Ada juga versi yang mengatakan bahwa pondasi Ka’bah berasal dari Gua Hira, dan bahan bangunannya diambil dari lima gunung. Ibrahim dan Ismail bekerja bersama-sama setiap hari untuk menyusun batu demi batu hingga Ka’bah terbentuk menjadi sebuah kubus dengan tinggi delapan meter.
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai waktu yang dibutuhkan untuk membangun Ka’bah, ada yang mengatakan berbulan-bulan, bahkan ada yang menyebutkan beberapa tahun.
Ka’bah Selesai Dibangun
Ketika pembangunan Ka’bah hampir selesai, Nabi Ibrahim menemukan satu ruang yang kosong, sehingga meminta putranya untuk mencari batu guna menutupnya.
Saat Nabi Ismail sedang mencari batu sesuai perintah ayahnya, Malaikat Jibril memberikan sebuah batu kepada Nabi Ibrahim, yang kemudian dikenal sebagai Hajar Aswad. Hajar Aswad kemudian ditempatkan di salah satu sudut Ka’bah.
Setelah itu, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melanjutkan pembangunan Ka’bah hingga selesai dan diakhiri dengan keduanya berdoa kepada Allah. Selanjutnya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengajak orang-orang untuk berhaji, datang ke Baitullah untuk memuji Allah.
Wafatnya Nabi Ismail
Berdasarkan catatan sejarah Islam, Nabi Ismail wafat pada tahun 1779 SM di Makkah, Arab Saudi, ketika usianya mencapai 137 tahun. Ia kemudian dikebumikan di samping makam ibunya di Masjid al-Haram. Setelah wafatnya Nabi Ismail, putra-putrinya mengambil alih kegiatan dakwahnya. Mereka bermigrasi ke berbagai wilayah Jazirah Arab dengan tujuan menyebarkan agama Islam
Teladan Nabi Ismail
Keteladanan yang dapat dicontoh dari kisah Nabi Ismail, di antaranya:
- Menjalankan segala perintah Allah dengan tekun, meskipun perintah tersebut sulit diterima oleh akal manusia.
- Tetap yakin bahwa Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.
- Keyakinan bahwa setiap ujian atau cobaan dari Allah adalah tanda kasih sayang-Nya kepada kita.
- Dalam konteks keluarga, setiap keputusan untuk mematuhi perintah Allah sebaiknya diambil setelah musyawarah.
- Berbakti kepada kedua orang tua, seperti yang dilakukan Nabi Ismail AS yang taat kepada ayah dan ibunya dalam menjalankan perintah Allah.
- Percaya bahwa kesabaran dan keteguhan membawa kebahagiaan pada akhirnya.
- Menghindari godaan syaitan dengan menjaga kestabilan moral dan spiritual.
Teladan Nabi Ismail juga terlihat dari keteguhan dan keberanian dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun mengalami banyak ujian, Nabi Ismail tetap kuat dan tidak pernah putus asa. Ia selalu percaya bahwa Allah akan selalu memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapinya.
Nabi Ismail juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan murah hati. Ia selalu membantu sesama dan tidak pernah merasa bangga atas apa yang dimilikinya. Teladan ini mengajarkan umat muslim untuk selalu peduli dan membantu sesama yang membutuhkan.