Dalam Kitab Genesis dalam Bibel Ibrani, Ibrahim diperintahkan oleh Tuhan untuk mengorbankan putranya Ishaq, dalam peristiwa yang disebut Aqedah atau “pengikatan”. Saat Ibrahim hendak menyembelih Ishaq, muncul seorang malaikat yang berkata, “Sekarang Aku tahu kamu takut akan Tuhan,” dan muncullah seekor domba sebagai pengganti Ishaq yang kemudian disembelih.

Tempat peristiwa ini terjadi di Moriah, di Yerusalem. Dengan pandangan sejarah seperti ini, dapat dipahami bahwa dalam keyakinan kaum Yahudi, peristiwa penyembelihan tersebut tidak terjadi di Bukit Mina. Sebagai balasan atas ketaatan Ibrahim, Tuhan memberkati Ibrahim dan keturunannya di antara bangsa-bangsa. Dalam salah satu narasi Yahudi, disebutkan bahwa Ishaq berusia 36 tahun saat akan dikurbankan.
Ibrahim dan Ishaq dikisahkan jarang berbicara satu sama lain. Beberapa cerita menyebutkan bahwa Ishaq merasa marah terhadap ayahnya ketika mengetahui akan dikurbankan. Namun, dalam ajaran Yahudi, anak-anak diyakinkan bahwa Tuhan tidak berniat mengorbankan atau membunuh anak.
Penyembelihan hewan sebagai gantinya dianggap sebagai simbol pengampunan dosa dan ketaatan kepada Tuhan. Ayat lain juga diajarkan kepada mereka, yakni “Tuhan memerintahkan kamu untuk berbuat adil, berbuat baik, dan rendah hati di hadapan Tuhanmu.”
Imam Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menegaskan bahwa Nabi Ismail yang dikurbankan karena dia adalah anak pertama Nabi Ibrahim yang membawa kabar gembira tentang kelahirannya.
Pendapat yang Mendukung Penyembelihan Nabi Ismail
Baik ahli kitab maupun umat Islam sependapat bahwa Nabi Ismail lahir lebih dulu dan lebih tua daripada Nabi Ishaq. Bahkan, dalam kitab-kitab mereka, disebutkan bahwa Nabi Ibrahim berusia 86 tahun saat Nabi Ismail lahir, sedangkan saat Nabi Ishaq lahir, usianya sudah mencapai 99 tahun.
Abdul Wahhab An-Najjar, dalam bukunya Qishash Al-Anbiya, menentang pandangan para rahib Yahudi dengan mengacu pada argumentasi dari Taurat. Menurut An-Najjar, Taurat menyebutkan bahwa yang disembelih adalah putra tunggal Ibrahim.
Penelitian oleh Jerald F. Dirks pada tahun 2006 membuktikan bahwa pandangan para rahib Yahudi keliru, dan yang sebenarnya disembelih adalah Ismail, bukan Ishaq. Hal ini karena Ismail adalah putra pertama Ibrahim dari istri keduanya, Hajar. Pada saat Hajar melahirkan Ismail, Sarah, istri pertama Ibrahim, belum hamil. Sebaliknya, Sarah hamil dalam usia yang sangat tua.
An-Najjar juga menyatakan bahwa kisah penyembelihan tersebut, seperti yang terdapat dalam Taurat, terjadi di atas Bukit Jeru-El. Secara bahasa, kata Jeru-El dalam bahasa Ibrani berarti “Tuhan akan menyediakan.” Bukit Jeru-El ini kemudian dikenal sebagai Bukit Mina.
Para sejarawan, baik dari kalangan Yahudi maupun Muslim, sepakat bahwa Jeru-El adalah Bukit Mina, yang terletak sekitar 6 mil di sebelah timur kota Makkah. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa kisah penyembelihan putra Nabi Ibrahim hanya berlaku untuk Ismail. Sarah dan Ishaq tidak pernah pergi ke Makkah.

