Dijelaskan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Yusuf adalah pria paling tampan di dunia. Nabi Yusuf adalah salah satu nabi yang dianggap memiliki kisah hidup paling menarik dalam sejarah Islam. Ia merupakan putra dari Nabi Yaqub dan Rahil yang merupakan salah satu dari dua belas anak yang dimiliki Ya’qub.
Nabi Yusuf dilahirkan di daerah Palestina sekitar tahun 1745 SM. Nama Yusuf sendiri memiliki arti kesempurnaan dan ketampanan, yang sesuai dengan sifat-sifatnya yang dianggap luar biasa oleh masyarakat pada zamannya.
Di dalam Al Qur’an, nama Yusuf disebutkan sebanyak 27 kali. Kisahnya dijelaskan dalam surah Yusuf, surah kedua belas dalam Al Qur’an. Berbeda dengan kebanyakan nabi lainnya yang kisahnya tersebar di beberapa surah. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen),kisah Yusuf dicatat dalam Kitab Kejadian pasal 37, 39-50.
Kisah Nabi Yusuf
Kisah hidup Nabi Yusuf dimulai sejak ia masih muda. Ia dikenal memiliki ketampanan yang luar biasa sehingga membuat saudara-saudaranya merasa cemburu dan iri. Saat masih kecil Nabi Yusuf pernah bermimpi melihat bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya.
Sehingga ia dilarang oleh ayahnya menceritakan mimpi itu ke saudaranya karena takut akan menimbulkan perselisihan hubungan mereka. Menurut sang ayah, mimpi itu menunjukkan bahwa suatu hari nanti Yusuf akan menjadi orang besar dan diangkat menjadi Rasul Allah.
Nabi Yusuf Dimasukkan Ke Sumur
Pada suatu kesempatan ketika berkumpul, saudara-saudara Yusuf, kecuali Bunyamin, membicarakan perlakuan tidak adil dari ayah mereka.
Mereka setuju bahwa Nabi Yakub telah memperlakukan Nabi Yusuf secara tidak adil dengan menjadikannya anak kesayangan, sebagaimana dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 8.
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf: 8)
Dari diskusi ini, mereka merencanakan untuk membunuh Yusuf. Namun, akhirnya mereka memutuskan untuk membuangnya ke dalam sumur agar Yusuf tidak lagi berada di rumah dan tidak mendapat perlakuan istimewa dari ayah mereka.
Setelah itu, mereka menghadap kepada ayah mereka untuk meminta izin membawa Yusuf bermain bersama. Awalnya, Nabi Yakub ragu untuk mempercayakan Yusuf kepada saudara-saudaranya karena takut bahwa Yusuf bisa dimakan serigala jika mereka lengah dalam menjaganya.
Namun, saudara-saudaranya satu per satu mencoba untuk meyakinkannya. Akhirnya, Nabi Yakub luluh dan memberikan izin. Mereka membawa Yusuf menjauh dari rumah dengan niat untuk membuangnya ke dalam sumur.
Setelah berhasil mendorong Yusuf ke dalam sumur, mereka kembali ke rumah dan berbohong kepada ayah mereka bahwa Yusuf dimakan oleh serigala. Mereka mencoba meyakinkan Nabi Yakub dengan membawa gamis berlumuran darah palsu.
Nabi Yusuf dibawa Musafir ke Kerajaan Mesir
Di sekitar sumur tempat Nabi Yusuf dibuang oleh saudara-saudaranya, beberapa musafir datang dengan tujuan mengambil air.
Saat mereka mengetahui bahwa sumur tersebut tidak berisi air, mereka kaget menemukan seorang anak kecil (Yusuf) di dalamnya, dan mereka semua sepakat untuk membawa Yusuf ke Mesir dan menjual Yusuf sebagai barang dagangan.
Sesampainya di Mesir, sebuah pasangan suami-istri penguasa Mesir tertarik untuk membeli Yusuf. Sang suami meminta istrinya untuk merawat Yusuf sebagai anak mereka. Dengan demikian, Yusuf diselamatkan oleh Allah melalui tangan pasangan suami-istri kaya tersebut.
Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan menarik, sehingga banyak perempuan yang terpesona olehnya, termasuk istri Qhiftir yang telah merawatnya sejak kecil.
Fitnah Kejam dan Godaan Zulaikha
Yusuf diangkat sebagai anak angkat dan melayani kebutuhan di rumah seorang pejabat kerajaan. Pasangan Qithfir dan Zulaikha sangat menyukainya karena kegantengan yang dimiliki Yusuf.
Mereka bahkan sulit percaya bahwa Yusuf adalah manusia dan sering menganggapnya sebagai malaikat yang menjelma.
Rasa kagum Zulaikha pada akhirnya membuatnya tidak mampu menahan godaan setan. Dia mencoba merayu Yusuf untuk melakukan perbuatan tercela. Yusuf tetap menolaknya dan keduanya terlibat dalam sedikit pertengkaran karena saling memaksa, hingga pada akhirnya datanglah Qithfir suami Zulaikha.
Lalu Zulaikha memfitnah Yusuf dengan tuduhan mencoba merayu nya. Hingga pada akhirnya Nabi Yusuf dipenjara untuk menutupi kesalahan yang dibuat.
Menafsirkan Mimpi Raja Mesir
Pada suatu hari, Raja Mesir mengalami mimpi yang aneh, melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, serta tujuh bulir yang hijau dimakan oleh tujuh bulir kering. Raja meminta para ahli tafsir untuk menjelaskan makna mimpinya jika mereka bisa menafsirkannya.
Meskipun para ahli tafsir berusaha memikirkannya, namun tidak ada yang bisa memberikan penjelasan yang memuaskan kepada sang raja. Raja menjadi kecewa dan resah dengan mimpinya yang misterius. Saat itulah, seorang pelayan raja mengingat bahwa Nabi Yusuf pernah berhasil menafsirkan mimpinya.
Pelayan itu langsung mengajak Nabi Yusuf untuk bertemu dengan raja dan menjelaskan mimpi yang dialami sang raja. Yusuf menyampaikan bahwa mimpi itu berarti Mesir akan mengalami tujuh tahun kelimpahan yang diikuti oleh tujuh tahun kekeringan yang parah.
Raja bertanya bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, dan Yusuf menyarankan untuk menyimpan hasil panen selama masa subur untuk digunakan sebagai cadangan makanan selama masa kekeringan yang akan datang.
Nabi Yusuf Dibebaskan dari Hukuman
Sebelum bertemu dengan Raja untuk menafsirkan mimpinya, Nabi Yusuf sedang menjalani hukuman atas tuduhan fitnah. Namun, setelah berhasil menafsirkan mimpi Raja, dia diberi kesempatan untuk dibebaskan.
Raja, yang puas dengan penjelasan tentang mimpinya, kemudian memerintahkan agar Nabi Yusuf dibebaskan oleh pengawalnya. Namun, Yusuf menolak untuk dibebaskan sebelum kasusnya diadili dan ia dinyatakan tidak bersalah.
Akhirnya, setelah diadili, Nabi Yusuf dinyatakan tidak bersalah oleh raja dan dibebaskan.
Tidak hanya itu, Raja Mesir kemudian mengangkat Nabi Yusuf sebagai salah satu dari orang-orang kepercayaannya.
Mendengar penawaran itu, Yusuf berkata kepada raja, “Jika engkau benar-benar percaya kepadaku, maka jadikanlah aku bendaharawan negara. Aku memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menjalankan tugas tersebut.”
Kemarau Panjang Melanda Mesir
Dampak dari panjangnya masa kemarau yang telah diprediksi oleh Nabi Yusuf setelah menafsirkan mimpi raja, Mesir mengalami kelangkaan gandum yang serius. Rakyat Mesir mulai kehabisan persediaan makanan.
Namun, Raja tidak khawatir karena telah menyimpan cadangan makanan yang cukup. Penduduk dari daerah sekitar yang kekurangan makanan datang ke Mesir untuk mencari pertolongan.
Saudara-saudara Nabi Yusuf yang pernah bersikap buruk terhadapnya juga datang ke Mesir mencari bantuan pangan. Setelah perjalanan yang panjang, saudara-saudara Yusuf tiba di Mesir dan langsung menuju ke istana.
Yusuf, yang mengenali saudara-saudaranya, memberikan gandum kepada mereka. Sebelum mereka kembali, Yusuf meminta agar mereka membawa saudara bungsu mereka, Bunyamin, jika ingin mendapatkan gandum lagi.
Meskipun heran bagaimana Yusuf mengetahui tentang Bunyamin, saudara-saudara Yusuf lebih memikirkan masalah mereka saat itu.
Setelah kembali ke kampung halaman, mereka memberitahu ayah mereka, Yaqub, bahwa mereka tidak akan mendapatkan gandum lagi kecuali jika membawa Bunyamin bersama mereka. Yaqub ragu, khawatir akan kehilangan Bunyamin seperti yang terjadi dengan Yusuf.
Namun, karena kebutuhan makanan yang semakin mendesak dan dengan jaminan anak-anaknya untuk menjaga Bunyamin dengan baik, Yaqub akhirnya mengizinkan Bunyamin pergi bersama saudara-saudaranya dengan syarat mereka menjaga Bunyamin dengan baik.
Bunyamin Ditahan di Kerajaan
Setelah tiba di istana, saudara-saudara Yusuf disambut dengan baik olehnya. Mereka diberi tempat istirahat yang nyaman dan merasa senang karena disambut dengan hangat.
Sementara itu, Yusuf mencari kesempatan untuk berbicara dengan Bunyamin, yang telah lama dirindukannya. Akhirnya, kesempatan itu datang. Yusuf mengundang Bunyamin ke ruangannya dan mengatakan kepadanya, “Aku adalah saudaramu. Janganlah bersedih atas tindakan saudara-saudaramu.”
Ketika saudara-saudara Yusuf hendak pulang, tanpa sepengetahuan mereka, Yusuf menyelipkan cangkir emas milik kerajaan ke dalam kantong Bunyamin.
Ketika para pengawal memeriksa mereka di pintu keluar, mereka menemukan cangkir itu di kantong Bunyamin, dan ini membuat Bunyamin ditangkap dan ditahan. Saudara-saudaranya berusaha membebaskannya dengan menawarkan penggantian.
Namun, Yusuf menjelaskan bahwa Bunyamin ditahan karena dituduh mencuri barang kerajaan, dan mereka harus membawa ayah mereka untuk membebaskannya.
Mereka kembali ke Palestina tanpa Bunyamin, dan kabar penahanannya membuat Nabi Yaqub sangat sedih.
Pertemuan Nabi Yusuf dengan Ayahnya
Ketika persediaan makanan habis lagi, saudara-saudara Yusuf kembali ke istana. Mereka menceritakan tentang kesengsaraan yang dialami oleh ayah mereka.
“Mohon, Tuan, kami dan keluarga kami menderita. Ayah kami sangat sedih karena telah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya. Beliau menangis setiap hari. Sekarang kami kehabisan makanan. Kami memohon Tuan untuk memberi kami gandum,” kata salah satu dari mereka.
Mendengar ini, Yusuf merasa sangat sedih dan terharu. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan identitasnya. Dia mengungkapkan, “Apakah kalian tahu dosa yang kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya?”
Kemudian Yusuf menjelaskan, “Saya adalah Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam sumur.”
Saudara-saudaranya terkejut dan ragu. Mereka bertanya, “Apakah benar kamu Yusuf?”
Pengakuan Yusuf membuat mereka terkejut. Melihat bukti yang jelas, mereka sadar bahwa orang di depan mereka adalah Yusuf. Mereka mengakuinya, meminta maaf, dan menyesali perbuatan mereka.
Yusuf tidak membenci mereka. Dia memaafkan dengan penuh kasih sayang, memberi mereka makanan, dan menyuruh mereka membawa bajunya untuk diusapkan ke mata ayah mereka agar sembuh.
Ketika mereka kembali ke Palestina, mereka memberitahu Nabi Yaqub tentang Yusuf dan memberikan baju yang diusapkan ke matanya. Mendengar kabar ini, Nabi Yaqub sangat gembira.
Ketika baju Yusuf diusapkan ke matanya, dengan izin Allah, matanya tiba-tiba sembuh dari kebutaan, membuat Nabi Yaqub dapat melihat kembali.
Nabi Yaqub sangat bahagia dan ingin segera bertemu dengan Yusuf. Mereka semua pergi ke Mesir. Di sana, mereka disambut dengan sukacita oleh Yusuf. Nabi Yaqub dan Nabi Yusuf, serta saudaranya lengkap bersatu kembali.
Keteladanan Nabi Yusuf
Keteladanan Nabi Yusuf dapat dilihat dari sifatnya yang sabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang dialaminya. Meskipun terpisah dari keluarganya dan dihadapkan pada kesulitan hidup, Yusuf tetap tegar dan tidak pernah putus asa. Selain itu, Nabi Yusuf juga dikenal dengan sifatnya yang jujur dan tawakal kepada Allah. Ia selalu menghadapi segala masalah dengan penuh kepercayaan bahwa Allah akan menuntunnya ke jalan yang benar.
Wafatnya Nabi Yusuf
Nabi Yusuf pernah mohon diwafatkan, meskipun sebenarnya memohon kematian itu dilarang oleh Allah SWT. Allah Swt berfirman mengabarkan tentang Nabi Yusuf ‘AS dalam Surah Yusuf yang artinya:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takbir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang – orang yang shaleh.” (Q.S. Yusuf : 101)
Dalam penjelasan Al-Quran serta riwayat, tidak ada nabi lain yang menginginkan kematian seperti Nabi Yusuf ‘AS. Nabi Yusuf meninggal pada usia 110 tahun di Mesir, makamnya terletak di pintu masuk ke lembah yang memisahkan Gunung Gerizim dan Ebal, sekitar 230 meter (750 ft) sebelah utara Sumur Yakub.