Nabi Ilyas dipercaya masih hidup hingga saat ini. Nabi Ilyas merupakan salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan ajaran-Nya kepada Bani Israil.
Kisah tentang Nabi Ilyas a.s. ditemukan dalam Al-Quran, yaitu dalam ayat 85 dari surat Al-Anam dan ayat 123-132 dari surat As-Saffat. Dalam ayat 123 dari Surat As-Saffat, disebutkan bahwa Nabi Ilyas a.s. adalah salah satu dari rasul Allah Swt.
“Sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk para rasul,” (Q.S. As-Saffat: 123).
Sejarah Kelahiran Nabi Ilyas
Nabi Ilyas hidup pada zaman raja Ahab dan ratu Jezebel di Kerajaan Israel Utara. Ia dikenal sebagai nabi yang berjuang keras untuk menegakkan kebenaran dan menolak penyembahan berhala yang semakin menjamur pada masa itu.
Nabi Ilyas tinggal di Kerajaan Samaria pada sekitar abad ke-9 SM, di masa pemerintahan Ahab dan kedua penerusnya, Ahazia dan Yoram. Meskipun Alkitab tidak mencatat silsilahnya secara spesifik, hanya menyatakan bahwa dia berasal dari Tisbe di Gilead.
Menurut Aggadah, ada beberapa pendapat tentang asal-usul Ilyas. Ia dikatakan termasuk dari suku Gad. Suku Gad ini keturunan dari Benyamin, orang yang sama seperti disebutkan dalam kitab Tawarikh.
Beberapa ulama Muslim menyatakan bahwa silsilah Ilyas adalah Ilyas bin Yasin bin Fanahas, sementara yang lain berpendapat bahwa dia adalah Ilyas bin Azir. Kedua versi silsilah tersebut menelusuri kembali hingga Eleazar bin Harun.
Kisah Hidup Nabi Ilyas
Nabi Ilyas lahir di desa Tishbe di Gilead pada abad ke-9 SM. Ia tumbuh menjadi seorang yang saleh dan taat kepada Allah sejak usia muda. Ketika mendapat panggilan kenabian, dia tidak ragu untuk menyampaikan pesan-pesan Allah kepada raja dan bangsanya. Dia dikenal sebagai nabi yang pemberani dan teguh dalam keyakinannya.
Salah satu kisah terkenal dari kehidupan Nabi Ilyas adalah saat ia menantang para nabi dewa Baal untuk mengadu kekuatan di gunung Karmel.
Dengan keajaiban dari Allah, api pun turun dari langit dan membakar korban yang dipersembahkan oleh Nabi Ilyas, sementara dewa Baal tidak mampu membakar korban mereka. Peristiwa ini membuat raja Ahab dan rakyat Israel akhirnya mempercayai keesaan Allah.
Kisah lainnya adalah ketika Nabi Ilyas a.s. memohon kepada Allah Swt agar menahan hujan selama tiga tahun. Bani Israil yang menyembah berhala Ba’al kemudian mengalami kekeringan.
Doa Nabi Ilyas a.s. sebenarnya bukanlah permohonan, tetapi sebuah tantangan kepada pemimpin agama berhala Ba’al. Ia mengusulkan agar mereka mengadakan persembahan dan ritual kepada Ba’al untuk meminta hujan. Maksudnya agar mereka menyaksikan apakah dewa itu mampu mendatangkan hujan atau tidak.
Selama tiga tahun, pengikut berhala Ba’al melakukan berbagai ritual dan memberikan persembahan kepada dewa mereka. Namun tentu saja, tidak ada hujan yang turun tanpa izin Allah SWT.
Melihat keteguhan kaumnya dalam menyembah berhala, Nabi Ilyas a.s. bertanya mengapa mereka tidak bertakwa kepada Allah Swt. Tapi jawaban yang ia peroleh malah cemoohan , Bani Israil yang semakin menjadi-jadi.
Nabi Ilyas a.s. kemudian berdoa agar hujan turun, dan Allah Swt mengabulkan doanya. Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang. Beberapa orang langsung mempercayai dan mengakuinya. Sementara yang lain menolak dan bahkan mengejar Nabi Ilyas a.s. untuk ditangkap, menganggapnya sebagai penyebar ajaran ilmu sihir yang sesat.
Nabi Ilyas a.s. menjadi buronan para penyembah berhala dan bersembunyi di sebuah gua di tepi sungai Chorath, di sebelah timur sungai Yordan. Allah Swt mengirimkan burung untuk memberinya makanan dan minuman di tempat persembunyiannya.
Namun, tempat persembunyiannya itu akhirnya ketahuan juga. Ketika musuh-musuhnya mengetahui dan berusaha menangkapnya, Allah Swt mengirimkan azab. Berupa gempa bumi dahsyat yang menimpa kaum yang ingkar, menyebabkan kematian mereka.
Meskipun demikian, Nabi Ilyas a.s. terus berdakwah untuk menyebarkan ajaran tauhid di Ba’labak. Ilyasa, murid setia Nabi Ilyas a.s., juga menjadi seorang nabi yang diimani oleh umat Muslim.
Ketika ajalnya tiba, Nabi Ilyas a.s. menolak Malaikat Izrail yang datang untuk mencabut nyawanya karena merasa malu bahwa ia belum banyak berzikir untuk Allah Swt. Bahkan, ia meminta agar nyawanya diambil pada hari akhir karena khawatir tidak ada yang berzikir untuk Allah Swt sampai akhir zaman.
Allah Swt mengabulkan permintaannya dan menangguhkan kematiannya. Namun, ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Ilyas a.s. tidak tinggal di bumi, melainkan diangkat ke langit.
Nabi Ilyas diangkat ke Langit
Salah satu momen yang paling dramatis dalam kisah Nabi Ilyas adalah ketika dia diangkat ke langit oleh Allah dalam sebuah kereta api yang ditarik oleh kuda berapi. Ini merupakan momen yang luar biasa di mana Nabi Ilyas diberi penghormatan khusus dan diangkat ke langit sebagai bukti atas keistimewaan dan kemurahan-Nya.
Selain kejadian yang memuliakan ini, Nabi Ilyas juga terkenal karena mendirikan sebuah menara di puncak bukit Karmel. Menara ini dibangun olehnya sebagai tempat untuk bermeditasi dan bertapa.
Di dalam menara ini, dia dapat merenungkan, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Menara ini juga menjadi tempat di mana dia menerima wahyu dan petunjuk ilahi.
Ada beberapa riwayat yang masih diperdebatkan oleh ulama bahwa setelah Nabi Ilyas meninggalkan kaumnya, Nabi Ilyas diwafatkan dengan cara diangkat ke langit oleh Allah.
Al-Qur’an tidak mencatat peristiwa kematian Ilyas. Dalam Kitab 2 Raja-raja, riwayat kehidupan Ilyas berakhir dengan peristiwa di mana ia diangkat ke langit.
Kisah tersebut mencatat bahwa Ilyas berjalan bersama Ilyasa’ dan ketika mereka mencapai tepi Sungai Yordan, Ilyas melepas jubahnya dan memukulkannya ke air. Akibatnya, air sungai tersebut terbelah menjadi dua dan mereka dapat menyeberang melalui jalur kering di tengahnya.
Kemudian, tiba-tiba muncul kereta berapi yang ditarik oleh kuda berapi, memisahkan keduanya. Kereta tersebut membawa Ilyas ke langit dalam angin puyuh. Sementara itu, Ilyasa’ melanjutkan peran Ilyas sebagai nabi Bani Israil.
Mukjizat dari Allah SWT
Sebagai seorang nabi, Nabi Ilyas juga diberikan mukjizat oleh Allah sebagai bukti kekuasaan-Nya. Salah satu mukjizat terkenal yang diperoleh Nabi Ilyas adalah mukjizat rezeki yang diberikan kepada seorang janda di Zarefath.
Ketika Nabi Ilyas tiba di kota tersebut, dia melihat seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu. Merasa lapar dan haus, Nabi Ilyas mendekati janda tersebut dan meminta dia untuk memberikan sedikit air minum.
Beliau juga memohon agar janda itu membawakan sepotong roti, namun sayangnya janda tersebut tidak memiliki roti. Dia hanya memiliki sedikit tepung di mangkuk dan sedikit minyak zaitun di botol.
Dengan menyebut nama Allah, Nabi Ilyas meminta janda itu untuk membuat roti, sementara sisanya boleh dimasak sesuai keinginan janda. Dia meyakinkan janda bahwa Allah akan mengisi mangkuk dan botol itu dengan tepung dan zaitun sepanjang tahun hingga hujan datang.
Dan ternyata, hal itu terbukti.Saat itu, negeri itu dilanda kelaparan yang sangat parah, namun Allah memperlihatkan keajaiban rezeki kepada Nabi Ilyas dan janda tersebut. Selama tiga tahun, wanita tersebut bersama anaknya dan Nabi Ilyas makan dari tepung dan minyak zaitun yang tidak pernah habis.
Mukjizat lainnya yang diberikan kepada Nabi Ilyas adalah ketika ia diangkat ke langit dalam whirlwind atau angin siklon yang sangat kuat. Peristiwa ini menjadi tanda kedekatan Nabi Ilyas dengan Allah, sekaligus merupakan bukti kekuasaan-Nya yang maha dahsyat.
Kisah dan mukjizat Nabi Ilyas menunjukkan betapa besar keajaiban Allah dan kekuatan iman seseorang yang sepenuhnya mengandalkan-Nya. Nabi Ilyas membawa ajaran kedamaian, keadilan, dan kebenaran kepada umat manusia, serta mengajarkan untuk selalu berserah dan percaya kepada Allah dalam setiap langkah hidup.
Keteladanan yang Patut di Contoh
Nabi Ilyas dikenal sebagai nabi yang gigih dan memiliki keberanian yang luar biasa dalam menyampaikan ajaran Allah. Ia tidak pernah mundur dalam menghadapi rintangan dan tantangan yang dihadapinya, bahkan saat harus berhadapan dengan raja yang zalim dan musuh-musuhnya.
Nabi Ilyas juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tawadhu, meskipun memiliki kekuatan dan mukjizat dari Allah.
Keberanian, kegigihan, keteguhan, serta tawadhunya menjadikan Nabi Ilyas sebagai teladan bagi umat manusia dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup. Ia mengajarkan pentingnya berpegang teguh pada kebenaran dan iman kepada Allah dalam segala situasi, tanpa terpengaruh oleh godaan dan tekanan dari lingkungan sekitar.
