Kapan terakhir kali kamu lihat musik dan visual arts bertemu dalam satu ruang—dan dua-duanya bebas berekspresi sepenuhnya? Kalau belum pernah, Unaffacted Issue adalah tempatnya.
Berlangsung dari 26 April sampai 3 Mei 2025 di Kafe Kopi 1922, Malang, proyek ini adalah eksplorasi kolaboratif lintas disiplin antara 17 musisi/band lokal dan seniman visual dari berbagai latar. Formatnya? Pameran dan rilisan fisik edisi terbatas, ala vinyl, yang nggak bisa kamu temukan di toko musik biasa.
Setiap volume Unaffacted Issue bakal punya tema sendiri. Untuk edisi pembuka ini, tema yang dipilih adalah “Inner Hue”, yaitu eksplorasi warna-warna personal yang lahir dari rasa, memori, dan pengalaman subjektif tiap seniman. Hasilnya? Karya yang organik, emosional, dan 100% bebas gaya maupun arahan teknis.
Beberapa musisi yang lagunya direspons, antara lain Bhima Bagaskara (Coldiac) dan Kevin (Brigade Zero Seven). Dari sisi visual, ada fotografer, desainer grafis, ilustrator, lettering artist, sampai street artist yang memberi interpretasi visual atas lagu-lagu tersebut.
Bukan piringan hitam sungguhan, tapi dikemas seperti vinyl lengkap dengan art booklet eksklusif berisi karya para seniman. Dirilis terbatas, hanya bisa didapat lewat sistem open order kolektor—nggak ada di marketplace!
Pameran, Talkshow, dan Playlist QR
Acara dibuka dengan talkshow inspiratif bareng para pelaku kreatif seperti Dimas Fakhruddin, Bhima, Kevin, dan Satria Wahyu, yang ngebahas hubungan antara musik, visual, dan proses kreatif. Selanjutnya, pengunjung bisa menikmati pameran karya selama seminggu penuh, plus dengerin lagu-lagu referensinya via QR code playlist yang ditempel di lokasi.
Karya-karya visual juga dirilis ulang secara digital lewat akun IG mereka: @unaffacted.issue.
Unaffacted Issue bukan proyek iseng. Ini hasil kerja bareng lima kreator lintas bidang: Rezza Alam, Obed Sky, Izhar Priandana, Satria Wahyu, dan Ajik Ro. Prosesnya dari ideasi sampai produksi butuh waktu berbulan-bulan, dengan misi membangun ekosistem kreatif yang saling dukung.
Setelah sambutan hangat dari publik dan pelaku kreatif, tim berencana untuk bikin rilisan volume selanjutnya. Mungkin di kota lain, mungkin lebih besar, tapi tetap dengan akar kolektif dan semangat kebebasan berekspresi.