup dengan cara bertani dan menggembala. Artinya, bahkan secara budaya Nabi Adam juga sama sekali tidak menerapkan pola hidup berburu dan meramu seperti manusia purba.

Kisah Nabi Adam a. s.

Adam diciptakan oleh Allah SWT dari sari pati tanah Bumi. Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk mengambil bahan baku tersebut.

Terjemahan Surat Al Baqarah ayat 30, berbunyi “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.”

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Allah SWT akan menciptakan seorang khalifah di Bumi, meski ada sedikit penolakan dari malaikat.

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa malaikat yang mempertanyakan keputusan Allah SWT itu nantinya dikenal sebagai Iblis. Iblis mendapat hukuman dari Allah SWT karena sombong, tak mengikuti perintah Allah untuk sujud di depan Adam.

Singkat cerita, Nabi Adam merasa kesepian di surga, sehingga Allah SWT kemudian menciptakan seorang teman buatnya. Hawa, yang terbuat dari tulang rusuk Adam. Keduanya menikah dan Allah mengizinkan mereka hidup di Surga selama beberapa waktu. Dengan satu syarat, mereka tidak diperbolehkan mendekati atau mengonsumsi buah dari pohon khuldi.

Turun ke Bumi

Namun pada suatu ketika, mereka tergoda dan dipengaruhi oleh rayuan iblis. Adam dan Hawa memakan buah terlarang, sehingga melanggar janji kepada Allah. Karena sangat menyesal, mereka berdua menangis sambil memohon ampunan. Allah menerima taubat mereka, dengan konsekuensi bahwa keduanya harus turun dari Surga untuk hidup di Bumi.

Tiba di Bumi, Adam dan Hawa keduanya sampai di lokasi yang berbeda. Nabi Adam diturunkan di daerah yang kini dikenal sebagai Hindustan. Sementara Hawa turun di daerah yang saat ini merupakan salah satu kota di Kerajaan Arab Saudi, yaitu Jeddah.

Terpisah jarak yang amat jauh, Adam dan Hawa saling mencari. Dikisahkan, baru 200 tahun kemudian keduanya bertemu di sebuah bukit yang sekarang disebut Jabal Rahmah, di Arafah, Arab Saudi.

Ajaran Teladan Nabi Adam

Dalam ajaran Islam, Nabi Adam dikenal sebagai manusia pertama yang diberikan wahyu oleh Allah, sehingga kemudian dianggap sebagai nabi umat manusia. Sebagai orang bijak yang terpilih, pastinya banyak hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan hidup Nabi Adam. Berikut beberapa contohnya:

1.   Taat kepada Allah

Salah satu ajaran bijak dari kehidupan Nabi Adam adalah, betapa pentingnya setia dan taat kepada Allah. Nabi Adam mendapatkan perintah untuk tidak memakan buah terlarang di surga. Namun, akhirnya ia gagal menahan godaan setan memakan buah tersebut, sehingga mendapat hukuman. Hal ini mengajarkan kepada umat manusia pentingnya taat dan setia kepada Allah dalam menjalani kehidupan.

2.   Menyesali dosa dan bertaubat

Setelah menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, Nabi Adam segera menyesali dosa dan memohon ampun kepada Allah. Hal ini mengajarkan kepada umat manusia pentingnya menyadari kesalahan dan segera bertobat, agar tidak terjadi kesalahan serupa nantnya. Ini juga menunjukkan betapa Allah Maha Pengampun, selalu memberikan kesempatan bagi manusia untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

3.   Bersikap rendah hati

Nabi Adam punya status istimewa, bahkan Allah meminta para malaikat bersujud padanya. Namun hal itu tidak membuatnya sombong, terlebih di hadapan Allah dan para malaikat. Setelah turun ke Bumi, manusia pertama ini tidak bangga diri atas berbagai kelebihan yang dimiliki. Teladan buat kita tentang betapa pentingnya rendah hati dalam menjalani kehidupan.

4.   Bersabar dalam menghadapi cobaan

Diusir dari Surga, Nabi Adam tidak memprotes keputusan Allah. Malah ia mematuhinya, sampai rela dipisahkan dengan istrinya, Hawa. Keduanya turun ke Bumi di lokasi berbeda. Terpisah jarak yang amat jauh ratusan tahun lamanya. Meski begitu, Adam dan Hawa tetap sabar dan berusaha.

Keturunan Nabi Adam

Sejumlah kitab cendekiawan muslim, seperti Tarikh Imam Abu Ja’far bin Jarir, Ibnu Ishaq, dan Al-Qurtubi. Menjelaskan bahwa pasangan Adam Hawa dikaruniai keturunan 40 orang dalam 20 kehamilan. Hampir pada setiap kehamilan, Hawa selalu mengandung dan melahirkan anak kembar, satu lelaki dan satu perempuan.

Menurut sumber paling umum, Hawa pertama kali melahirkan Qabil dan Iqlima, lalu Habil dan Labuda. Kisah Qabil dan Habil dimuat dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 27-31. Diceritakan bahwa Qabil membunuh Habil karena iri, ingin dinikahkan dengan Iqlima yang menjadi jodoh Habil.

Selain dua pasang sulung kembar tersebut, ada satu putra Adam Hawa yang juga sering disebutkan namanya, yakni Syits atau Syith. Anak bungsu ini adalah yang pertama dilahirkan secara tunggal, tanpa kembaran. Ia juga disebut-sebut sebagai nabi kedua, meski dalam Al-Quran tidak dijelaskan secara gamblang. Dari keturunan Syits inilah kemudian lahir Nabi Idris yang lebih dikenal nabi kedua, setelah Nabi Adam.

Nabi Adam sendiri hidup sampai berusia 960 tahun dan jatuh sakit di usia senja. Ia berwasiat kepada Syits untuk meneruskan dakwah.

Menjelang akhir hayat, ia meminta salah seorang anaknya untuk mencari buah surga. Dalam perjalanan, mereka berjumpa seseorang yang memberi kabar bahwa kematian Nabi Adam sudah dekat. Ternyata pembawa kabar tersebut adalah malaikat yang menyamar.

Sesaat setelah meninggal dunia, malaikat maut merawat jenazahnya. Mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya. Prosesi ini diikuti oleh umat manusia sampai sekarang.