Setelah merilis single kedua “Give In” pada Januari 2025, unit alt-punk asal Surabaya, Firstrate, kembali melanjutkan perjalanan albumnya lewat single ketiga bertajuk “Last Throw”.
Lagu ini dirilis pada 25 Maret 2025 di seluruh platform streaming digital dan Bandcamp Haum Entertainment, sebagai track ke-7 dari album penuh Passage of Time yang akan datang.
Masih berangkat dari konsep karakter fiktif bernama Bagus, Firstrate mengemas “Last Throw” sebagai representasi fase penuh gejolak dalam kehidupan tokoh utama tersebut. Bagus digambarkan sebagai sosok optimis dan penyemangat, namun di sisi lain juga dikenal suka memendam perasaan dan cenderung bimbang—karakter yang ambivert dan kompleks.
“Dalam album ini, tiap lagu saling berkesinambungan dan mempunyai analogi hukum aksi reaksi. A dipengaruhi B, B dipengaruhi A. Kehidupan si Bagus dipengaruhi oleh banyak hal dan Bagus pun juga mempengaruhi banyak orang karenanya,” kata Sholehuddin, mewakili Firstrate.
Tema utama “Last Throw” berfokus pada perjuangan menemukan harapan dan tujuan di tengah tentangan dan ketidakpastian.
Lagu ini menggambarkan bagaimana Bagus sempat menerima kabar baik tentang sebuah peluang, namun gagal memanfaatkannya. Akibatnya, ia mendapatkan banyak penolakan, sempat merasa jatuh, namun pada akhirnya kembali bangkit dan pantang menyerah.
Narasi ini diperkuat lewat bagian interlude lagu yang memuat lirik:
“Just give me one more time! // Climbing up into the light”,
menandakan kebangkitan dan tekad baru. Semangat Bagus untuk “searching for the light for the better” juga tercermin dalam backing vocal yang berbunyi:
“I’ll rise again… // from time-to-time // I’ll walk the line // until the end!”
Lagu “Last Throw” merupakan bagian dari produksi album Passage of Time yang telah rampung sejak 2024 dan kini memasuki proses pasca-produksi.
Proses rekaman lagu ini dimulai sejak November hingga Desember 2023 di Self Recs Studio, dengan Alwan Hilal sebagai engineer sekaligus penata mixing dan mastering.
Single ini menandai keberlanjutan narasi tematik dalam album Passage of Time, yang dibangun dengan benang merah cerita, dinamika emosional, serta pencarian jati diri sang karakter fiktif di usia 20-an.