Nabi Saleh Alaihissalam diutus oleh Allah SWT sepeninggal Nabi Hud Alaihissalam. Ia dikenal sebagai nabi bagi kaum Tsamud. Hidup di daerah Hijaz, Jazirah Arab bagian utara, ia diberikan mukjizat berupa unta betina yang muncul dari batu, sebagai anugerah dalam menyampaikan dakwah.
Siapa Nabi Saleh?
Meskipun ada pandangan lain dari beberapa ulama yang menyebutkan bahwa Saleh diutus setelah masa Nabi Ibrahim. Beberapa ulama melaporkan bahwa Nabi Saleh memiliki seorang ayah yang bernama Ubaid.
Ibnu Katsir menerangkan bahwa Nabi Saleh adalah keturunan Nabi Nuh. Nama lengkapnya, Saleh bin Ubaid bin Hadir bin Tsamud bin Ather bin Aram bin Sam bin Nuh. Ia adalah salah satu nabi bangsa Arab. Menurut riwayat Abu Dzar, di antara nabi-nabi bangsa Arab lainnya, seperti Nabi Hud As, Nabi Syu’aib As, Nabi Ismail As, dan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Saleh tinggal di daerah bernama Al-Hijr yang terletak di sepanjang jalur perdagangan dari Arabia selatan hinga Suiah. Sekarang, Al-Hijr menjadi bagian dari wilayah Provinsi Hijaz, kini dikenal sebagai Madain Saleh (Kota Saleh), Arab Saudi bagian utara.
Belum ada catatan pasti mengenai tahun kelahiran Nabi Saleh. Namun, diperkirakan ia hidup 200 tahun setelah Nabi Hud wafat. Sementara Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi pada tahun 2100 SM.
Situs batu berukir yang ditemukan di Madain Saleh, disimpulkan kira-kira berasal dari tahun 100 SM. Sumber lain mengatakan bahwa kisah Nabi Saleh mendekati tahun 500 SM.
Meski kepastiannya masih simpang siur, kisah Nabi Saleh patut menjadi pelajaran. Di mana ia juga sangat menekankan pesan tentang keesaan Allah.
Ayat yang mengisahkan tentang kisah Nabi Saleh As adalah sebagai berikut:
“Dan kepada kaum Tsamud, (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Dia berkata,’Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, jangan disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” (Surat Al-A’raf ayat 73)
Negeri Kaum Tsamud
Kaum Tsamud bisa dikatakan sebagai penerus bangsa Ad. Cerita tentang kaum Ad bisa dilihat lebih lengkap di artikel tentang Nabi Hud Alaihissalam. Mereka dikatakan bangsa superior yang hidup di negeri subur makmur, tetapi menjadi angkuh dan sombong, bahkan menyekutukan Allah SWT.
Singkat cerita, kaum Ad telah binasa akibat tersapu gelombang angin dahsyat sebagai hukuman atas kesombongannya. Beberapa generasi kemudian, lahir kaum Tsamud yang punya ciri hampir sama. Memang, beberapa sumber Islam mengatakan bahwa keturunan kaum Ad yang beriman ada yang pindah ke Jazirah Arab utara.
Seperti halnya Ad, negeri kaum Tsamud juga subur. Penduduknya makmur karena pertanian dan peternakan, hingga berhasil membangun peradaban maju pada masanya. Mereka pun mahir memahat batu, mampu mengubah tebing-tebing menjadi bangunan megah nan kokoh. Bekas-bekas kemahiran itu masih lestari sampai sekarang, bisa ditemukan di sekitar 300 kilometer utara Kota Madinah.
Menurut sumber sejarah, dikutip dari Worldabandoned, wilayah tersebut dulunya adalah ibu kota kerajaan kuno Arab bernama Lihyan. Sedangkan nama kota tersebut adalah Al-Ula, yang dikenal sebagai kota terkutuk. Pada zaman modern, Al-Ula yang juga disebut Hegra, telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sejak 2008.
Negeri yang mashyur dan kaya raya, tetapi tidak sebanding dengan kebobrokan akhlaknya. Kaum Tsamud dikenal suka berfoya-foya, mabuk-mabukan, berzina, dan bertindak kejahatan. Para orang kaya gemar menyiksa fakir miskin, bahkan membunuhi mereka.
Selain itu, kehebatan teknik arsitektur yang dimiliki membuat mereka sombong dan angkuh, sampai berani merendahkan kaum lainnya. Tak lupa, banyak di antara mereka yang melakukan penyembahan terhadap berhala. Padahal, berhala-berhala itu mereka buat dengan tangan sendiri.
Nabi Saleh di Tengah Kaum Tsamud
Hadirnya Nabi Saleh mencoba membujuk kaum Tsamud agar meninggalkan kebiasaan buruk itu. Ajakannya pun sangat sederhana, beliau menyuruh mereka menjauhi perilaku buruk. Dan sebaliknya, kembali kepada Allah Yang Maha Esa, Sang Pemberi Segala Kebaikan yang mereka nikmati.
Nabi Saleh sendiri dikenal oleh orang-orang Tsamud sebagai tokoh masyarakat yang bijaksana. Ia memiliki sifat yang tulus, penuh kemurnian, sehingga masyarakat menghormatinya. Sudah seperti itu sejak sebelum Allah memberikan wahyu kenabian padanya.
Namun, ketika Nabi Saleh mencoba menyodorkan pemikiran baru, yakni tentang pesan Keesaan Allah, kaum Tsamud merasa gerah. Mereka menolak dan memprotes Nabi Salih, menyatakan hanya ingin menyembah tuhan yang sama seperti nenek moyang mereka.
Sebagai nabi, tentu saja Nabi Saleh memiliki sifat sabar dan teguh pendirian. Ia tetap berdakwah, meski terus mendapatkan penolakan.
Di sisi lain, kaum Tsamud mulai khawatir pengikut Nabi Saleh menjadi semakin banyak. Pada dasarnya, iman lama mereka telah sedikit goyah. Dakwah kebenaran yang diantarkan Nabi Saleh membuat kaum Tsamud ragu terhadap keyakinan mereka. Namun karena lebih bernafsu mempertahankan status quo daripada mengikuti petunjuk, kaum Tsamud pun mulai merencanakan sesuatu.
Mukjizat Unta Betina
Kaum Tsamud meminta Nabi Saleh untuk membuktikan bahwa ia utusan Allah, yaitu dengan memunculkan unta dari sebuah batu. Sebuah permintaan aneh bagi orang-orang rasional macam para Tsamud pembangkang ini.
Nabi Saleh pun meminta syarat kepada kaum Tsamud, agar mereka beriman jika permintaan itu bisa dipenuhi. Lalu, ia berdoa khusyuk untuk meminta kepada Allah SWT memberikan unta.
Tentu saja, batu besar yang dimaksud mulai bergerak-gerak dan terbelah. Dari situ keluar seekor unta betina yang sedang hamil dan akan segera melahirkan. Unta ajaib ini hidup selama beberapa waktu di tengah-tengah kaum Tsamud.
“Wahai bangsaku! Unta betina Allah ini adalah tanda bagimu. Biarkan dia makan di bumi Allah, dan jangan menyakitinya, atau siksa yang cepat akan menimpamu!” (Surat Hud ayat 64)
Ada sejumlah cerita menakjubkan tentang unta ajaib tersebut. Dikatakan bahwa air susunya cukup untuk ribuan pria, wanita, dan anak-anak. Jika si unta tidur di suatu tempat, tidak ada hewan lain yang berani mendekatinya. Unta itu juga terbiasa minum di sebuah sumur. Ketika tiba waktu minumnya, tidak ada hewan lain yang bisa mendekati air tersebut.
Soal minum di sumur ini, disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Qamar ayat 28, “Dia berhak minum (air), dan kamu berhak minum air, masing-masing pada hari yang ditentukan.”
Datangnya Kutukan untuk Kaum Tsamud
Permohonan dikabulkan, bukti tampak nyata di depan mata. Tapi sebagian kaum Tsamud tetap keras kepala. Mereka yang ingkar menjadi risih, hingga mengalihkan kebenciannya pada unta betina, alih-alih kepada Nabi Saleh. Dan saking bencinya, ada niat untuk membinasakan unta tersebut.
Golongan orang-orang Tsamud yang ingkar ini mulai membikin rencana pembunuhan unta. Diceritakan bahwa sejumlah orang kaya mengutus 9 pemuda untuk menjalankan operasi, dengan iming-iming imbalan besar, 2 di antaranya menikah dengan putri bangsawan.
Sebuah riwayat menceritakan, salah seorang pemuda memanah kaki unta. Satunya lagi mengejar dari belakang untuk memukul kaki unta dengan pedang. Usai unta terjatuh, satu pemuda ini kemudian menusukkan pedangnya.
Rencana berjalan lancar. Para pembunuh unta disambut seperti pahlawan. Dielu-elukan namanya
Padahal, Nabi Saleh sudah memperingatkan mereka.
Ketika para Tsamud pembangkang merayakan kemenangan, Nabi Saleh juga kembali memperingatkan. Ia mengatakan bahwa mereka diberi waktu 3 hari untuk mengakui kesalahan dan bertaubat. Berharap agar mereka bisa berubah sikap dan Allah mengampuni kesalahan mereka.
Namun sayang, mereka malah sesumbar agar azab itu dipercepat. Lebih buruk lagi, 9 orang tadi kembali merencanakan pembunuhan. Kali ini terhadap Nabi Saleh beserta semua orang seisi rumahnya.
Sebagai hamba Allah yang pasrah, Nabi Saleh diselamatkan. Ia dan para pengikut setianya berhasil kabur setelah mendapat perintah Allah. Mereka semua pergi dari tanah airnya dan tidak pernah kembali lagi.
Kemudian, hari yang telah diperingatkan pun tiba. Langit tiba-tiba gelap, dengan gemuruh petir menyambar-nyambar. Lalu disusul gempa bumi dahsyat yang menghancurkan seluruh suku yang tersisa dan tanah air kaum Tsamud. Tanah terguncang dengan keras, memusnahkan seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Bangunan kokoh yang mereka kira memberikan keamanan, nyatanya gagal menyelamatkan mereka.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Nabi Saleh sabar dan bijaksana, meski berkali-kali ditolak dan ditentang, ia selalu berharap umatnya sadar dan kembali ke jalan yang benar. Bahkan sampai saat-saat terakhir, ketika ia memperingatkan kaum Tsamud akan datangnya azab Allah.
Sikap Nabi Saleh dalam memuliakan hewan juga perlu disimak. Terlepas keajaiban mukjizatnya, Nabi Saleh mengajak kaum Tsamud untuk ikut menyayangi unta dengan tidak membunuhnya. Karena seperti diriwayatkan, unta tersebut akan membawa manfaat bagi banyak orang jika dibiarkan hidup di habitat yang layak.
Selain teladan Nabi Saleh, kisah kaum Tsamud pun memberikan pelajaran penting. Di mana kita seringkali hanya mendekat kepada Allah ketika butuh. Saat roda hidup berada di bawah, kita mengemis kepada Allah. Tapi jika roda telah berputar dan nasib baik menimpa, kita kerap lupa dari mana sumbernya. Kita lalai, bahkan sombong, mengira bahwa semua yang dicapai semata-mata hasil usaha sendiri, bukan datang dari kebaikan Allah Ta’ala.