in

20 Tahun dan Terus Berkarya, Monkey Boots Rilis “Ruang Hitam”

Monkey Boots, band ska, rocksteady, dan reggae asal Jakarta
Monkey Boots, band ska, rocksteady, dan reggae asal Jakarta

Monkey Boots, band ska, rocksteady, dan reggae asal Jakarta, semakin menegaskan eksistensi di kancah musik Indonesia dengan single terbaru berjudul “Ruang Hitam”.

Lagu ini mencerminkan fase baru dalam perjalanan panjang mereka selama dua dekade. Mengeksplorasi tema yang lebih serius dan emosional, berbeda dari sebelumnya.

Perjalanan Panjang Monkey Boots

Dibentuk pada tahun 2004, Monkey Boots awalnya terdiri dari 8 personel. Mereka adalah Denny (vokal), Edwin (keyboard), Handaru (drum), Indra (bass), Adam (gitar), Akbar (gitar), Renato (trombone), dan Reonaldo (saxophone).

Dari semula mereka sudah menyukai genre ska, rocksteady, dan reggae. Gemar meng-cover musik-musik The Skatalites, The Specials, dan Bob Marley. Baru pada tahun 2007, mereka mulai merekam lagu orisinal, seperti “Jakarta” dan “Beat of Ska”, yang membuka jalan bagi debut album Big Monkey (2010).

Lagu-lagu, seperti “Tundukkan Hatimu” dan “Tunggulah Tunggu” dari album pertama tersebut mendapat sambutan hangat. Bahkan “Tundukkan Hatimu” sempat masuk dalam final London International Ska Festival 2012.

Kemudian, setelah keluar dari label 267 Records, mereka merilis album kedua bertitel Interaksi (2015), disusul dengan album ketiga Liar dan Mempesona (2018).

Transformasi di “Ruang Hitam”

Big Monkey, sebutan untuk fans, sudah lama menanti karya terbaru Monkey Boots. Butuh waktu 6 tahun, sampai akhirnya kerinduan itu terobati. Ya, di tahun 2024 ini, Monkey Boots merilis single baru yang berjudul “Ruang Hitam”.

Obat kangen, sekaligus penanda perubahan signifikan dalam pendekatan musik mereka. Dengan tempo lebih lambat dan melodi melankolis, “Ruang Hitam” membawa pesan tentang penyesalan dan keputusasaan.

Lagu ini terinspirasi oleh kisah tragis bunuh diri, menyoroti dampak emosional dari tindakan tersebut bagi orang-orang yang ditinggalkan.

“Ruang Hitam mengeksplorasi narasi menakutkan tentang penyesalan dan keputusasaan,” jelas Edwin, vokalis utama.

“Lagu ini menggambarkan jiwa yang terjebak di ruang liminal antara kehidupan dan kematian. Dihantui oleh tindakan mereka yang tidak dapat diubah dan keinginan sia-sia untuk kembali,” tambahnya.

Jadi, lagu ini bukan hanya sekedar karya musik, tetapi juga mengajak pendengar untuk merenung dan mendiskusikan isu yang sangat serius, yakni bunuh diri. Ini agak kontras dari suguhan Monkey Boots biasanya yang terdengar ceria. Patut disimak.