Setiap kota atau kabupaten di Indonesia rata-rata punya julukan atau sebutan khusus. Biasanya, julukan muncul karena sesuatu yang khas. Kayak ikon daerah, lingkungan yang mendominasi, atau produk andalan di kota itu.
Buat branding lah, biar wisatawan atau orang-orang gampang mengingat sekaligus mengenalnya.
Misalnya, Kota Batu, Jawa Timur, dijuluki Kota Apel karena jadi salah satu penghasil apel terbesar di Indonesia. Ada juga Kediri yang dijuluki Kota Tahu karena banyak sentra produksi tahu.
Malang dikenal Kota Pendidikan soalnya banyak sekolah dan kampus di sana. Purbalingga, Jawa Tengah, dijuluki Kota Knalpot, karena ya di sana banyak produsen knalpot.
Terus beberapa kota ada yang dijuluki Kota Santri karena banyak pondok pesantren dan institusi pendidikan agama Islam.
Tapi, nggak semua julukan kota menggambarkan hal yang jelas kelihatan di wilayahnya. Beberapa kota justru punya julukan unik yang artinya nggak disangka-sangka.
Ada kota-kota yang julukannya dibikin sediri, hasil kreativitas pemerintah daerah setempat. Rata-rata menggambarkan harapan dan motto pembangunan jangka panjang.
Jadi nggak mesti tercipta seperti julukan kota pada umumnya. Kota berikut ini misalnya:
1. Kota Gadis — Madiun
Dijuluki Kota Gadis, apa di Kota Madiun ini banyak cewek-cewek cantik, atau penduduk gadis lebih dominan di sana? Nggak dong ternyata.
Gadis itu sebenarnya singkatan dari Perdagangan, Pendidikan, dan Industri. Sejak zaman kerajaan, Madiun emang udah jadi kota strategis yang nyambungin Mataram dan Kediri. Bahkan di masa kolonial, kota ini sering jadi basis pertahanan penting.
Sampai sekarang, plakat bertuliskan “Kota Gadis” masih bisa kamu lihat di Jalan Panglima Sudirman, dekat Pasar Besar Madiun.
Julukan ini dipilih soalnya Madiun punya lebih dari 200 institusi pendidikan, termasuk Akademi Perkeretaapian Indonesia (satu-satunya kampus perkeretaapian di Indonesia).
Sektor industrinya juga oke, ada PT INKA, Pabrik Rokok Sampoerna, sampai Pabrik Gula Rejo Agung yang berdiri sejak 1894.
Di dunia perdagangan, kota ini nggak kalah sibuk karena didukung banyak usaha kecil dan menengah. Kerupuk puli, madumongso, sama sambel pecel juga jadi oleh-oleh andalan yang wajib dibawa pulang.
2. Kota Beribu Senyuman — Pangkal Pinang
Nama kotanya aja udah kedengeran unik, Pangkal Pinang. Kalau dipecah, ada dua kata di situ: Pangkal yang dalam bahasa Melayu Bangka berarti pusat atau awal mula, dan Pinang yang merujuk ke pohon pinang, sejenis palma yang buahnya sering diperdagangkan.
Awalnya, Pangkal Pinang jadi pusat pengumpulan timah sebelum berkembang jadi pusat distrik dan perdagangan.
Selain dijuluki Kota Timah, kota di Kepulauan Bangka Belitung ini punya sebutan “Kota Beribu Senyuman”. Mungkin warganya ramah ya, murah senyum semua.
Tapi kata ‘Senyuman’ di itu sebenarnya akronim dari Sejahtera, Nyaman, Unggul, dan Makmur.
Pemerintah setempat bersama PT Timah Tbk terus berupaya biar aktivitas penambangan tetap ramah lingkungan.
Jadi, kalau lagi main ke Pangkal Pinang, jangan lupa senyum ya—biar sejalan sama vibes kota ini yang senyum-able.
3. Kota Beriman — Balikpapan
Jangan keburu mikir soal religiusitas dulu kalau dengar nama “Kota Beriman.”
Soalnya, Beriman yang jadi julukan Kota Balikpapan itu akronim dari Bersih, Indah, Aman, dan Nyaman. Julukan ini jadi semacam janji Balikpapan buat kasih suasana kota yang ramah dan enak dihuni.
Balikpapan udah diplot sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Kalimantan Timur. Kota ini jadi pusat aktivitas penting, mulai dari perdagangan, jasa regional, sampai industri pengolahan.
Geografi Balikpapan juga unik. 85 persen wilayahnya berbukit-bukit, sisanya berupa daerah datar yang sempit di sekitar aliran sungai kecil dan pesisir pantai.
Karena tanahnya dominan merah dan bersifat asam, kota ini emang nggak terlalu cocok buat pertanian besar. Tapi buat jadi pusat bisnis dan industri, bisa diadu lah.
4. Kota Naga — Tapaktuan
Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan, punya julukan “Kota Naga”. Tapi jangan bayangkan ada naga sungguhan yang bebas berkeliaran di sana.
Julukan ini berasal dari legenda tentang Putri Naga dan sosok petapa sakti bernama Tuan Tapa.
Alkisah, dahulu kala, ada seorang petapa raksasa bernama Syech Tuan Tapa yang biasa menyepi di sebuah bukit yang kini disebut Gunung Tuan. Suatu hari, ada sepasang naga dari Tiongkok yang menemukan bayi perempuan terapung di Samudera Hindia.
Karena kasihan, si naga langsung merawat bayi itu di bukit yang sekarang dikenal sebagai Gunung Alur Naga.
Beberapa tahun kemudian, kabar tentang si anak perempuan sampai ke telinga Raja dan Permaisuri Kerajaan Asralanoka yang pernah kehilangan anak mereka di laut. Curiga itu anaknya, mereka minta naga buat mengembalikannya. Tapi naga nggak mau, soalnya sudah merasa merawat dari bayi.
Drama memanas waktu raja dan permaisuri nekat nyulik si anak. Naga-naga ngamuk dan mengejar mereka ke tengah lautan. Pertempuran besar pecah, sampai bikin Tuan Tapa yang lagi khusyuk bertapa jadi terganggu.
Dengan langkahnya besar, di loncat dari gunung dan meninggalkan jejak kaki di sebuah karang yang sekarang dikenal sebagai Gunung Lampu.
Ending-nya, Tuan Tapa berhasil mengalahkan naga, sementara raja dan permaisuri bisa kembali hidup bahagia dengan anaknya. Kapal mereka rusak dan akhirnya menetap di Aceh Selatan, konon jadi nenek moyang masyarakat sekitar.
Kalau kamu nggak percaya, datang saja ke sana, tanya-tanya langsung sama warga lokal. Selain dapat cerita legenda, kamu bisa sekalian lihat pemandangan indah. Ada pegunungan hijau yang langsung menghadap Samudera Hindia.
5. Kota Kasih — Kupang
Kupang punya vibes yang penuh kehangatan. Meski dihuni beragam etnis dan agama, kota ini pernah dinobatkan sebagai salah satu kota paling toleran di Indonesia.
Kupang juga punya julukan “Kota Kasih.” Tapi jangan salah paham dulu. ‘Kasih’ yang dimaksud bukan sekadar cinta atau rasa sayang. Ini sebenarnya akronim dari Karya, Aman, Sehat, Indah, dan Harmonis.
Karya, berarti masyarakat lokal pada tekun bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aman, jadi harapan biar kota ini tetap kondusif dan nyaman. Sehat, soalnya Kupang punya fasilitas kesehatan cukup lengkap. Ada 12 rumah sakit berbagai tipe dan belasan puskesmas yang bisa diakses pakai BPJS Kesehatan.
Indah, karena ya kotanya bisa dibilang terawat dan tertata bagus. Terus Harmonis, sesuai keseharian warganya yang hidup rukun berdampingan antarumat beragama.
Simbol keren yang mewakili semua nilai ini ada di Tugu Merpati atau Taman Patung Kasih. Monumen berbentuk dua telapak tangan terbuka yang melepas merpati putih ini punya pesan damai dan toleransi. Di depannya ada tulisan “Uisneno Nokan Kit,” yang artinya “Tuhan Memberkati Kita.”
6. Kota Manis — Pangkalan Bun
Kalau dengar “Kota Manis”, mungkin kamu membayangkan kota yang dipenuhi makanan atau suasana romantis. Itu adalah julukan kota Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Tapi “Manis” di sini adalah akronim dari Minat, Aman, Nikmat, Indah, dan Segar. Julukan ini menggambarkan visi Pangkalan Bun sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali. Apalagi, mereka selalu jadi langganan piala Adipura.
Kota Manis ini punya sejarah yang erat banget sama Kesultanan Banjar. Awalnya, Sultan Imanuddin, Sultan Banjar ke-IX, sering mampir ke sebuah tempat bernama Pongkalan Buun selama perjalanan ke Kumai.
“Pongkalan” berarti tempat singgah, dan “Buun” adalah nama pemilik rumah suku Dayak yang sering disinggahi sultan. Dari sana, lahirlah nama Pangkalan Bun.
Selain kotanya bersih, daya tarik lain dari Pangkalan Bun adalah destinasi wisata alamnya. Ada Air Terjun Suayap, Sungai Arut, Pantai Teluk Bogam, dan masih banyak lagi.
7. Kota Bercahaya — Cilacap
Cilacap, kabupaten terbesar di Jawa Tengah, punya julukan “Kota Bercahaya”. Eh tapi julukan ini nggak ada hubungannya sama lampu, cerobong asap atau cuaca panas.
“Bercahaya” itu akronim dari Bersih, Elok, Rapi, Ceria, Hijau, Aman, dan Jaya. Julukan ini katanya pertama kali dicetuskan oleh Almarhum Haji Mohamad Supardi, Bupati Cilacap ke-14. Beliau menjabat selama 10 tahun, dari tahun 1987 hingga 1997.
Kota Bercahaya ini berbatasan sama Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, di sebelah barat. Di sebelah selatan, Cilacap langsung berbatasan sama Samudera Hindia.
Jadi, selain dikenal dengan suasananya yang asri dan bersih, Cilacap juga punya posisi strategis yang menghadap ke lautan.
Vibes kotanya juga bersih, rapi, dan asri. Kapan-kapan coba deh mampir ke sana.
8. Kota Ikhlas — Pemalang
Pemalang, kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah, punya julukan “Kota Ikhlas.” Apakah semua penduduknya selalu ikhlas di berbagai hal?
Bisa jadi. Tapi bukan itu maknanya. Julukan itu muncul dari motto yang diusung kota ini, yaitu IKHLAS—Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar, Aman, Sehat .
Pemerintah setempat berharap motto itu bisa menggambarkan nilai-nilai penting yang jadi cita-cita hidup warganya.
Indah, menggambarkan kehidupan yang penuh keindahan, secara lahir batin. Komunikatif, kota yang terbuka dan menyatukan semua elemen dalam pembangunan. Hijau, lingkungannya subur. Lancar, kehidupan warganya bebas hambatan. Aman, hidup tenang tanpa ancaman. Sehat, seimbang jasmani, rohani, dan sosial.
Ada lagi nggak julukan kota yang nggak biasa, menurutmu?