in ,

Yunus AS, dan Kisah Tobatnya Dalam Perut Ikan Paus

Nabi Yunus alaihissalam disebut Dzun Nun dalam Al-Qur’an, yang diterjemahkan sebagai “pemilik paus”. Menurut penjelasan Said Quthb dalam Tafsir Fi Dzilalil Quran, gelar ini merujuk pada pengalaman Yunus yang ditelan oleh paus dan kemudian dilepaskan.

Kisah ini terjadi ketika Yunus diutus untuk memberi dakwah kepada penduduk suatu negeri agar beriman kepada Allah SWT.

Sejarah Kelahiran Nabi Yunus AS

Nabi Yunus, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Jonah, adalah seorang nabi yang disebutkan dalam Alkitab dan Al-Quran.

Menurut riwayat, Yunus berasal dari keturunan suku Benyamin. Dalam catatan hadits, ayahnya disebut sebagai Matta.

Tanggal kelahiran Nabi Yunus tidak diketahui secara pasti, namun diriwayatkan bahwa dia merupakan seorang nabi yang berasal dari Kerajaan Israel (Samaria) sekitar abad ke-8 SM.

Menurut Islam, Nabi Yunus adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada penduduk Niniwe, sebuah kota di wilayah Asyur, yang terletak di wilayah yang sekarang merupakan bagian dari negara Irak modern.

Nabi Yunus diutus untuk menyampaikan pesan kebenaran kepada penduduk Niniwe agar mereka bertaubat dari perbuatan dosa dan menyembah hanya Allah. Namun, penduduk Niniwe tidak mendengarkan peringatan Yunus.

Kisah Nabi Yunus juga terdapat dalam Alkitab, terutama dalam Kitab Yunus di Perjanjian Lama. Dalam cerita tersebut, Yunus adalah seorang nabi Yahudi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada bangsa Asyur, tetapi dia melarikan diri dari tugas tersebut dan naik kapal ke arah yang berlawanan.

Kapal tersebut kemudian ditimpa badai besar, dan Yunus dilemparkan ke laut dan ditelan oleh ikan paus. Setelah mengalami peristiwa itu, Yunus bertobat dan akhirnya dia dikeluarkan dari perut ikan tersebut dan kembali ke Niniwe untuk menyelesaikan misi yang diberikan Allah kepadanya.

Dakwah Nabi Yunus AS

Nabi Yunus a.s. diutus oleh Allah Swt untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada penduduk Niniwe di Irak, yang merupakan bagian dari bangsa Asyiria. Untuk mencapai tujuan dakwahnya, Nabi Yunus a.s. harus melakukan perjalanan yang jauh dari Palestina ke Irak.

Meskipun Bangsa Asyiria yang berada di Ninawa hidup dalam kemakmuran sumber daya alam dan manusia, mereka menyimpang dari kebenaran dengan menyembah berhala, meninggalkan ajaran tauhid Allah Swt.

Kehadiran Nabi Yunus a.s. ditolak keras oleh Bangsa Asyiria. Mereka menolak mengakui Nabi Yunus a.s. sebagai utusan Tuhan, mencemooh dan menghina dia.

Namun, Nabi Yunus a.s. tetap sabar dalam dakwahnya di tengah-tengah mereka, meskipun terus dihadapkan dengan penolakan dan penghinaan.

Meskipun Nabi Yunus a.s. berdakwah selama 33 tahun, hanya dua orang, yaitu Tanuh dan Rubil, yang mengikuti ajarannya. Namun, Bangsa Asyiria tetap terus menyembah berhala dan tidak berubah.

Melihat keteguhan kaum Ninawa dalam kesesatan mereka, Nabi Yunus a.s. merasa marah, kecewa, dan putus asa, sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan mereka. Sebelum pergi, dia memberi peringatan kepada mereka tentang azab yang akan datang dari Allah Swt.

Kisah pergi Nabi Yunus a.s. tercatat dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 87.

“(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya.” (Q.S. Al-Anbiya: 87).

Nabi Yunus AS dibuang dari Kapal dan ditelan Ikan Paus

Nabi Yunus meninggalkan dakwahnya tanpa izin dari Allah lalu mendatangi sebuah kapal di pelabuhan dan meminta izin kepada nakhoda untuk naik ke kapalnya, meskipun nahkoda sadar bahwa kapalnya sudah kelebihan muatan.

Setelah berlayar dan berada di tengah laut, cuaca tiba-tiba berubah drastis menjadi gelap dengan angin kencang dan gelombang tinggi, membuat kapal oleng. Sang nahkoda meminta penumpang untuk membuang barang-barang mereka agar kapal bisa kembali stabil, namun usaha itu belum berhasil.

Akhirnya, nahkoda memutuskan untuk mengundi nama penumpang yang harus dikeluarkan dari kapal, dan nama Nabi Yunus terpilih beberapa kali. Meskipun demikian, Nabi Yunus menerima takdir tersebut dengan ikhlas dan menceburkan dirinya ke laut.

Dalam kegelapan laut, Nabi Yunus merasa telah meninggal, namun Allah memberi wahyu bahwa dia berada di dalam perut paus. Nabi Yunus bersujud untuk bersyukur.

Di dalam perut paus, dia mendengar makhluk laut bertasbih memuji Allah, yang membuatnya menyadari kesalahannya meninggalkan kaumnya tanpa izin. Nabi Yunus memuji Allah dan memohon ampun atas perbuatannya yang salah.

Nabi Yunus AS Dikeluarkan dari Perut Ikan Paus

Terdapat berbagai pendapat mengenai lama waktu tinggalnya Nabi Yunus dalam perut paus. Beberapa berpendapat bahwa dia berada di dalamnya selama 7 hari, tetapi yang paling terkenal adalah selama 40 hari.

Setelah tinggal di dalam perut paus selama waktu yang lama, Allah memerintahkan paus untuk memuntahkan Nabi Yunus. Ketika keluar, Nabi Yunus dalam keadaan lemah dan sakit, dan dia terdampar di tanah yang gersang. Di sana, Allah menumbuhkan sejenis labu untuknya.

Kisah ini tentang Nabi Yunus yang terdampar di tanah tandus juga dicatat dalam Al-Qur’an, Surat As-Saffat ayat 145-146.

“Kami kemudian melemparkannya (dari mulut ikan) ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kami kemudian menumbuhkan tanaman sejenis labu untuknya.” (Q.S.As-Saffat: 145-146).

Nabi Yunus AS Kembali ke Kaumnya

Bangsa Asyiria di Ninawa mengalami azab dari Allah sesuai dengan peringatan Nabi Yunus sebelum dia meninggalkan mereka. Angin kencang dan petir menghancurkan desa mereka. Meskipun mencari Nabi Yunus, mereka tidak menemukannya karena dia sudah pergi.

Bangsa Asyiria kemudian sadar dan melakukan taubat, serta bertasbih memuji Allah. Melihat ketulusan mereka, Allah menghentikan azabnya.

Setelah pulih, Nabi Yunus kembali ke wilayah Ninawa untuk memeriksa keadaan kaumnya. Dia kagum menemukan bahwa penduduk Ninawa telah bertobat kepada Allah dan beriman kepada-Nya. Nabi Yunus merasa bahagia dan lega menyaksikan perubahan  kaumnya.

Dengan penuh kasih dan hikmah, Nabi Yunus menyampaikan pesan Allah kepada mereka sekali lagi. Sebagai hasilnya, penduduk Ninawa menjadi kaum yang saleh dan taat kepada Allah. Sehingga Allah memberikan berkah kehidupan kepada Nabi Yunus dan kaumnya.