Nabi Musa merupakan salah satu nabi besar dalam agama Islam yang memiliki gelar ulul azmi. Nabi Musa diberi sebuah kitab suci oleh Allah, yang dikenal sebagai Taurat. Beliau diutus oleh Allah SWT untuk membimbing dan memimpin umat Bani Israel dari perbudakan di Mesir menuju tanah yang dijanjikan, Palestina.
Nabi Musa dilahirkan di Heliopolis, Mesir, pada permulaan abad ke-13 SM dan meninggal di Gunung Nebo, Yordania. Informasi ini diambil dari keterangan Afaraeez dalam buku yang berjudul “Karakter Kepemimpinan Nabi Musa a.s. dalam Perspektif Al-Qur’an, Analisis Pada Kisah Nabi Musa a.s.” karya Hidayatullah.
Nabi Musa adalah seorang anggota dari suku Lewi, keturunan dari kedua orang tua yang bernama Amran bin Kehat dan Yokhebed. Secara garis keturunan, Musa adalah cucu dari Yakub bin Ishak dari pihak ayahnya. Dia juga memiliki dua kakak, yaitu Miryam dan Harun, serta dua anak bernama Gersom dan Eliezer.
Masa Kecil Nabi Musa
Menurut riwayat As-Suddi seperti yang disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, Firaun mengalami mimpi yang menakutkan di mana api terlihat membakar rumah-rumah di Mesir dan seluruh kaum Qibti, tetapi tidak menyentuh bani Israil.
Dalam ketakutannya, Firaun meminta penafsiran mimpi tersebut kepada para paranormal dan tukang sihir. Mereka memberitahunya bahwa akan ada kelahiran seorang bayi laki-laki dari kalangan bani Israil yang akan menjadi bencana bagi Mesir.
Mendengar hal ini, Firaun memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh, sementara bayi perempuan dibiarkan hidup.
Hal ini membuat ibu Nabi Musa merasa cemas. Dia kemudian mendapat petunjuk dari Allah untuk meletakkan bayi Musa di Sungai Nil dalam sebuah peti, dan meminta kakak perempuannya untuk menjaganya.
Bayi itu kemudian ditemukan oleh putri Firaun dan dibawa ke istananya, yaitu istana Firaun.
Awalnya, ketika Firaun mengetahui keberadaan bayi laki-laki itu, dia ingin membunuhnya. Namun, karena desakan dari istrinya, akhirnya dia setuju untuk merawat bayi tersebut seperti anaknya sendiri dan memberinya nama Musa.
Musa dibesarkan seperti anak raja lainnya. Dia diberi perlakuan yang sama dan dianggap sebagai anak Firaun. Bahkan, dia sering disebut sebagai Musa bin Firaun oleh orang-orang.
Seperti kebanyakan bayi, Musa membutuhkan air susu ibu. Namun, mencari seorang ibu menyusui tidaklah mudah karena tidak ada satupun dari perempuan yang diundang yang merupakan ibunya.
Kabar tentang pencarian ibu susu ini disampaikan kepada kakak Musa. Setelah mengetahui hal tersebut, kakak Musa berkata, “Saya tidak mengenal keluarga atau ibu dari bayi ini. Saya hanya ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan rajin merawat anak, mungkin bayi itu dapat disusui oleh ibu dari keluarga tersebut.”
Maka, Musa disusui oleh ibunya sendiri tanpa diketahui hubungan sebenarnya oleh pihak kerajaan. Saat tumbuh dewasa, Musa diperlakukan dan dididik seperti anak raja, tumbuh di lingkungan istana.
Nabi Musa memiliki tubuh yang kuat dan gagah. Musa diutus sebagai seorang nabi kepada Bani Israil sekitar tahun 1450 SM, sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-A’raf ayat 144 yang artinya:
“Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegang-teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al A’raf: 144).
Nabi Musa mendapat wahyu pertama di lereng Bukit Tursina. Ia memperoleh pesan ilahi setelah menyaksikan cahaya api dan mendengarkan wahyu dalam bentuk suara dari balik tabir. Kisah penerimaan wahyu ini diabadikan dalam Al-Qur’an, Surah Ta Ha ayat 9–13.
“Dan apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.” Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa. Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).”
Nama Musa tercantum sebanyak 136 kali dalam Al-Qur’an yang terdapat di 30 surah berbeda. Keutamaannya di dalam Islam adalah sebagai penerima Taurat dan mukjizat melalui tongkat. Dia dikenal sebagai tokoh utama bagi umat Yahudi.
Kisah Hidup Nabi Musa
Nabi Musa tumbuh menjadi orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Suatu hari, Musa menyaksikan seorang pekerja Israel disiksa oleh seorang pekerja Mesir. Tanpa pikir panjang, Musa membela pekerja Israel dan membunuh pekerja Mesir tersebut. Akibat dari perbuatannya itu, Musa terpaksa melarikan diri dan hidup di Madyan selama beberapa tahun.
Di Madyan, Musa bertemu dengan seorang tua yang memiliki dua orang putri. Musa membantu kedua putri itu mendapatkan air untuk ternaknya dan akhirnya Musa menikahi salah satu putri tersebut yang bernama Shafura.
Setelah hidup tenang di Madyan, Musa mendengar panggilan Allah SWT melalui semak yang terbakar. Allah memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir dan memimpin umat Bani Israel.
Allah mewajibkan umat Nabi Musa untuk melaksanakan salat, yang harus dilakukan dua kali sehari, pada waktu siang dan sore.
Mendapatkan Wahyu Kitab Taurat
Nabi Musa dikenal sebagai sosok yang sabar, tegas, dan lembut hati. Musa tegas dalam menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya, namun tetap lembut dan penuh kasih sayang.
Keteladanan Nabi Musa dapat dilihat dari kesabarannya dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Musa juga merupakan pemimpin yang adil dan bijaksana, serta selalu siap membela kebenaran meskipun harus menghadapi rintangan yang berat.
Bukti bahwa Taurat diberikan kepada Nabi Musa terdapat dalam firman Allah, seperti yang tercantum dalam surah Al Isra ayat 2.
“dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,”
Ketika Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa, beliau diberi kesempatan untuk berbicara langsung dengan Allah SWT. Bahkan, Nabi Musa diberi gelar “kalimullah” yang berarti orang yang berbicara langsung dengan Allah SWT. Kejadian ini diceritakan dalam firman Allah dalam surah An Nisa ayat 164.
“… Dan kepada Musa, Allah berfirman secara langsung,”
Taurat berisi sepuluh perintah utama yang sering disebut sebagai The Ten Commandments. Secara umum, Taurat mengatur tentang kewajiban untuk mengesakan Allah SWT, menghormati orang tua, dan menghormati hari Sabtu.
Taurat juga mengandung larangan terhadap penyembahan berhala, penyebutan nama Allah SWT dengan sia-sia, pembunuhan manusia, perzinahan, pencurian, kesaksian palsu, dan penyalahgunaan hak orang lain.
Mukjizat Nabi Musa
Nabi Musa diberikan sejumlah mukjizat oleh Allah SWT sebagai bukti kebenaran kenabian beliau. Salah satu mukjizat terbesar yang diberikan kepada Musa adalah mukjizat membelah Laut Merah.
Ketika Musa dan kaumnya dikepung oleh pasukan Firaun di depan Laut Merah, Musa meminta pertolongan kepada Allah. Allah kemudian memerintahkan Musa untuk menampar tongkat ke laut dan laut akan terbelah menjadi dua.
Mukjizat lain yang diberikan kepada Musa adalah tongkat ajaib yang dapat berubah menjadi ular besar. Ketika pertemuan Nabi Musa dengan Firaun dan para tukang sihirnya berasal dari kesombongan Firaun yang menganggap dirinya telah membesarkan Musa. Oleh karena itu, Firaun menolak ayat-ayat yang dibawa oleh Musa dari Rabbnya dan menuduhnya melakukan sihir.
Firaun mengajak Musa untuk berhadapan, yang kemudian Musa menjawab,”…. Waktu kita akan bertemu adalah pada hari raya, dan pada saat itu hendaknya manusia dikumpulkan ketika matahari naik setengah tinggi.” (dari Surat Thaha Ayat 59).
Firaun segera menyebarkan pasukannya untuk mencari para tukang sihir terbaik di seluruh Mesir. Dalam waktu singkat, puluhan ahli sihir terampil telah terkumpul. Pada hari yang telah ditentukan, para tukang sihir datang dengan peralatan sihir mereka.
Musa dihadapkan dengan para ahli sihir Firaun, Musa melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat itu berubah menjadi ular besar yang menelan ular-ular kecil milik para ahli sihir tersebut. Hal ini menjadi bukti kekuasaan Allah atas segala sesuatu di dunia ini.
Selain mukjizat membelah Laut Merah dan tongkat ajaib, Musa juga diberikan mukjizat dalam bentuk air yang mengalir dari batu karang, hujan manna dan burung quail sebagai rezeki bagi Bani Israel di padang gurun, serta mukjizat berupa tangan Musa yang bersinar terang ketika Musa menampakkannya kepada Firaun.
Mukjizat Nabi Musa salah satunya yaitu menghidupkan kembali orang mati yang tidak diketahui pembunuhnya. Nabi Musa as. dapat membangunkan orang yang sudah meninggal dengan cara memukulkan tubuh mayat itu dengan salah satu anggota tubuh sapi betina,sehingga lelaki yang sudah meninggal itu tiba-tiba bangun dan mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah anak saudaranya sendiri. Lalu dia kembali meninggal. Allah SWT berfirman:
“Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.” (Q.S. Al-Baqarah 2:73)
Demikianlah Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya menghidupkan orang mati. Ayat ini menjadi salah satu bukti di samping bukti-bukti lain bahwa Allah SWT akan menghidupkan kembali seluruh umat manusia di Akhirat nanti.
Wafatnya Nabi Musa
Dari sumber detikHikmah, dalam buku Kisah-Kisah dalam Hadis Nabi oleh Muhammad Nasrulloh, diceritakan bahwa ketika tiba saatnya bagi Nabi Musa AS untuk menghadap Allah SWT, maka Allah SWT mengirimkan Malaikat Izrail untuk mengambil nyawanya.
Ketika Malaikat Izrail diutus, Allah SWT mengubah penampilannya menjadi sosok manusia. Kehadiran tiba-tiba Malaikat Izrail tersebut mengejutkan Nabi Musa AS, sehingga dalam kejutan tersebut, Nabi Musa AS secara tidak sengaja memukul Malaikat Izrail hingga matanya menjadi juling dan terlepas.
Ini dicatat dalam riwayat Abu Hurairah, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan:
“Malaikat maut diutus kepada Musa AS. Ketika ia menemuinya, Musa AS mencungkil matanya. Malaikat maut lantas kembali kepada Tuhannya dan berkata, “Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak ingin mati.”
Nabi Musa AS pada awalnya salah mengira Malaikat Izrail yang menyamar sebagai manusia sebagai ancaman yang tidak dikenal dan berusaha melindungi diri dengan cara memukulnya.
Ketika Malaikat Izrail kembali menghadap Allah SWT, ia memberitahu bahwa Nabi Musa AS tidak ingin mati pada saat itu. Kemudian, Allah SWT mengutus Malaikat Izrail untuk turun kembali menemui Nabi Musa AS dan menanyakan kapan waktu kematiannya.
Ketika Malaikat Izrail datang lagi untuk kedua kalinya dengan penampilan manusia, Nabi Musa AS sudah mengenali siapa dia. Dalam pertemuan keduanya, Nabi Musa AS diberi pilihan oleh Malaikat Izrail untuk hidup lama atau dicabut nyawanya. Akhirnya, Nabi Musa AS memilih untuk dicabut nyawanya pada saat itu juga.