Nabi Ismail adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama Islam kepada umat manusia. Ibnu Katsir mencatat bahwa Ismail diperintahkan untuk menyampaikan ajaran agama kepada penduduk Makkah dan wilayah sekitarnya, termasuk suku Jurhum, Amaliq, dan orang-orang Yaman.
Ismail dan Kenabiannya
Nabi Ismail merupakan anak dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Nabi Ismail lahir Palestina sekitar tahun 1794 SM di wilayah Bi’ru Sab’.
Hidup sekitar 1911 hingga 1779 SM, tempat tinggalnya adalah di Amaliq, Arab. Ia menyampaikan dakwah kepada masyarakat Al-Maliq, Bani Jurhum, dan Qabilah Yaman, hingga meninggal dunia di Mekkah.
Nama Nabi Ismail disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al Qur’an, yaitu dalam surah Al Baqarah (02):127, 136, 140, An Nisa’ (04): 163, Maryam (19): 54-55, dan An Anbiya’ (21): 85-86, dan juga dalam Ash Shaffat (37): 101-107. Dalam bahasa Ibrani, Isma berarti mendengarkan, sementara El merujuk kepada Tuhan, sehingga Ismael dapat diartikan sebagai “dengarkan (doa kami wahai) Allah.”
Ayat yang menyatakan tentang kisah Nabi Ismail AS adalah sebagai berikut.
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ismail di dalam Kitab. Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (Q.S. Maryam (19): 54-55).
Ciri Awal Kenabian Ismail
Dalam Al Qur’an, kisah tentang kelahiran Nabi Ismail diceritakan ketika suatu malam Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan anaknya Nabi Ismail di tengah padang pasir yang tandus, yakni di Mekkah.
Beberapa tahun berlalu, Ismail, anak sulung Nabi Ibrahim, juga dipilih menjadi nabi oleh Allah SWT. Tanda-tanda kenabiannya sudah terlihat sejak dia masih bayi. Ketika ayahnya pergi, Ismail menangis karena haus dan lapar, sementara ibunya tidak dapat memberinya air susu. Ibu Hajar berusaha mencari sumber air terdekat dengan naik turun bukit berkali-kali, tetapi sia-sia. Tindakan Hajar ini masih diingat hingga sekarang melalui salah satu ritual utama umat Islam, yaitu Haji.
Ketika Hajar kembali ke Ismail, dia kaget melihat aliran air yang keluar dari tanah di bawah kakinya. Ternyata, ketika Ismail menangis, kaki kecilnya menghentak tanah, dan air mukjizat pun muncul. Hajar bisa minum dengan bebas dan memberikan susu untuk Ismail. Dalam beberapa waktu kemudian, sumber air itu akan mengubah padang gurun menjadi sebuah peradaban baru.
Dalam beberapa tahun kemudian, Nabi Ismail tumbuh menjadi seorang pemuda yang saleh dan taat kepada Allah. Ia mengikuti jejak ayahnya, Nabi Ibrahim, dalam menyebarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Nabi Ismail juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan memiliki ketakwaan yang tinggi kepada Allah.
Tradisi Khitan
Alkitab mencatat bahwa usia 99 tahun, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan pengikutnya yang laki-laki untuk menjalani khitan/sunat.
Pada saat itu Ismail yang berusia tiga belas tahun juga disunat bersama seluruh laki-laki dalam keluarga Ibrahim. Proses sunat ini berlangsung sebelum Ismail diungsikan dari Palestina.
Perlu dicatat, Alkitab menyebutkan bahwa Ismail diungsikan ketika berusia sekitar enam belas tahun, berbeda dengan sumber-sumber Muslim yang menyatakan bahwa Ismail dibawa ke gurun ketika masih bayi. Al-Qur’an tidak memberikan informasi spesifik mengenai waktu dan tempat sunat Ismail.