Lagi-lagi, kasus keracunan makanan massal menghantui anak-anak sekolah. Lebih dari 200 siswa di Kota Bogor tumbang setelah makan menu makan bergizi gratis (MBG) yang ternyata mengandung dua bakteri berbahaya Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella.
Dari hasil laboratorium, makanan yang disajikan—telur ceplok berbumbu dan tumis tahu toge—mengandung dua bakteri itu.
Meskipun kejadian ini jadi perhatian besar, sebenarnya kasus kayak gini bisa terjadi di mana aja, bahkan di dapur rumah sendiri kalau kamu nggak hati-hati.
Sebenarnya apa sih E. coli dan Salmonella itu? Bahayanya segede apa, dan gimana cara mereka bisa nyelundup ke makanan?
Apa Itu E. coli dan Salmonella?
E. coli
Bakteri Escherichia coli alias E. coli sebenarnya bukan pendatang asing di tubuh manusia. Sebagian besar dari mereka hidup damai di dalam saluran pencernaan (usus) kita dan bahkan membantu proses pencernaan. Tapi, nggak semua E. coli bersifat jinak. Dalam kondisi tertentu, beberapa jenisnya bisa berubah jadi musuh dalam selimut.
Jenis E. coli yang berbahaya—sering disebut E. coli diareogenik—bisa masuk ke tubuh lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi. Mereka nempel di sel-sel pencernaan, lalu melepaskan racun yang bikin perut jadi korban. Kamu bisa bolak-balik ke kamar mandi dan bahkan mengalami komplikasi serius kalau nggak segera ditangani.
Salmonella
Salmonella adalah jenis bakteri Gram-negatif yang bisa bergerak (motil), dan biasanya hidup di usus manusia dan hewan. Bakteri ini dikeluarkan lewat feses dan bisa menyebar lewat makanan, air, atau permukaan yang terkontaminasi.
Pertama kali ditemukan oleh ahli bakteriologi Amerika bernama D.E. Salmon pada tahun 1884, Salmonella sampai sekarang dikenal sebagai penyebab utama keracunan makanan di seluruh dunia.
Secara global, diketahui ada lebih dari 2.500 jenis (serovar) Salmonella. Beberapa di antaranya bisa menyebabkan infeksi serius kayak Gastroenteritis (radang saluran pencernaan), demam enterik (termasuk demam tifoid), bakteremia (infeksi bakteri dalam darah), sampai infeksi kronis pada orang dengan imun lemah.
Gejala Keracunan
Gejala keracunan akibat E. coli dan Salmonella biasanya muncul dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah makan makanan yang terkontaminasi. Gejalanya mirip-mirip dan kadang susah dibedain. Rata-rata mual muntah, sakit perut atau kram, diare, demam ringan sampai tinggi, badan lemes.
Di kasus yang parah, terutama anak-anak, lansia, atau orang dengan daya tahan tubuh lemah, keracunan bisa berujung pada dehidrasi parah atau komplikasi lain seperti gagal ginjal.
Gejala Infeksi E. coli
Kalau sudah terinfeksi, biasanya gejala yang muncul mirip keracunan makanan pada umumnya, misalnya:
- Diare encer (kadang bisa disertai darah)
- Sakit perut dan kram
- Nafsu makan menurun
- Demam ringan
Gejala ini biasanya muncul dalam waktu 1–10 hari setelah terpapar dan bisa berlangsung beberapa hari, tergantung seberapa parah infeksinya.
Gejala Infeksi Salmonella
Gejala infeksi biasanya muncul 6 jam hingga 6 hari setelah terpapar. Banyak orang sering salah sangka, mengira dirinya hanya terkena flu perut. Padahal, gejalanya bisa cukup berat, terutama pada anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah. Gejala umumnya:
- Diare (bisa sampai 10 hari)
- Demam
- Kram perut
- Mual dan muntah
- Panas dingin
- Sakit kepala
- Kadang ada darah dalam feses
Pada kasus berat, infeksi bisa nyebar ke aliran darah atau organ tubuh lain dan menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang dengan imunodefisiensi, misalnya yang sedang menjalani transplantasi organ, pengobatan kanker, atau mengidap HIV/AIDS.
Dari Mana Asalnya Dua Bakteri Ini?

Bakteri E. coli dan Salmonella bisa masuk ke makanan lewat berbagai cara. Tapi bisa diidentifikasi kemungkinannya, kayak:
- Makan daging sapi dan ayam, atau telur mentah/setengah matang
- Konsumsi sayuran mentah atau kurang dicuci, yang bisa terkontaminasi dari tanah, air, atau tangan kotor.
- Air minum yang nggak bersih atau terkontaminasi limbah.
- Produk susu yang nggak dipasteurisasi (dipanaskan buat membunuh bakteri)
- Alat masak dan dapur yang nggak steril, terutama kalau dipakai untuk olah makanan mentah dan matang tanpa dicuci.
- Kontak sama reptil, misalnya saat berkunjung ke kebun binatang atau memelihara reptil di rumah
- Kontak langsung sama permukaan atau benda yang terpapar kotoran, misalnya saat mengganti popok, menyentuh hewan, atau berbagi alat makan.
- Kurang bersih waktu membersihkan diri habis buang air, yang bisa menyebabkan ISK karena perpindahan bakteri dari anus ke saluran kemih.
Kalau yang terjadi di Bogor kemarin, telur ceplok yang dimasak malam dan baru didistribusikan siang hari bisa jadi sarang E. coli karena penyimpanannya nggak tepat. Begitu juga tumis tahu toge yang diduga terkontaminasi Salmonella.
Sebagian besar kasus infeksi E. coli terjadi karena penularan fekal-oral, artinya bakteri dari kotoran (yang nggak terlihat mata) masuk ke mulut lewat makanan, air, atau tangan yang kotor.
Meski seringnya menyebar lewat makanan, bakteri E. coli juga bisa menular dari orang ke orang. Penularannya nggak terjadi lewat batuk atau bersin, tapi bisa terjadi kalau kamu merawat orang yang terinfeksi dan nggak sengaja bersentuhan dengan kotorannya.
Bakteri ini juga bisa nempel di permukaan benda atau makanan yang disentuh orang yang terinfeksi kalau mereka nggak cuci tangan dengan benar.
Nggak main-main, infeksi E. coli bisa menyebabkan komplikasi serius dan bahkan mematikan. Beberapa penelitian menunjukkan tingkat kematian akibat infeksi ini berkisar antara 8% sampai 35%, tergantung jenis infeksinya.
Salah satu komplikasi paling parah adalah sepsis, yaitu infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh dan merusak organ. Risiko kematian meningkat pada bayi, orang tua, penderita infeksi saluran pernapasan, atau pasien yang nggak merespons antibiotik.
Salmonella dan E. coli berkembang biak cepat dalam suhu ruang, apalagi kalau makanan dibiarkan terlalu lama tanpa penghangatan atau pendinginan yang pas. Sekali masuk ke tubuh, mereka bisa merusak sistem pencernaan dan memicu infeksi.
Cara Mencegah Kontaminasi Bakteri

Biar makanan tetap aman dan kamu terhindar dari drama perut mules mendadak, kamu perlu:
- Masak makanan sampai matang sempurna. Pastikan daging dan telur nggak ada bagian yang masih mentah.
- Cuci bersih sayuran dan buah-buahan. Pakai air mengalir, dan kalau perlu rendam sebentar dengan air garam atau cuka sebelum dimakan.
- Jaga kebersihan dapur dan peralatan masak. Jangan pakai talenan yang sama buat daging mentah dan sayur tanpa dicuci dulu. Lebih aman pakai telenan berbahan plastik atau keramik.
- Jangan mencuci daging mentah, karena cipratannya bisa menyebar ke permukaan lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, terutama setelah menyentuh daging mentah atau ungags, setelah buang air, mengganti popok, atau habis main sama hewan peliharaan.
- Simpan makanan sisa di kulkas, jangan dibiarkan di suhu ruang lebih dari dua jam
- Hindari minum air mentah atau dari sumber yang belum jelas kebersihannya.
Buat anak-anak yang sudah terinfeksi Salmonella, mereka baru boleh kembali ke sekolah setelah gejala benar-benar mereda. Buat jenis Salmonella typhi atau paratyphi, harus ada hasil tes tinja yang menyatakan negatif sebelum anak boleh kembali beraktivitas di sekolah atau daycare.
Buat kamu yang sering masak sendiri atau beli makanan dari luar, penting banget buat lebih aware soal ini. Nggak cuma soal rasa dan harga, tapi juga keamanan makanan yang masuk ke tubuh.
Mulai sekarang, jangan cuma mikirin enak dan kenyang ya. Pastikan juga makanan kamu bebas dari bakteri bandel kayak E. coli dan Salmonella.

