Oleh: Siti Cholifah
Beberapa waktu lalu, sosial media rame banget gara-gara satu video yang bikin hati yang nonton langsung nyesek. Di video itu keliatan ada induk gajah lagi sedih banget, berdiri dekat truk yang ternyata di bawahnya ada bangkai anaknya sendiri. Kejadian ini viral dan bikin banyak warganet, bukan cuma di Malaysia tapi juga Indonesia, ikutan nangis.
Gimana sih kronologi kejadian yang bikin haru ini? Yuk, kita bahas pelan-pelan, sambil siapin tisu ya.
Kronologi Tragedi yang Bikin Patah Hati
Semuanya terjadi di hari Minggu tanggal 11 Mei 2025, sekitar jam 2 pagi. Tepatnya di Kilometer 80, Jalan Raya Timur-Barat (Gerik-Jeli) di Perak, Malaysia. FYI, jalur ini melewati kawasan konservasi Hutan Belum-Temenggor, tempat yang memang sudah biasa jadi rute migrasi buat gajah-gajah liar di Semenanjung Malaysia.
Pagi-pagi buta banget, ada satu truk yang lagi jalan. Si sopir katanya udah liat ada gajah dewasa di sebelah kanan jalan. Karena dia ngira aman, dia tetap lanjut jalan kayak biasa. Tapi ternyata, tiba-tiba dari sisi kiri jalan, anak gajah yang mungkin usianya sekitar 5 tahun nyebrang gitu aja. Karena jaraknya deket banget, si sopir nggak sempat ngerem. Bruk! Anak gajah itu akhirnya ketabrak dan langsung meninggal di tempat.
Yang bikin makin sedih, induk gajah yang kemungkinan usianya antara 25–27 tahun itu ada di lokasi dan ngeliat langsung anaknya ditabrak. Bayangin, sebagai ibu, dia ngeliat anaknya tewas di depan mata. Ya naluri seorang ibu lah, dia langsung ngamuk, dorong-dorong truk, ngerusak bagian depannya. Seolah-olah dia pengen mindahin truk itu biar bisa nolongin anaknya yang udah nggak bernyawa. Duh, sedih banget ya.
Sekitar jam 3 pagi, tim dari Perhilitan (semacam BKSDA-nya Malaysia) datang ke lokasi. Tapi ternyata si induk gajah ini nggak mau ninggalin tempat. Dia masih agresif, masih berusaha jaga anaknya—mungkin nggak tahu anaknya udah nggak bisa bangun lagi. Akhirnya tim harus membius si induk sampai tiga kali biar dia tenang dan bisa dipindahin.
Tapi sedihnya nggak cukup di situ, gaes.
Setelah efek biusnya mulai hilang, si induk gajah balik lagi ke lokasi. Padahal anaknya udah nggak ada, tapi dia tetap nyari. Sekitar jam 9 pagi, tim berhasil narik dia balik ke hutan pakai kendaraan khusus.
Dua hari setelahnya, si induk gajah ini ketahuan lagi jalan pelan-pelan di sekitar tempat kejadian. Padahal semua jejak udah dibersihin, tapi dia masih mondar-mandir, kayak bingung. Mungkin dia masih nyari anaknya? Atau belum bisa terima kalau anaknya udah nggak ada? Ah, gajah juga bisa patah hati, gaes.
Gajah Ternyata Nggak Gampang Move On
Mungkin banyak yang nggak nyangka, tapi gajah itu bukan cuma hewan besar dan kuat. Mereka juga makhluk yang punya perasaan. Serius deh, gajah itu punya kemampuan kognitif dan emosional yang luar biasa. Otak mereka aja termasuk salah satu yang paling gede di antara semua mamalia darat, beratnya bisa sampai 4-6 kilogram! Gede banget kan?
Bisa diibaratkan gajah itu hidupnya kayak CCTV berjalan. Karena mereka bisa merekam semua kejadian ke dalam memorinya selama bertahun-tahun. Makanya gajah bisa inget jalur migrasi, tempat makan, bahkan lokasi air yang pernah mereka kunjungi bertahun-tahun lalu. Dan mereka nggak pernah nyasar walaupun nggak pakai Google Maps. Padahal kita aja, kadang walaupun udah pakai Google Maps masih nyasar, hehe.
BTW, pernah dengar nggak, kasus gajah yang balas dendam ke suatu desa setelah 20 tahun diburu? Wih, ngeri banget sih, udah selama itu tapi masih inget. Nggak kayak kita, baru di-ghosting gebetan 3 bulan yang lalu udah marah-marah. Gajah mah ditahan dulu sampai waktu pembalasan yang tepat. Kelas.
Kejadian itu membuktikan kalau gajah juga punya memori sosial yang kuat banget. Bisa inget suara dan bau ratusan individu lainnya. Jadi jangan heran kalau mereka inget trauma juga.
Iya, bener. Gajah bukan cuma nginget hal-hal senang doang. Mereka juga bisa inget kejadian-kejadian buruk kayak perburuan atau kematian anggota kawanan. Bahkan mereka bisa menghindari tempat atau individu yang bikin trauma. Jadi, kalau mereka kehilangan anak, ya tentu aja efeknya besar banget.
Dan ini yang bikin lebih nyesek, mereka punya “ritual kematian” sendiri. Pernah ada laporan peneliti yang ngeliat sekawanan gajah mengubur mayat anaknya pakai daun dan tanah sambil kelilingin jasadnya berjam-jam. Ada juga yang nyimpen tulang belulang keluarga mereka di “kuburan” khusus. Kayak manusia banget kan?
Makanya jangan heran kalau induk gajah di Malaysia itu masih bolak-balik ke lokasi kecelakaan. Bisa jadi dia masih berharap anaknya muncul tiba-tiba, atau mungkin dia cuma pengen say goodbye ke anaknya.
Mereka juga bisa menunjukkan ekspresi lain kayak senang, sedih, marah, atau takut. Misalnya pas main, mereka bisa lari-lari sambil guling-guling di tanah. Tapi kalau sedih, mereka bisa diem banget, kayak melamun, nggak aktif, dan suaranya jadi pelan banget. Itu karena secara fisik, bagian otak yang mengatur emosi itu canggih banget. Bahkan produksi hormon oksitosin mereka tinggi, sama kayak manusia kalau lagi nyoba membangun ikatan batin.
Beberapa studi juga menunjukkan kalau gajah punya kesadaran diri. Mereka bisa mengenali bayangan sendiri di kaca. Ini cuma bisa dilakukan beberapa hewan doang, kayak monyet, lumba-lumba, dan simpanse. Jadi jangan pernah menyepelekan perasaan gajah kayak kamu nyepelein doi ya, eh…
Proses Reproduksi Gajah Ribet & Penuh Perjuangan
Ngomongin soal anak gajah yang meninggal itu, yuk kita bahas dikit soal gimana sih proses punya anak bagi gajah? Ternyata nggak gampang, gaes. Beneran deh, ribet banget.
Gajah betina mulai bisa hamil di usia 10–14 tahun, tergantung spesies dan kondisi hidup mereka. Gajah Afrika biasanya matang seksual di umur 11–12 tahun, sementara gajah Asia lebih telat, sekitar 12–14 tahun. Tapi kalau makan susah atau lingkungan nggak mendukung, bisa lebih mundur sampai umur 16 tahun! Kasihan kan, saat hewan lain cepat banget bisa punya anak, tapi gajah sulit dan lama banget.
Mereka punya siklus estrus tiap 13–18 minggu. Nah, pas lagi masa birahi, betina mengeluarkan tanda-tanda, misalnya mengeluarkan suara jadi lebih sering, keluar cairan dari kelenjar di kepala, dan mulai mendekati jantan. Si jantan juga nggak kalah ribet. Mereka masuk fase musth, di mana hormon testosteron naik gila-gilaan. Di fase ini mereka jadi dominan dan siap kawin.
Yang menarik, jantan bisa deteksi betina yang lagi subur cuma dari bau urin doang. Terus, betina bisa kawin sama beberapa jantan buat mastiin pembuahan. Tapi jangan bayangin mereka langsung punya anak ya, karena hamilnya lama banget!
Masa hamil gajah adalah yang paling panjang di dunia mamalia darat. Gajah Afrika hamil sampai 22 bulan, atau bisa dikatakan hampir dua tahun. Gajah Asia juga nggak jauh beda, sekitar 18–22 bulan. Bisa bayangin nggak capeknya jadi gajah betina? Manusia aja kalau hamil cuma 9 bulan, setahun aja nggak sampai.
Selama hamil, mereka butuh kalori ekstra, sampai 30% lebih banyak. Perut mulai kelihatan gede sekitar bulan ke-12 sampai ke-14. Dan perilaku mereka juga berubah, jadi ekstra hati-hati. Biasanya gajah lahiran pas musim hujan biar makanan banyak. Anak gajah lahir sekitar 80–150 kg, dan tinggi sekitar 85–100 cm. Bayi segede itu, lahir sambil berdiri, kebayang nggak gimana susahnya?
Kelahiran seringnya terjadi pas malam hari, biar lebih aman dari predator. Setelah lahir, anak langsung disusui, dan ASI gajah itu super padat lemak, antara 15–20%. Ini penting banget buat bantu pertumbuhan mereka. Dan yang keren, induk-induk lain di kawanan juga ikutan bantu jaga si bayi, konsep ini namanya alloparenting. Jadi semua betina saling bantu. Huaa! Mengharukan banget nggak sih, care banget ya mereka.
Belum Lagi Parenting
Setelah ngomongin betapa lamanya hamil, ternyata urusan parenting gajah lebih ribet dari manusia! Anak gajah yang baru lahir itu sangat menggemaskan, kayak bayi manusia tapi versi raksasa. Mereka suka mengganggu semua hal, kayak nyolong makanan induknya, bahkan sampai nyebur ke kubangan padahal baru aja dimandiin. Induk gajah harus ekstra sabar menghadapi anak gajah yang usil ini, sekaligus harus tetap waspada dari predator kayak singa atau harimau.
Tapi di balik kelakuan menyebalkan itu, ikatan emosional mereka kuat banget. Pernah liat video gajah kecil ketakutan terus ngumpet di bawah perut induknya? Itu bukan cuma insting, tapi juga bukti kalau mereka punya rasa percaya dan cinta yang dalam. Induk gajah bakal ngejagain anaknya 24/7, di mana pun dan kapan pun, bahkan mungkin rela nggak makan berhari-hari demi mengawasi si kecil. Kalau ada yang ganggu anaknya? Wah, bisa-bisa dihajar sampai keliyengan tuh si pengganggu. Jangan coba-coba deh, ngerii!
Ada satu fun fact yang nggak kalah unik! Gajah itu bisa nyanyi loh—ya walaupun bukan nyanyi beneran sih, tapi mereka bisa niruin suara truk bahkan suara manusia juga bisa. Lucu kan? Beberapa gajah di kebun binatang pernah keliatan niru ucapan pawangnya kayak “halo” atau “ayo”. Uniknya, mereka ngomong pakai belalai yang dimasukkan ke mulut kayak orang lagi senam lidah! Ini namanya vocal learning, yang mana kemampuan ini cuma dimiliki beberapa hewan kayak lumba-lumba atau beo. Jadi selain jadi pengingat yang handal, gajah juga bisa jadi kontestan idol versi hewan. Hehe canda.
Lucu ya gajah bisa niru suara manusia kayak gitu. Tapi, kalau habitat mereka terus terancam bakal jadi sulit ditemukan dong. Bayangin aja gajah butuh ruang luas buat migrasi, tapi karena hutan makin sedikit dan sempit, bahkan kepotong jalan tol atau kebun, gajah jadi bingung dong ini arahnya ke mana. Ironisnya kan gara-gara jalur hutan kepotong jalan raya ya bakalan kejadian kayak yang di jalan Malaysia ini. Padahal buat melahirkan satu anak aja udah effort banget.
Makanya kita juga harus bantu jaga mereka biar nggak tinggal kenangan.

