Urutan kelahiran memengaruhi pertumbuhan karakternya, tetapi tidak sesimpel itu. Lebih tepatnya, perbedaan pola asuh anak berdasarkan urutannya. Itulah yang bisa membentuk karakter si anak saat tumbuh dewasa.
Waktu ilmuwan melakukan penelitian tentang kepribadian, Julia Rohrer dari Universitas Leipzig, Swiss, mengatakan bahwa tidak ada pengaruh mutlak sifat seseorang dengan urutan kelahirannya. Tapi, ada karakter umum yang muncul pada anak pertama, kedua, dan seterusnya, baik laki-laki maupun perempuan.
Karakteristik Anak Sesuai Urutannya
Mari kita bahas soal itu, barangkali bisa jadi referensi dan bantu kamu lebih kenal diri sendiri.
Anak Pertama/Sulung
Ketika belum punya adik, kasih sayang orang tua tercurahkan penuh kepadanya. Namun ketika anak berikutnya lahir, biasanya si sulung diberi tanggung jawab lebih buat menjaga adik-adiknya, bahkan bantu-bantu urusan rumah tangga. Ini kemudian membuatnya tumbuh mandiri, bertanggung jawab, berjiwa pemimpin, juga mendominasi.
Di dunia kerja, karakteristik macam itu memang dibutuhkan. Tapi secara personal, juga bisa menjadi bumerang. Si sulung berpeluang jadi dewasa sebelum waktunya. Lalu perfeksionis dan sering merasa terdorong untuk memenuhi harapan orang lain. Kalau terlalu banyak membebani diri sendiri, maka risikonya stres dan cemas berlebihan.
Anak Tengah
Anak tengah punya karakter lebih berani mengambil risiko, fleksibel, bebas, suka sosialiasi, dan agak rebel. Jika punya adik dan kakak, si anak tengah ini bisa berkembang menjadi negosiator yang baik, karena sering membantu menengahi permasalahan kakak-adik, bahkan orang tua.
Tapi negatifnya, ia seringkali menjadi pencemburu dan kompetitif, juga kurang mandiri. Ada orang tua dan kakak sulung yang menjaganya, sehingga merasa banyak bantuan. Sering kali juga caper, karena merasa kasih sayang orang tua lebih tercurah pada anak pertama atau terakhir. Maka dari itu, anak kedua cenderung lebih rentan bermasalah dibanding anak pertama.
Anak Terakhir/Bungsu
Anak bungsu biasanya jadi yang paling dimanja, sehingga kepribadiannya mungkin lebih baik daripada kakak-kakaknya. Ia jarang punya masalah kesehatan mental, emosi dan perilakunya pun lebih stabil. Pelajaran dari orang tua dan para kakak juga bikin anak bungsu lebih pandai menghadapi tantangan.
Tapi jangan lupa, ada sisi lain yang juga perlu diperhatikan. Karena sering dapat perhatian lebih dari anggota keluarga lain, anak bungsu bisa terlalu manja dan kurang mandiri. Ia mungkin sering merepotkan orang lain untuk menyelesaikan masalah sendiri. Selain itu, jika terlalu banyak dimanjakan, ia bisa menjadi kurang bertanggung jawab dan tidak matang secara personal.
Anak Tunggal
Anak tunggal juga memiliki karakteristik tersendiri. Tanpa saudara kandung, mereka menerima seluruh perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Ini seringnya bikin mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan matang. Mereka cenderung lebih kreatif, independen, dan punya kemampuan komunikasi yang baik karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.
Namun tanpa kehadiran saudara, anak tunggal mungkin merasa kesepian, sehingga akan banyak menghabiskan waktu di luar. Kalau mereka terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan, bisa saja mereka jadi kurang fleksibel dan keras kepala. Plus, terlalu perfeksionis dan tertekan untuk memenuhi harapan keluarga, seperti anak sulung.
Efek urutan kelahiran sering kali dibesar-besarkan dan tidak konsisten.
Ernst & Angst
Ya, lagi-lagi rumusan karakteristik ini sifatnya tidak mutlak. Kenyataan di lapangan pasti akan banyak berbeda.
Orang yang mencetuskan teori dasar tentang urutan kelahiran pada tahun 1924, Alfred Adler, percaya kalau posisi seorang anak dalam keluarga bisa memengaruhi perkembangan kepribadian dan karakteristik mereka.
Meskipun banyak yang mendukung, teori itu juga banyak dikritik oleh para ilmuwan lain. Salah satunya oleh Cecile Ernst dan Jules Angst dalam Birth Order, It’s Influence on Personality (1983).
Mereka menemukan bahwa pengaruh urutan kelahiran terhadap kepribadian cenderung kecil atau tidak ada. Kesimpulannya, efek urutan kelahiran tidak konsisten dan seringnya dibesar-besarkan.