Dia cukup sering dapat job menulis soundtrack film, termasuk yang disutradarai Bertolucci (The Sheltering Sky), Pedro Almodovar (High Heels), Jun Ichikawa (Tony Takitani), dan Alejandro G. Inarritu (The Revenant).
Sakamoto lalu pindah ke New York di tahun 1990. Menetapkan diri sebagai seleb Jepang yang sukses Go International.
Sakamoto dan Gerakan Anti-nuklir
Hidup di negeri orang, tidak membuatnya bersikap cuek dengan tanah kelahiran. Meskipun mengancam prospek komersialnya di Jepang, Ryuichi Sakamoto selalu lantang melawan kebijakan pemerintah yang berpotensi mencemari lingkungan.
Salah satunya dengan meluncurkan kampanye Stop Rokkasho pada tahun 2006 untuk memprotes pembukaan pabrik pengolahan ulang nuklir di desa Rokkasho, Jepang.
Kampanye tersebut dibawa ke jenjang internasional lewat lagu karyanya berjudul Rokkasho. Bersama rapper Shing02 dan gitaris/produser Christian Fennesz, di bawah nama grup Team 6.
Lagu vokal dan instrumentalnya tersedia di bawah lisensi Creative Commons NonCommercial Sampling Plus. Jadi orang-orang bebas me-remix, men-sampling, dan mengubah lagu tersebut.
Tahun 2007, Ryuichi Sakamoto mendirikan kelompok konservasi hutan More Trees (gerakan terakhirnya menulis surat buat Gubernur Tokyo Yuriko Koike, Februari 2023, memprotes rencana penebangan ratusan pohon di area Jingu Gaien sebagai bagian dari proyek pengembangan besar).
2009, dia merilis album “Out of Noise”, berisikan rekaman suara-suara alam yang diambil selama perjalanan ke Greenland untuk memeriksa dampak perubahan iklim.
Setelah insiden kebocoran nuklir Fukushima tahun 2011, Sakamoto semakin gencar memimpin gerakan anti-nuklir, bersama peraih Nobel Kenzaburo Oe. Sakamoto ikut mendirikan Tohoku Youth Orchestra, beranggotakan anak-anak korban bencana.
Juni 2014, Sakamoto didiagnosa menderita kanker tenggorokan stadium III. Tapi itu tidak membuatnya patah semangat dan stop berkarya.
Tahun 2017, setelah menjalani perawatan kanker, Sakamoto merilis album “async”. Album itu sengaja dibuat untuk dirinya sendiri, bukan untuk label, klien, atau soundtrack film. Karya fenomenal itu menjadi salah satu subjek film karya Stephen Nomura Schible tahun 2018, “Ryuichi Sakamoto: Coda”.
Momen yang cukup berkesan di film itu adalah saat Sakamoto berdiri di taman dengan ember plastik di kepalanya, mendengarkan suara hujan.
Kanker kembali menyerang Sakamoto di tahun 2020. Dia sempat menuliskan perjalanan karirnya di jurnal sastra Shincho dan bersumpah akan hidup dengan musik sampai akhir hayatnya.
Ryuichi Sakamotomeninggal dunia pada 28 Maret 2023, di usianya ke 71 tahun. Tapi karya-karyanya abadi.
Musiknya tidak hanya indah didengar, tetapi menjadi medium yang menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan sosial.