Nabi Luth masih sedarah dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, putra dari Haran bin Tarih atau Azar, saudara Nabi Ibrahim. Juga lahir di daerah yang sama dengan Nabi Ibrahim, yakni Ur Kasdim, kini bagian dari Irak modern. Hidupnya diperkirakan berlangsung selama 80 tahun, pada sekitar 2000 tahun sebelum masehi.
Luth kecil sudah yatim usai ayah kandungnya meninggal dunia. Namun, sebagai orang pilihan, ia tumbuh menjadi pemuda cerdas dan berakhlak mulia. Apalagi, ia juga berada di bawah asuhan pamannya sendiri yang merupakan Rasul Ulul Azmi. Pun, dirinyalah yang menjadi pengikut Nabi Ibrahim yang pertama dan satu-satunya sebelum Sarah.
Berita tentang Nabi Luth dimuat Al Qur’an, salah satunya dalam Surat Al-A’raf ayat 80. Terjemahannya adalah sebagai berikut:
“Dan kami (telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). Ingatlah, tatkala ia berkata kepada mereka ‘mengapa kamu mengerjakan hal keji seperti itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kamu?”
Nabi Luth dan Kaum Sodom
Nabi Luth, atau Lot diutus bagi kaum Sadum, atau lebih terkenal Sodom. Kaum itu menduduki dua kota besar pada zamannya, Sodom dan Gomora. Ada yang menyebut bahwa Sodom dan Gomora adalah dua dari lima kota daratan, dulunya adalah bagian dari Kerajaan Elam. Kerajaan yang berpusat di Iran ini berkembang sekitar tahun 3200-539 Masehi.
Kisah Nabi Luth dan umatnya ditemukan di berbagai kitab suci agama-agama Samawi, termasuk Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama dan Taurat.
Kota Sodom dan Gomora sendiri berlokasi di timur Sungai Yordan, kini merupakan wilayah Kerajaan Yordania. Daerah tersebut dikenal sebagai kota berkembang, dikunjungi banyak pelancong, terutama untuk berbisnis.
Di sisi lain, kriminalitas kota itu juga amat tinggi, terutama perampokan dan pembunuhan. Para pendatang kerap menjadi sasaran kejahatan. Jika berani melawan, taruhannya adalah nyawa.
Para pelaku tak cuma menyasar harta, tetapi juga kehormatan. Pemerkosaan seakan menjadi hal lumrah, bahkan dengan orientasi seksual yang menyimpang. Para pendatang pria yang berwajah tampan, akan menjadi rebutan para pria Sodom. Demikian pula jika pendatang adalah kaum hawa.
Penduduk Sodom bisa dibilang sebagai pelaku penyimpangan seks pertama di dunia, dengan mempraktikkan homoseksualitas, baik sesama pria maupun sesama wanita. Dan sebelum Nabi Luth diperintahkan untuk memperingatkan penduduk atas kebobrokan mereka, tidak ada seorang pun bersedia menghentikan perilaku tercela tersebut. Apalagi, para pelaku homoseksual tersebut melakukannya secara terang-terangan dan merasa bangga dengan perilakunya.
Al-Quran menceritakan perkataan Nabi Luth kepada kaum Sodom dalam Surat Al-Ankabut ayat 28-29, begini terjemahannya.
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, ‘Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?’”
Tentu Nabi Luth mengerjakan perintah Allah SWT dengan sepenuh hati. Ia berusaha mengajak warga Sodom-Gomorah untuk menghentikan penyimpangan itu. Meski demikian, penolakan demi penolakan terus terjadi selama bertahun-tahun ia berdakwah.
Dakwah murni Nabi Luth dicap mengandung maksud terselubung. Meski Nabi Luth mengingatkan tentang datangnya azab, mereka tetap dengan perbuatan tercel aitu. Para penyimpang ini malah mengancam akan menjahati Nabi Luth. Mereka juga melarang Nabi Luth memberikan perlindungan kepada para korban perampokan dan pelecehan seksual.
Tak cukup sampai di situ, mereka menyebut Nabi Luth sebagai orang yang pura-pura suci dan berencana untuk mengusirnya. Itu seperti dipaparkan dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 82, dengan terjemahannya sebagai berikut:
“Tidak ada jawaban kaumnya selain berkata, “Usirlah mereka (Lut dan pengikutnya) dari negerimu ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menganggap dirinya suci”.”
Azab Ngeri Kaum Sodom
Nabi Luth seperti kehabisan akal menghadapi keras kepalanya Kaum Sodom. Maka ia pun memohon pertolongan kepada Allah SWT untuk memberikan petunjuk. Seperti dimuat dalam Surat Al-Ankabut aya 30, “Ya Tuhanku, tolonglah aku atas golongan yang berbuat kerusakan itu.”
Allah SWT mengabulkan hamba-Nya yang senantiasa ikhlas dan pasrah. Maka dikirimlah 3 orang utusan, yakni malaikat yang menyamar sebagai pria berwajah tampan, dengan badan tegap dan gagah. Mereka mendatangi rumah Nabi Luth di Sodom. Menurut riwayat Ibnu Katsir, 3 malaikat tersebut adalah Jibril, Mikail, dan Israfil.
Sebelumnya, 3 malaikat tersebut sempat mampir ke rumah Nabi Ibrahim di Hebron. Mereka menyampaikan kabar gembira akan lahirnya Ishaq Alaihissalam, sekaligus menyinggung tentang berita untuk Nabi Luth Alaihissalam.
Salah seorang putri Nabi Luth menyambut kedatangan 3 pria tampan di rumahnya. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi, ia memanggil ayahandanya. Menemui tamu-tamunya, Nabi Luth pun cukup cemas akan nasib buruk yang mungkin menimpa mereka akibat perilaku penduduk Kota Sodom. Lalu ia meminta seisi rumah untuk merahasiakan kedatangan 3 pria tersebut. Semua menurut, kecuali satu, yakni istrinya sendiri.
Nabi Luth diceritakan menikah dengan seorang wanita bernama Wali’ah atau Walihah, namanya cukup mirip dengan istri Nabi Nuh Alaihissalam. Allah SWT mengaruniakan pernikahan tersebut dengan 2 orang putri, diketahui nama mereka adalah Rita atau Raitsa dan Za’wara atau Zaghrata.
Kedatangan 3 orang tamu itu dirahasiakan untuk menghindari kejahatan oleh masyarakat Sodom. Namun, Wali’ah malah membocorkan rahasia tersebut tanpa sebab yang jelas. Hingga timbul hasrat para pelaku penyimpangan seksual untuk melihat ketampanan mereka.
Akhirnya, penduduk Sodom berbondong-bondong menuju rumah Nabi Luth. Sampai di depan rumah, dan Nabi Luth terkejut akan kedatangan mereka. Ia tak tahu rahasia bocor oleh istrinya sendiri, tetapi paham betul akan maksud kedatangan para penduduk Sodom.
Nabi Luth menyambut mereka, kembali memperingatkan agar mereka menjauhi penyimpangan tersebut. Para penduduk merespons dengan menyerbu masuk ke dalam rumah, Nabi Luth tak mampu menahan mereka. Ia mohon maaf kepada 3 tamunya karena tak mampu menjaga mereka dari keberingasan kaum Sodom.
Mendengar hal itu, 3 pria ini akhirnya mengaku bahwa mereka adalah malaikat utusan Allah SWT. Kemudian mereka memerintahkan Nabi Luth untuk membuka pintu rumah agar kaum Sodom bisa masuk. Alangkah anehnya, para penduduk masuk dan mendadak mata mereka buta, pandangan mereka gelap gulita. Rumah Nabi Luth pun menjadi penuh sesak dan riuh karena orang-orang kebingungan.
Malaikat melanjutkan perintahnya, agar Nabi Luth segera keluar meninggalkan kota bersama keluarganya dan orang-orang yang beriman. Ia juga diminta untuk tidak menoleh ke belakang sama sekali, karena kaum Sodom akan mendapatkan azab dahsyat dari Allah SWT.
Tanah-tanah longsor, dari langit turun hujan batu, dan diakhiri dengan gempa bumi. Negeri kaum Sodom hancur lebur, Allah SWT membolak-balikkan tanah mereka hingga permukaannya rata, tidak ada yang tersisa, kecuali satu yang jadi penanda.
Ketika berlari keluar dari Kota Sodom, Nabi Luth dan para pengikutnya diperintahkan untuk tidak menoleh ke belakang, agar tidak melihat siksaan yang terjadi. Semuanya patuh, kecuali satu orang, yakni ibu Rita dan Za’wara. Ia yang tadi berkhianat, ternyata tetap tidak percaya. Seketika ia tertimpa azab, tubuhnya berubah menjadi batu. Wali’ah pula yang disebut sebagai tanda azab pada Kaum Sodom. Sebuah formasi batuan menjulang di tepi Laut Mati, bentuknya seperti tiang atau pilar dengan lapisan garam yang amat tebal, kini disebut sebagai Lot’s Wife (Istri Nabi Luth).
Usai peristiwa tersebut, tidak banyak catatan tentang kisah hidup Nabi Luth selanjutnya. Namun, di Kota Hebron, Palestina, tepatnya di perkampungan Bani Naim, terdapat Masjid Bani Naim yang ditempati makam Nabi Luth Alaihissalam.
Ajaran Nabi Luth
Selama hidupnya, Nabi Luth selalu memperhatikan kesejahteraan dan kebaikan umatnya. Serta senantiasa memberikan nasihat mencerahkan kepada mereka. Kepada para korban kebiadaban Kaum Sodom, ia memberikan perlindungan yang layak. Sementara kepada Kaum Sodom sendiri, ia sabar dan tabah menghadapi penolakan mereka.
Ketegasan Nabi Luth dalam memegang prinsip juga perlu menjadi perhatian. Ia melihat perilaku menyimpang orang-orang di sekitarnya. Tidak ikut-ikutan, tetapi memperingatkan bahwa perbuatan mereka adalah kekeliruan. Hal itu terus dilakukan sampai saat terakhir, sebelum akhirnya Allah SWT mengirimkan azab-Nya.
Ia dituduh sebagai orang yang pura-pura suka, tetapi tuduhan itu tidak berpengaruh. Nabi Luth tetap berdakwah, dengan cara yang sama, penuh kasih sayang dan tanpa kekerasan. Meski dihadapkan pada tantangan dan cobaan berat, bahkan dari istrinya sendiri, Nabi Luth tetap tabah dan tidak pernah putus asa dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah. Kesabaran Nabi Luth menjadi contoh bagi umat manusia dalam menghadapi segala ujian hidup yang diberikan oleh Allah SWT.