Sejarah Nabi Zakaria AS
Nabi Zakaria alaihissalam adalah salah satu nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Alkitab. Nabi Zakaria, nama lengkapnya adalah Zakaria bin Dan bin Muslim, merupakan keturunan Nabi Sulaiman. Dia terkenal sebagai seorang pendakwah yang dihormati oleh kaum Bani Israil di Palestina.
Istri Nabi Zakaria bernama Ilyasya binti Faqud bin Qabil. Ilyasya adalah keturunan Nabi Harun dan memiliki saudara perempuan bernama Hannah. Hannah kemudian diberkahi dengan seorang anak perempuan bernama Maryam, yang menjadi ibu dari Nabi Isa.
Zakaria disebutkan tujuh kali dalam Al-Qur’an, dengan kisahnya diuraikan dalam Surah Ali ‘Imran (3): 37-41, Maryam (19): 1-15, dan Al-Anbiya’ (21): 89-90. Kisahnya juga dicatat dalam Injil Lukas, bagian pertama, pasal satu.
Menurut Al-Qur’an, Zakaria adalah seorang nabi yang mengabdi di Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsa) di Yerusalem. Dia adalah keturunan Harun (Aaron), saudara Musa (Moses). Zakaria dan istrinya, yang dalam Islam bernama Elizabeth (Izbat), telah lama berusaha memiliki anak, tetapi mereka belum dikaruniai keturunan karena usia mereka yang sudah lanjut. Namun, Allah SWT mengabulkan doa mereka dan memberikan mereka seorang putra yang disebut Yahya (John the Baptist).
Alkitab, khususnya dalam Injil Lukas, juga mencatat kisah kelahiran Yahya yang disebut Yohanes Pembaptis. Menurut catatan Alkitab, Zakaria dan istrinya adalah keturunan Harun dan Elizabeth adalah saudara perempuan perempuan dari Maria, ibu Yesus. Malaikat Gabriel muncul kepada Zakaria ketika dia sedang menjalankan tugasnya di Baitul Maqdis dan memberitahunya bahwa istrinya akan melahirkan seorang putra yang akan dinamai Yohanes.
Nabi Zakaria Merawat Maryam
Salah satu tugas Nabi Zakaria adalah mengasuh Maryam, ibu dari Nabi Isa. Dengan penuh kasih sayang, Nabi Zakaria dan istrinya merawat dan mendidik Maryam sejak kecil.
Mereka bahkan membangun sebuah Mihrab khusus bagi Maryam di Baitul Maqdis, tempat ibadah yang merupakan warisan dari Nabi Sulaiman.
Dengan kelembutan, Nabi Zakaria dan istrinya merawat Maryam, meskipun Maryam bukan anak biologis mereka.
Selama perjalanan dakwahnya, Nabi Zakaria fokus pada mengajak kaum Bani Israil untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Meskipun menghadapi tantangan, Nabi Zakaria dikenal sebagai seorang nabi yang lembut dalam menyampaikan dakwahnya, dan dia dihormati oleh kaumnya.
Nabi Zakaria AS Berdoa Meminta Keturunan
Nabi Zakaria diuji dengan keinginan untuk memiliki keturunan yang akan melanjutkan dakwahnya. Meskipun sadar bahwa dirinya dan istrinya sudah lanjut usia dan tidak mungkin bagi mereka untuk memiliki anak, Zakaria tidak pernah kehilangan harapan akan rahmat Allah. Setiap saat, dia memanjatkan doa dengan tekun, memohon kepada Allah agar diberikan seorang anak laki-laki.
Namun, anak asuhnya, Maryam, tidak dapat melanjutkan misi dakwahnya karena pada zaman itu belum ada pendakwah perempuan.
Kisah permohonan keturunan Nabi Zakaria dicatat dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Surah Ali ‘Imran ayat 38 dan 41, Surah Maryam ayat 3-6 dan 9-11, serta Surah Al-Anbiya ayat 89.
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar Doa.” (QS. Ali ‘Imran ayat 38).
“Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (QS. Al-Anbiya ayat 89).
Nabi Zakaria tidak pernah berhenti berdoa kepada Allah untuk diberikan keturunan yang baik sebagai pewarisnya.
Kelahiran Nabi Yahya AS
Allah Swt mengabulkan doa Nabi Zakaria, dan pada suatu saat, Malaikat Jibril turun untuk memberikan wahyu kepada Nabi Zakaria ketika ia tengah beribadah di mihrabnya.
Berita gembira yang disampaikan oleh Malaikat Jibril tersebut dicatat dalam Al-Qur’an, Surat Maryam ayat 7.
“Wahai Zakaria, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya yang nama itu tidak pernah Kami berikan sebelumnya.” (Q.S. Maryam: 7)
Nabi Zakaria merasa campur aduk antara bahagia, kaget, dan penuh tanda tanya. Dia menyadari bahwa usianya sudah lanjut, begitu juga dengan istrinya yang diketahui tidak dapat memiliki anak.
Nabi Zakaria, setelah menerima kabar gembira tersebut, memohon kepada Allah Swt untuk memberikan tanda yang menegaskan bahwa benar-benar akan lahir seorang anak laki-laki untuk melanjutkan misi dakwahnya dalam menyebarkan agama.
Pertanda tersebut turun dalam Surah Maryam ayat 10.
“Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandanya bagimu ialah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama (tiga hari) tiga malam, padahal engkau sehat.” (Q.S. Maryam: 10)
Nabi Zakaria menyampaikan rasa syukur kepada Allah Swt karena doanya telah dikabulkan oleh Yang Maha Pengasih. Sehingga, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Yahya, yang memiliki makna “menghidupkan” atau “membuat hidup”.
Diketahui bahwa kelahiran Nabi Yahya a.s. berdekatan dengan kelahiran Nabi Isa a.s., meskipun ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Yahya a.s. lahir tiga bulan sebelum Nabi Isa a.s.
Sejak kecil, Nabi Yahya a.s. dikenal sebagai seorang yang rajin belajar dan tekun. Kecerdasannya tidak hanya diakui oleh manusia, tetapi juga dihormati oleh hewan karena sikapnya yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.
Kisah Nabi Zakaria AS
Allah Swt mengangkat Nabi Zakaria menjadi seorang nabi pada usia 90 tahun. Bersama anaknya, Nabi Yahya, mereka berdakwah untuk mengajak Bani Israil meninggalkan kefasikan dan patuh kepada perintah Allah Swt.
Diceritakan bahwa Nabi Zakaria dan Nabi Yahya bersatu untuk menentang Raja Herodes, penguasa zalim Bani Israil. Mereka berusaha menyampaikan pesan kepada Raja Herodes mengenai ketentuan pernikahan sedarah.
Raja Herodes berniat untuk menikahi putri tirinya, Putri Herodia, yang terkenal karena kecantikannya. Meskipun jatuh cinta pada Putri Herodia, Nabi Zakaria dan Nabi Yahya menegaskan kepada Raja Herodes bahwa pernikahan semacam itu bertentangan dengan ajaran agama dan kitab suci.
Namun, Raja Herodes tidak menerima teguran tersebut. Sebagai gantinya, ia memerintahkan pengikutnya untuk membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Dilaporkan bahwa Nabi Yahya ditangkap dan kemudian dibunuh sebagai hasil dari perintah Raja Herodes.
Wafatnya Nabi Zakaria AS
Nabi Zakaria berlari ke tempat yang rimbun dengan pepohonan dan bersembunyi di salah satu pohon di sana.
Ada dua versi tentang bagaimana Nabi Zakaria meninggal. Menurut Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, dia meninggal secara alami, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa dia dibunuh.
Diceritakan bahwa setelah bersembunyi, pohon di sekitar tempat tersebut memanggil Nabi Zakaria dan membukakan dirinya, mempersilakan Nabi Zakaria masuk ke dalamnya.
Namun, setan melihat kejadian ini dan menarik sebagian pakaian Nabi Zakaria hingga keluar dari pepohonan, sehingga terlihat oleh pasukan Herodes. Pasukan tersebut kemudian menemukan tempat persembunyian Nabi Zakaria.
Ketika pohon tersebut digergaji, cairan merah keluar dari dalamnya, yang diyakini sebagai darah Nabi Zakaria.
Namun, dalam versi lain, ada dua pohon yang serupa sehingga mengecoh pasukan Herodes. Saat digergaji, pohon itu juga mengeluarkan cairan merah yang dianggap sebagai darah.
Menurut riwayat lain dari Ishaq bin Bisyr yang diriwayatkan dari Idris bin Sinan, dari Wahab bin Munabbih, Wahab menyatakan bahwa orang yang berada di dalam pohon tersebut sebenarnya adalah Yesaya, sementara Nabi Zakaria meninggal secara wajar.
Yesaya adalah seorang nabi dari umat Yahudi yang muncul sebelum zaman Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Kisahnya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an atau hadis, hanya dimasukkan ke dalam Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir.