Nabi Yahya dikenal sebagai Yohanes Pembaptis, adalah salah satu nabi yang dihormati dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Yahya bin Zakaria hidup sekitar 1 SM-31 M, merupakan seorang Nabi yang tercatat dalam Al-Qur’an. Ia diyakini hidup selama 30 tahun.
Pada tahun 28 M, Yahya diangkat sebagai nabi dan diberi tugas untuk menyampaikan dakwahnya kepada Bani Israil di wilayah Palestina. Nama Yahya disebutkan empat kali dalam Al-Qur’an, dan ia diyakini wafat di Damaskus, Suriah.
Sejarah Kelahiran Nabi Yahya
Sejarah kelahiran Nabi Yahya ini tercatat dalam Alkitab bagi umat Kristen dan dalam Al-Qur’an bagi umat Islam.
Menurut Alkitab (Injil Lukas)
Menurut Injil Lukas dalam Perjanjian Baru dari Alkitab Kristen, kelahiran Nabi Yahya diceritakan dalam hubungannya dengan kelahiran Yesus Kristus. Ayah Nabi Yahya, Zakaria, adalah seorang imam dari kelompok imam Abia. Ia dan istrinya, Elisabet, adalah orang-orang saleh, tetapi mereka tidak memiliki anak karena Elisabet mandul.
Suatu hari, ketika Zakaria sedang melayani di Bait Allah, Malaikat Gabriel muncul kepadanya dan memberitahu bahwa istrinya akan hamil dan melahirkan seorang anak, yang akan dinamakan Yahya. Zakaria ragu karena usia mereka yang lanjut, sehingga ia kehilangan kemampuan berbicara sampai kelahiran anak itu.
Namun, sesuai dengan janji malaikat, Elisabet hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki, yang kemudian diberi nama Yahya. Setelah kelahiran Yahya, Zakaria mendapat kembali kemampuan berbicara dan memuji Allah.
Menurut Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, kisah kelahiran Nabi Yahya juga diceritakan. Surah Maryam ayat 2-15 memberikan versi yang mirip dengan yang terdapat dalam Alkitab, meskipun dengan beberapa perbedaan.
Allah mengutus Malaikat Jibril (Gabriel) kepada Zakaria untuk memberitahu bahwa dia akan memiliki seorang anak, meskipun dia dan istrinya sudah lanjut usia. Zakaria meminta tanda dari Allah untuk memastikan kebenaran berita itu, dan sebagai tanda, Allah menjadikan Zakaria bisu untuk sementara waktu.
Kemudian, Allah memenuhi doa Zakaria dan Elisabet dengan memberikan mereka seorang putra yang disebut Yahya. Namun, dalam Al-Qur’an, tidak ada keterkaitan langsung antara kelahiran Yahya dan kelahiran Yesus, seperti yang terdapat dalam Injil Lukas.
Sebelum kelahiran Nabi Yahya, Nabi Zakaria telah diberitahu bahwa putranya membenarkan dan menegakkan firman Allah terkait kedatangan Nabi Isa. Kemudian, Nabi Yahya memang membenarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa, sesuai dengan risalah yang telah disampaikan sebelumnya.
Kisah Nabi Yahya
Dalam Al-Qur’an, Nabi Yahya digambarkan sebagai seorang yang diberkati dengan kebijaksanaan dan pengetahuan bahkan saat masih kecil. Ia selalu menghormati orang tuanya tanpa arogansi atau sikap durhaka.
Nabi Yahya terkenal cerdas dan memiliki pikiran yang tajam. ia rajin beribadah baik siang maupun malam, sehingga tubuhnya menjadi kurus, wajahnya pucat, dan matanya terlihat cekung karena intensitas ibadahnya yang tinggi.
Di antara masyarakat Bani Israil, Nabi Yahya dikenal sebagai seorang ahli agama yang mahir menghafal Taurat. Hal itu tercantum dalam surah Maryam ayat 12-13.
“Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,” (QS Maryam: 12).
“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,” (QS Maryam: 13).
Nabi Yahya memiliki keberanian yang luar biasa dalam mengambil keputusan dan tidak gentar hadapi cemoohan atau ancaman dari penguasa saat berusaha menegakkan kebenaran.
Nabi Yahya aktif mendorong orang untuk bertaubat, ia pernah memandikan orang sebagai simbol taubat di sungai Jordan atau asy-Syari’ah, mandi ini dikenal dengan mandi besar untuk menyucikan diri. Namun kemudian praktek ini diadopsi dalam ajaran Kristen sebagai ritual pembaptisan.
Nabi Yahya membantu ayahnya berdakwah dengan mengingatkan kaumnya dan para pemimpin Bani Israil yang melanggar hukum Taurat. Nama Yahya merupakan pemberian langsung dari Allah. Nama itu belum pernah digunakan sebelumnya, hal tersebut tercantum dalam Al Qur’an surat Maryam ayat 7.
Nabi Yahya Menentang Herodes
Pada masa itu, Herodes, seorang penguasa Palestina, merencanakan pernikahan dengan keponakannya sendiri, Hirodias, yang memang dengan senang hati menjadi permaisuri seorang raja.
Namun, Yahya menentang pernikahan ini karena bertentangan dengan hukum yang terdapat dalam kitab Taurat dan Zabur. Keputusan Yahya disetujui oleh istana, membuat Herodes merasa malu dan marah. Herodes dan Hirodias mencoba mencari cara untuk menghentikan Yahya dengan cara apa pun.
Dikisahkan bahwa Yahya belum pernah menikahi seorang wanita, karena dia sudah terbunuh di usia muda dan dianggap sebagai nabi yang telah mati syahid. Ia mati syahid karena telah dipenggal oleh sang raja atas keinginan keponakannya tersebut.
Allah lantas mengazab Raja Herodus dan pengikutnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih,” (Q.S. Ali-Imran: 21).
Akhir Hidup Nabi Yahya
Menurut Injil, Nabi Yahya akhirnya dieksekusi atas permintaan Herodias. Pada sebuah pesta, putri Herodias menari untuk Herodes dan tamu-tamu, sehingga membuat Herodes berjanji untuk memberinya apa pun yang diminta oleh putri tersebut.
Dipengaruhi oleh ibunya, putri Herodias meminta kepala Yahya Pembaptis di sebuah piring. Herodes terpaksa memenuhi janjinya, dan Yahya pun dipenggal.
Kematian Nabi Yahya dianggap sebagai kesaksian atas kesetiaannya kepada Allah dan keberaniannya dalam menegakkan kebenaran.
Banyak yang mengisahkan kematian Nabi Yahya ‘alaihissalam yang sangat tragis, yaitu dipenggal lehernya. Hal itu sama sekali tidak terdapat dalam Al Qur’an, dan bagaimana mungkin seorang nabi berakhir dengan tanpa diselamatkan oleh Allah.
Pembunuhan yang dialami Nabi Yahya adalah sesuatu yang mustahil, karena Yahya adalah seorang Nabi yang dijaga dan dilindungi Allah dan berita tersebut adalah berasal dari israiliyah dan sebagaimana kebiasaan orang-orang israil adalah ingin merendahkan dan mengecilkan para nabi Allah.
Dalam Al-Qur’an, wafatnya Nabi Yahya tidak secara eksplisit diceritakan. Al-Qur’an memberikan sedikit informasi tentang kisah hidup dan wafatnya Nabi Yahya.