Wednesday, May 21, 2025
Kirim tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
Ilustrasi buang makanan ke orang kelaparan

Ada Ancaman Krisis Pangan, Kenapa Masih Sering Buang-Buang Makanan?

by Ovan Obing
23 April 2025
in Isu
A A
0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Ini paradoks atau ironi? Di tengah gembar-gembor krisis pangan yang sudah diwanti sejak sebelum pandemi, kita masih menjaga kebiasaan buruk setiap hari, buang-buang makanan. Sementara itu, penduduk di sebagian wilayah Bumi lagi kekeringan, kelaparan. Tapi, semua itu nggak bikin kita berubah.

Beberapa negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang, belakangan statusnya sudah darurat pangan. Beras di sana cukup langka, harganya naik dan bikin resah penduduk sekaligus pemerintahnya. Padahal kalau ngikutin berita-berita yang beredar, negara-negara yang suka dibandingkan sama Indonesia ini kelihatannya adem ayem, nggak sedang berkonflik kayak Palestina atau Ukraina. Jadi, penyebab utama darurat pangan di sana, lebih dekat ke perubahan iklim yang bikin produksi pertanian seret.

Kalau melihat secara global, situasinya lebih parah. World Food Programme (WFP), Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan darurat pangan dan kelaparan. Akhir tahun lalu merilis pandangan mereka dalam Global Outlook 2025. 

Di situ, dari 195 negara yang diakui PBB, 74 di antaranya lagi kena darurat pangan, 343 juta penduduk terdampak. Angka ini naik sekitar 200 juta dibandingkan sebelum pandemi. Sementara itu, sekitar 44,4 juta orang butuh bantuan segera biar bisa bertahan hidup. Kalau nggak, darurat pangan yang mereka alami bisa semakin parah.

Tapi yang lebih ngeri, ada sekitar 1,9 juta orang yang kini di ambang kelaparan ekstrem. Mereka adalah penduduk yang tinggal di negara-negara rentan dan sedang konflik, seperti Palestina, Sudan, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali. Bahkan sudah dikonfirmasi terjadi bencana kelaparan ekstrem di kamp pengungsian Zamzam, Sudan Utara.

Variasi Sebab Krisis Pangan

WFP nyebut empat faktor penyebab kelaparan dan krisis pangan global. Tapi yang paling utama ada tiga, yaitu perubahan iklim, konflik, dan situasi ekonomi yang buruk. Sementara faktor yang keempat, yakni pemindahan (displacement), bisa disebut sebagai turunan dari tiga faktor utama yang tadi.

Displacement di sini maksudnya orang-orang yang terpaksa ngungsi, sehingga rentan kena darurat pangan. Atau orang-orang yang cuma punya akses terbatas ke pekerjaan, makanan, dan tempat tinggal. Sementara bantuan kemanusiaan yang selama ini diharapkan, jumlahnya lama-lama berkurang.

WFP mencatat 65% krisis pangan akut dialami penduduk di negara-negara yang rapuh atau berkonflik. Dan seperti semua tahu, jumlah konflik bersenjata naik drastis dalam 10 tahun terakhir, lebih dari 50%. Hampir semua ‘hot spot kelaparan’—dari Gaza sampai Myanmar—adalah imbas dari kekerasan dan situasi nggak stabil.

Pada saat yang sama, dunia juga lagi punya beban ekonomi. Banyak negara berpenghasilan rendah kini terjebak atau hampir jatuh dalam krisis utang. Di sisi lain, inflasi pangan masih tinggi di banyak tempat, bikin daya beli turun dan akses masyarakat pada makanan jadi makin terbatas. Dalam empat tahun terakhir, harga pangan di 26 negara bahkan sudah naik lebih dari dua kali lipat.

Nggak cukup sampai di situ, cuaca ekstrem juga nambah parah situasi. Peristiwa El Niño 2023–2024 bikin kacau cuaca global dan merugikan pertanian. Beberapa negara di Afrika lagi mengalami kekeringan hebat. Sementara di beberapa negara di Asia justru banjir besar. Meskipun cuacanya beda, dampaknya kurang lebih sama, ganggu pertanian dan bikin panen nggak maksimal.

Lebih rumit lagi, masalahnya sekarang ekonomi lagi sulit, dana bantuan jadi lebih sedikit. Sampai akhir 2024, kebutuhan dana bantuan global baru terpenuhi 38%. Akhirnya lembaga-lembaga kayak WFP fokus cuma ke titik-titik paling parah, yang belum darurat terpaksa ditinggal dulu.

Kayak gitu, jadi kalau kamu masih bisa makan tiga kali sehari tanpa mikir panjang, sadarilah kalau itu bukan hal sepele.

Ilustrasi buang limbah makanan (Antara)

Sementara Itu, Food Waste

Selagi banyak wilayah dilanda masalah darurat pangan, sebagian warga dunia malah buang-buang makanan. Food waste atau limbah makanan, maksudnya adalah yang dibuang atau nggak dimanfaatkan karena berbagai alasan, dari proses produksi sampai konsumsi. Termasuk yang dibuang sengaja/nggak sengaja, sisa makanan nggak dimakan, atau sudah lewat tanggal kedaluwarsa, tapi masih layak dikonsumsi.

Menurut badan PBB urusan pangan dan pertanian, Food & Agriculture Organization (FAO). Jumlah makanan yang terbuang sia-sia mencapai sekitar 1,3 miliar ton setiap tahunnya. Itu setara sepertiga dari total makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi manusia. Gambaran kasarnya, sebanyak itu cukup buat ngasih makan 800 juta sampai 3 miliar orang yang sekarang lagi hidup dalam kondisi kelaparan atau kekurangan gizi.

Ironis banget. Di satu tempat ada penduduk yang buat makan saja butuh sumbangan, sementara di tempat lain ada makanan yang enak, layak, dan masih segar, tapi malah dibuang.

Laporan United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Food Waste Index 2021 juga bikin merenung. Tahun 2019, sekitar 931 juta ton makanan siap santap malah berakhir di tong sampah. Di Asia, terutama bagian selatan dan tenggara, limbah makanan mengisi lebih dari seperempat kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA).

Pemboros makanan paling besar adalah sektor rumah tangga, menyumbang antara 42-63% dari total food waste dunia. Posisi kedua ditempati sektor kuliner, kayak restoran, katering, dan bisnis ritel, dengan angka 23% dan 13%.

Dan jangan dikira ini cuma masalah etika, food waste juga buruk buat lingkungan. Sampah makanan busuk di TPA menghasilkan metana—gas rumah kaca yang efeknya 25x lebih kuat dibanding karbondioksida. Akhirnya, limbah makanan nyumbang 8-10% emisi karbon global.

Bisa Sengeri Itu..

Belum lagi, sekitar 70% sumber daya air tawar dunia dipakai buat produksi pangan. Jadi kalau makanan dibuang, air yang dipakai buat nanam, ngolah, dan angkut makanan juga ikut kebuang. Estimasi terakhirnya, 170 triliun liter air ikut lenyap setiap tahun, cuma gara-gara makanan yang kebuang.

Kalau dihitung secara ekonomi? Aslinya seluruh dunia bisa hemat sangat banyak, kira-kira USD 940–1 triliun per tahun. Itu termasuk biaya produksi, distribusi, penyimpanan, sampai ongkos ngurus sampahnya. Tapi sayangnya, nggak.

Lebih sayang lagi, soalnya Indonesia jadi salah satu negara penghasil food waste terbesar. Tahun 2020, kita buang sekitar 20,94 juta ton makanan. Bahkan menurut data UNEP, Indonesia sempat jadi yang terbesar kedua di dunia pada 2011. Dengan satu penduduk rata-rata buang 300kg makanan per tahun.

Penyebabnya? Macam-macam. Sebelum sampai ke dapur, jumlah makanan sudah turun sejak produksi sampai distribusi. Food loss macam itu terjadi karena infrastruktur yang buruk, cuaca ekstrem, atau sistem yang nggak efisien.

Dan seperti diduga, 55% pemborosan terjadi di tingkat konsumen. Kita sendiri yang sering buang-buang makanan, karena belinya kebanyakan, nggak habis, atau lupa tanggal kedaluarsa. Belum lagi tradisi masak besar—yang seringnya malah berlebihan—kalau ada acara. Termasuk malu kalau bawa pulang sisa makanan, itu juga bagian dari masalah.

Padahal kalau dikelola dengan baik, sisa makanan bisa jadi berkah, bukan sampah. Makanan organik bisa dijadikan kompos penyubur tanaman. Makanan lebih bisa disumbangkan ke yang membutuhkan. Buah dan sayur yang kurang sempurna, masih bisa dimanfaatkan buat pakan ternak. Itu solusi gampang, tapi kita memang makhluk yang gampang lupa.

 

SendShareShareTweet

Tulisan Lainnya

Isu

Plastik Itu Susah Didaur Ulang, Ngapain Masih Dipakai?

18 May 2025
Isu

Mitos & Fakta, Benarkah Barak Militer Bikin ‘Anak Nakal’ Jadi ‘Jinak’?

10 May 2025
Isu

Makan Gratis Sukses, Keracunan Cuma Bonus Statistik

9 May 2025
Isu

Vasektomi Dulu, Baru Dibantu?

5 May 2025
Next Post

Single: “Freefall” - Nothing More & Chris Daughtry, Versi Baru Lebih Nendang

Single: “Dimensi Waktu”-The Kilometre Zero, Pahit-Manis Nostalgia

Selamat Datang di Dunia Kerja, Ijazahmu Bukan Milikmu Lagi

Di Luar Nalar! Komposer Ini Bisa 'Berkarya' dari Alam Kematian

Please login to join discussion

© 2025 hipKultur.com

Opsi Lainnya

  • About
  • Contact

Ikuti

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Sign Up
Kirim Tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result

© 2025 hipKultur.com