Ibnu Jarir At-Thabari itu seorang cendekiawan muslim yang ahli sejarah dan bahasa. Lahir di Tabaristan, wilayah Persia, pertengahan abad ke-9 Masehi atau abad ke-3 Hijriyah. Semasa hidup, ulama satu ini sangat produktif berkarya tulis. Salah satu yang paling terkenal sekaligus esensial adalah 12 jilid kitab tafsir Alquran, Jamiul Bayan fi Tafsir Al-Qur’an atau Tafsir At-Thabari.
Suatu saat, Imam At-Thabari ketemu sama peristiwa yang bikin dia terharu. Waktu itu masuk musim haji yang sibuk. Ada seorang laki-laki dari Khurasan, Persia lagi keliling Makkah dengan suara lantang. Dia mengumumkan kalau kantong berisi seribu dinar miliknya hilang.
Abu Gayth dan Kantong Dinar Pria Khurasan
“Siapa pun yang menemukannya dan mengembalikannya, Allah akan membalas kebaikannya,” serunya.
Mendengar seruan itu, seorang pria pribumi Makkah yang sudah tua, Abu Gayth, datang mendekat ke pria Khurasan.
Dia bilang, “Wahai orang Khurasan, kota ini sedang sulit, dan banyak yang kelaparan. Jika uang itu jatuh ke tangan seseorang yang miskin, mungkin ia ingin sedikit bagian darinya sebagai imbalan yang halal. Maukah kau memberinya seratus dinar?”
“Tidak. Aku akan menyerahkan urusanku kepada Allah dan mengadukan ini pada Hari Pembalasan,” jawab pria Khurasan sambil kepalanya geleng-geleng.
Merasa nggak dapat jawaban yang diinginkan, Abu Gayth pun pulang ke rumah. Sejauh ini, cuma Ibnu Jarir At-Thabari yang tahu bahwa ternyata dialah penemu kantong berisi seribu dinar milik pria Khurasan. Waktu pria Makkah itu masuk ke rumah dan mengaku ke istrinya, Ibnu Jarir mendengarnya.
“Lubabah, aku menemukan kantong berisi dinar, dan aku menemukan pemilik uang itu. Tapi ia tidak mau memberi imbalan, sementara kantongnya masih kusimpan. Apa yang harus kulakukan? Aku takut kepada Allah,” kata Abu Gayth ke istrinya.
Lubabah, teman hidupnya selama 50 tahun terakhir, berkata, “Suamiku, kita memiliki empat anak perempuan, dua saudara perempuan, ibuku, dan aku. Kita butuh uang ini untuk makan dan pakaian. Simpanlah, dan mungkin suatu hari nanti kita bisa mengembalikannya.”
Namun, Abu Gayth tegas, “Setelah delapan puluh enam tahun hidup dalam kesabaran, apakah aku akan membakar diriku dengan harta haram? Tidak! Aku akan mengembalikannya.”
Ia balik ke pria Khurasan dan memberi usul agar si penemu kantong diberi sedikit imbalan, meski cuma se-dinar. Sementara itu, si pria Khurasan tetap kekeuh nggak mau.
Akhirnya, Abu Gayth mengembalikan kantong seribu dinar itu dengan lega.
Tapi waktu si pria Khurasan mau pergi, ia balik badan.
“Ayahku meninggal dan meninggalkan tiga ribu dinar. Ia berpesan agar sepertiganya diberikan kepada orang yang paling berhak. Aku telah berkeliling mencari orang yang tepat, dan aku tak menemukan yang lebih layak selain dirimu. Ambillah seribu dinar ini. Semoga Allah memberkahimu,” katanya.
Abu Gayth syok, nggak tahu harus bersikap gimana. Dapat rezeki segitu banyak, dia cuma bisa menangis dan mendoakan pria Khurasan. Sampai di rumah, dibagikan dinar itu rata ke seluruh anggota keluarga. Bahkan Ibnu Jarir At-Thabari pun kebagian, dia pakai uang itu untuk modal menuntut ilmu.
Beberapa tahun berlalu, pas At-Thabari balik ke Makkah, ia mendengar kalau Abu Gayth sudah wafat. Ternyata, anak-anak perempuannya pun sudah menikah dengan para bangsawan dan hidup berkecukupan.
Rezeki Nggak Ada yang Tahu
Cerita dari Ibnu Jarir At-Thabari tadi bukan cuma soal uang yang hilang dan akhirnya dikembalikan. Tapi lebih ke soal kejujuran, ketakwaan, dan kesabaran yang dibalas Allah dengan cara yang nggak terduga.
Di dunia yang pasti penuh godaan, Abu Ghayth jadi contoh orang yang sabar, jujur, dan bertakwa. Sudah puluhan tahun hidup miskin, tapi dia nggak pernah ragu untuk selalu taat. Dan siapa sangka, keyakinannya itu juga yang bikin dia beruntung.
Allah memberi jalan keluar dari kemiskinan Abu Gayth, bahkan mendapat jauh lebih banyak daripada yang diharapkan. Abu Gayth rela miskin demi Allah, tapi Allah membalasnya tuntas dengan memberi kemuliaan ke putri-putrinya.
Memang, jujur dan sabar itu berat, apalagi ikhlas. Tapi kalau kamu bisa menjalaninya dan berhasil, balasannya bisa sama sekali nggak terduga.
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”