in

Kenalan dengan Imma, Influencer Nyentrik Jepang yang Nggak Nyata

Penampakan Imma dengan rambut bondol dan poni pink-nya
Penampakan Imma dengan rambut bondol dan poni pink-nya

Kenalkan Imma Gram, influencer dari Jepang. Gayanya yang unik dan menarik bikin dia jadi bintang di media sosial, kamu bisa melihat profilnya di @imma.gram. Di bio Instagram-nya, tertulis kalau dia adalah gadis virtual, punya minat khusus pada budaya Jepang, film, dan kesenian.

Ikonik, ia tampil dengan rambut bondol pink dan wajah manisnya. Sejak bikin akun Instagram pada 2018, ia langsung menarik perhatian banyak orang nggak cuma anak muda, tapi juga orang dewasa. Sejauh ini, pengikut akun IG-nya hampir menyentuh angka 400 ribu, sementara di TikTok sekitar 460 ribu.

Meski berperilaku selayaknya influencer konvensional, Imma ini agak beda. Dalam sebuah wawancara dengan Red Eye Magazine, ia mengaku kurang relate dengan definisi influencer yang disematkan banyak orang padanya.

Waktu ditanya soal posisinya di kancah influencer, Imma bilang, “Aku nggak terlalu beresonansi dengan istilah influencer. Tapi kalau harus menjawab, aku ingin jadi orang yang menghubungkan antara fashion yang nyata dengan fashion virtual.”

Hey, Hey, Siapa Imma?

Sebelum ke situ, perlu kamu tahu kalau Imma ini ‘dilahirkan’ oleh orang tua kreatif yang menikah secara profesional, yakni Aww inc. dan ModellingCafe, keduanya asal Tokyo.

ModellingCafe menggeluti bidang teknologi Computer Generated Imagery (CGI), mengembangkan tampilan fisik Imma. Sementara Awww Inc. mengurusi citra dan penjiwaan karakter, termasuk manajemen dan pemasarannya.

Iya, Imma aslinya nggak pernah dilahirkan dari rahim ibu dan nggak punya bentuk fisik. Ia adalah representasi dari kepintaran manusia memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan sekaligus CGI.

Meski cuma produk CGI, Imma terbukti sukses memberikan pengaruhnya di dunia fashion. Ia sudah menjalin kemitraan dengan berbagai merkternama. Jadi brand ambassador produk-produk Adidas, Chanel, The North Face, sampai KFC.

Di luar fashion, Imma ternyata juga menaruh perhatian lebih pada isu-isu sosial. Ia juga terlihat sering berinteraksi dengan audiensnya, lewat telepon atau video call. Kalau ingin tahu gimana, kamu bisa cek beberapa postingan di akun Instagram-nya.

Kata manajernya, Sara Giusto di TED Talk, Imma punya peran khusus sewaktu pandemi Covid-19 kemarin. Dengan menginisiasi komunitas get-together buat membantu orang-orang kesepian selama lockdown. Itu bikin dia masuk nominasi Women of The Year-nya Forbes tahun 2020, bareng sama aktivis lingkungan Greta Thunberg dan ibu negara AS, Michelle Obama.

Fashion Influencer

Rilis tahun 2017, lalu melakukan debut di Instagram pada 2018. Gaya dan penampilannya amat menonjol, agak beda dengan tokoh berbasis AI dan CGI lainnya. Memang, sejak awal ia diproyeksikan mirip dengan manusia model profesional.

Gaya berpakaiannya selalu up-to-date, sering terlihat mengenakan busana dari desainer ternama, seperti Valentino, Fendi, dan Dior. Seperti banyak anak muda kekinian, Imma juga menyukai konsep fashion baru, seperti yang menggabungkan elemen mode dengan budaya, juga teknologi.

“Akutu cepet bosen, jadinya aku selalu ganti gaya,” akunya.

Selain bekerja sama dengan beberapa merk fashion terkemuka, Imma juga pernah mendatangi peragaan busana, bahkan katanya sering.

“Ya, aku sering pergi, biasanya ke acara teman-temanku. Baru-baru ini aku dapat telepon dari desainer Doublet, Ino buat ikut serta di acara 22AW mereka, dan semua model acara itu menoleh padaku,” begitu katanya.

Hipmin belum bisa membayangkan gimana teknis penampilannya di runway tahun 2022 itu. Meski udah lihat video yang menampilkan Imma memperagakan belasan potong pakaian karya desainer Jepang, Masayuki Ino.

Imma sendiri memang suka street-fashion, khususnya yang berhubungan dengan budaya Jepang. Apalagi, kalau konsepnya benar-benar baru, seperti di Web3 dan NFT. Menurutnya, fashion virtual lama-lama akan jadi mainstream, seiring perkembangan teknologi.

Masa Depan Influencer Virtual kaya Imma

Virtual fashion memang mengacu pada teknologi penyelenggaraan fashion show berbasis virtual, misalnya dengan teknologi Virtual Reality (VR). Imma memang hidup di ranah itu, dia eksis di media sosial, juga metaverse. Dan kamu bisa gabung sama dia dengan memanfaatkan teknologi yang sama, pakai perantara avatar.

Sebagai influencer virtual, Imma memang mendukung penuh konsep itu. Ia menganggap metaverse sebagai ruang inklusif yang memungkinkan setiap orang buat mengekspresikan identitasnya lewat avatar.

 “Kita harus menjauh dari narasi distopia dunia maya yang kita miliki dan memanfaatkan kemungkinan hubungan antarmanusia dan kemungkinan ekspresi manusia. Karena kemungkinan yang dimiliki manusia sama dengan teknologi: tidak terbatas,” kata Giusto, manajer Imma.

Keberadaan sosok seperti Imma tentu nggak lepas dari kontroversi. Pasti ada yang menganggap mereka bisa “mengambil tempat” manusia dalam iklan dan kolaborasi. Selain itu, nggak sedikit juga pertanyaan soal keaslian dan ketulusan karakter virtual hasil kecerdasan buatan. Apa benar mereka nggak dikembangkan buat cari uang?

Di sisi lain, para pendukung melihat bahwa Imma adalah wujud masa depan, di mana realitas digital dan fisik bisa berdampingan. Dan sebenarnya Imma pun bukan influencer virtual pertama yang pernah ada. Saat ini sudah ada 100 lebih tokoh digital berbasis CGI yang dikenal pengguna sosial. Di Indonesia, mungkin kamu bisa berkenalan dengan Thalasya atau Lav Caca.