Friday, May 16, 2025
Kirim tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
Ilustrasi menteri.

Menteri-Menteri Anti Mainstream di Dunia, Indo Belum Kepikiran

by Lionita Nidia
23 October 2024
in Isu
A A
0
SHARES
8
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Presiden ke-8 Indonesia, Prabowo Subianto habis melantik anggota Kabinet Merah Putih, Senin (21/10) di Istana Negara. Kabinet ini diklaim sebagai yang paling gemuk sejak era Orde Baru sampai sekarang, dengan 48 menteri dan 56 wakil menteri.

Prabowo dan wakilnya, Gibran Rakabuming, nggak cuma nambah jumlah kementerian koordinator, tapi juga memecah beberapa kementerian yang udah ada, menciptakan total 22 kementerian baru.

Beberapa kementerian baru ini sebelumnya nggak ada di kabinet Presiden Joko Widodo, seperti Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, dsb.

Selain itu, pejabat setingkat menteri juga ikut dilantik, yaitu Jaksa Agung, Kepala Badan Intelijen Negara, Kepala dan Wakil Kepala Staf Kepresidenan, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional.

Gebrakan Pak Prabowo ini memang cukup bikin geleng-geleng. Tapi ya mungkin menurut beliau pembagian kementerian ini bisa lebih efektif untuk menjalankan pemerintahan 5 tahun ke depan.

Secara umum, tugas kementerian di seluruh dunia sama saja: menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden menjalankan negara.

Meski banyak, kementerian di Kabinet Merah Putih sebetulnya masih normal dan standar saja. Seputar urusan politik, ekonomi, pendidikan, dan (sudah sepatutnya) penunjang kesejahteraan rakyat.

Beliau belum kepikiran bikin kementerian nyentrik, yang menangani urusan-urusan nggak biasa, seperti di negara-negara ini:

India – Kementerian Yoga

India punya kementerian unik yang dinamai Kementerian AYUSH, singkatan dari Ayurveda, Yoga, Unani, Siddha, dan Homeopati.

Kementerian ini dibentuk pada tahun 2014 oleh pemerintahan Narendra Modi dengan misi mempromosikan pengobatan tradisional India. Shripad Naik adalah orang pertama yang menjabat sebagai menteri di sini.

Salah satu kampanye paling terkenal dari Kementerian AYUSH adalah Hari Yoga Internasional, yang pertama kali diadakan pada 2015. Acara ini langsung dipimpin oleh Modi sendiri dan berhasil menarik lebih dari 35.000 peserta yang ikut yoga massal.

Secara garis besar, tugas kementerian ini fokus pada mempromosikan sistem pengobatan tradisional seperti Ayurveda dan Yoga, mendukung penelitian, memastikan kualitas produk Ayush, hingga memperkenalkan pengobatan tradisional India ke kancah internasional.

Sekarang, mereka masih aktif banget dan bahkan lagi siap-siap bikin acara Ayush Medical Value Travel Summit 2024 yang bakal fokus pada transformasi kesehatan lewat pengobatan Ayush.

Saat ini, Shri Jadhav Prataprao Ganpatrao menjabat sebagai menterinya, dengan Shri Rajesh Kotecha sebagai sekretarisnya.

Inggris dan Jepang – Kementerian Kesepian

Kesepian ternyata bisa jadi akar permasalahan serius di masyarakat. Inggris dan Jepang sudah kepikiran untuk mencegah dampak negatif dari kesepian dengan membentuk “Ministry of Loneliness”.

Di Inggris, jabatan ini pertama kali muncul di tahun 2018, ketika Perdana Menteri Theresa May menunjuk Tracey Crouch sebagai Menteri Kesepian. Walau sebenarnya, itu hanya perluasan dari tugas Menteri Olahraga dan Masyarakat Sipil.

Posisi ini punya tugas penting: memastikan kesepian jadi salah satu isu prioritas di parlemen. Jabatan ini dipegang oleh beberapa nama, termasuk Mims Davies, Baroness Barran, dan saat ini dijabat oleh Stuart Andrew.

Pemerintah Inggris juga serius banget dalam usaha mereka, dengan meluncurkan strategi nasional untuk mengurangi kesepian.

Mereka bahkan menyediakan dana lebih dari £20 juta untuk mendukung berbagai inisiatif, mulai dari badan amal hingga proyek teknologi. Serius, mereka punya program yang disebut “resep sosial,” di mana dokter bisa merujuk pasien yang merasa kesepian ke kegiatan komunitas.

Langkah Inggris ini kemudian diikuti oleh Jepang. Pada 2021, Perdana Menteri Yoshihide Suga juga membentuk posisi serupa setelah melihat peningkatan angka bunuh diri selama pandemi.

Ia menunjuk Tetsushi Sakamoto sebagai Menteri Kesepian pertama di Jepang. Tujuannya? Untuk melawan isolasi sosial yang sudah jadi masalah besar di sana, terutama dengan meningkatnya angka bunuh diri hingga lebih dari 20 ribu kasus di tahun 2020.

Uni Emirat Arab – Kementerian Kebahagiaan

Uni Emirat Arab (UEA) nggak main-main soal kebahagiaan warganya. Mereka bahkan punya Kementerian Kebahagiaan, yang dibentuk pada Februari 2016.

Ohood Al Roumi terpilih sebagai menteri perempuan kedelapan di kabinet beranggotakan 29 orang, dengan tugas yang terbilang cukup berat: membawa UEA masuk lima besar negara paling bahagia di dunia pada 2021.

Program Nasional untuk Kebahagiaan dan Kesejahteraan yang dipresentasikan oleh Ohood Al Roumi menetapkan kebijakan untuk menyelaraskan semua program pemerintah demi meningkatkan kesejahteraan warganya.

Program ini nggak cuma fokus ke warga Emirat aja, tapi juga ke penduduk ekspatriat dan pengunjung. Intinya, kebahagiaan di UEA bukan cuma urusan pribadi, tapi jadi tanggung jawab pemerintah juga.

Menurut data yang di-publish di situs pemerintah UEA, Laporan Kebahagiaan Dunia 2024, UEA berhasil naik ke peringkat ke-22 secara global, dibanding peringkat 26 di tahun sebelumnya. Bahkan, di regional mereka ada di posisi kedua. Yang menarik, warga senior di UEA justru menjadi kelompok yang paling bahagia.

Jepang – Menteri Toilet

Jepang nggak cuma terkenal dengan teknologinya, tapi juga toilet-toilet canggih yang mereka punya. Saking pentingnya soal toilet, Jepang bahkan punya museum khusus senilai $60 juta buat toilet. Nggak cukup sampai di situ, pada tahun 2014, Menteri Pemberdayaan Perempuan Jepang, Haruko Arimura, dapat gelar tambahan yang nggak biasa: Menteri Toilet.

Gelar ini datang karena Arimura percaya, memperbaiki toilet umum adalah kunci untuk mendukung kemajuan perempuan, terutama yang bekerja di luar rumah.

Menurut Arimura, toilet umum yang kotor bikin perempuan nggak nyaman, dan kalau mau perempuan bisa bersinar di dunia kerja, ya toiletnya juga harus bersih dan aman. Makanya, pemerintah Jepang berencana buat terus memperhatikan keindahan dan kebersihan fasilitas sanitasi umum.

Arimura bahkan sampai mengangkat gugus tugas khusus untuk memperbaiki toilet umum, dan salah satu subkomitenya fokus banget di masalah ini. Dia bilang nggak masalah dipanggil Menteri Toilet, yang penting misi buat memperbaiki toilet umum bisa jalan terus.

Spanyol – Menteri Seks

Pada 2017, Spanyol sempat bikin gebrakan dengan menunjuk Menteri Seks. Jabatan ini dipegang oleh Edelmira Barreira, yang tugas utamanya adalah bikin pasangan Spanyol lebih aktif di ranjang.

Tujuan utamanya meningkatkan angka kelahiran yang terus merosot. Soalnya, Spanyol sempat melaporkan lebih banyak kematian daripada kelahiran untuk pertama kalinya pada 2015.

Tahun sebelumnya, Spanyol mengalami jumlah kematian yang lebih tinggi daripada kelahiran untuk pertama kalinya, yang berarti populasinya berkurang.

Tingkat kesuburan di Spanyol termasuk yang terendah di dunia maju. Perwakilan dari Kementerian Pendidikan Spanyol bilang kalau penurunan angka kelahiran ini “memperburuk ketidakseimbangan ekonomi lainnya dan berdampak besar pada sistem kesejahteraan negara.”

Pasangan muda di sana banyak yang mengeluh soal kelelahan dan jam kerja yang panjang, makanya populasi makin menurun.

Jadi, pemerintah langsung menunjuk Barreira, seorang pakar demografi, untuk menyusun strategi memperbaiki ketidakseimbangan ini.

SendShareShareTweet

Tulisan Lainnya

Isu

Mitos & Fakta, Benarkah Barak Militer Bikin ‘Anak Nakal’ Jadi ‘Jinak’?

10 May 2025
Isu

Makan Gratis Sukses, Keracunan Cuma Bonus Statistik

9 May 2025
Isu

Vasektomi Dulu, Baru Dibantu?

5 May 2025
Isu

Masih Soal Ijazah, Tapi Kali Ini Milik Karyawan RI Nomor Satu yang Ke-7

28 April 2025
Next Post

Kaus Kaki Pernah Jadi Barang Mewah, Nggak Semua Bisa Punya

Single Baru: "Sans" dari Adurusa (Lamongan), Ajakan Rileks Hadapi Masalah

Film Animasi yang Bukan Buat Anak-Anak, Jangan Ketipu Posternya!

Single Baru: "Catastrophe" dari Lingkar Cendala (Karawang), dari Garage Punk jadi Doom Metal

Please login to join discussion

© 2025 hipKultur.com

Opsi Lainnya

  • About
  • Contact

Ikuti

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Sign Up
Kirim Tulisan
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result

© 2025 hipKultur.com