17 Juni 2016, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), waktu itu dipimpin oleh Drs. Rudiantara, meresmikan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital Indonesia. Salah satu tujuannya, untuk mencetak perusahaan startup yang mampu memberikan solusi atas berbagai masalah yang terjadi di masyarakat, memanfaatkan teknologi digital.
Program ini belum berakhir, bahkan akan dimulai kembali pada 2024. Padahal, Indonesia sendiri sudah menduduki posisi ke-6 sebagai negara dengan startup paling banyak di dunia, menurut StartupRanking. Indonesia tercatat memiliki sekitar 2.564 perusahaan rintisan, lebih banyak dari punya Jerman, Israel, atau Singapura.
Gerakan tersebut pasti akan mendongkrak motivasi para digital kreatif untuk terus berinovasi, melahirkan startup-startup baru dengan potensi tinggi. Dan memang, setiap tahun selalu ada startup baru yang bermunculan. Namun bersamaan dengan itu, tak sedikit pula yang berguguran. Di antaranya beberapa perusahaan berikut ini.
Pegipegi
Online Travel Agent (OTA) yang dulunya pesaing Traveloka dan Tiket.com ini mengumumkan pamit dari Indonesia pertengahan Desember 2023. Perusahaan ini berdiri pada 7 Mei 2012 dengan nama resmi PT Go Online Destinations.
Meski sudah bermitra dengan ribuan penginapan dan puluhan ribu rute transportasi di Indonesia, pada akhirnya Pegipegi terpaksa harus menghentikan operasionalnya. Sebabnya tak diungkapkan secara eksplisit. Mereka hanya menuliskan pesan terakhir secara resmi pada laman website-nya.
“Hampir genap 12 tahun menjadi solusi travel kamu merupakan pengalaman yang tak tergantikan bagi Pegipegi. Namun dengan berat hati, Pegipegi harus pamit,” tulis Pegipegi dikutip dari Bisnis.com, Selasa (12/12/2023).
Rumah.com
Pasar elektronik khusus jual beli properti satu ini juga tutup pada Desember 2023. Rumah.com merupakan salah satu lini bisnis milik Property Guru Group, perusahaan marketplace properti Asia yang berbasis di Singapura.
Penutupan Rumah.com merupakan usaha penyelamatan operasional bisnis Property Guru Group. Mengingat pasar properti yang cukup lesu selama beberapa tahun terakhir, terutama pada masa pandemi.
Hari V. Krishnan, CEO & Managing Director Property Guru, menyatakan bahwa keputusan tersebut tidaklah mudah. Namun, ia menyatakan siap memberikan jaminan kesehatan dan dukungan kepada 61 karyawan Rumah.com Indonesia yang dirumahkan.
Lummo
Lummo adalah start-up yang bergerak di bidang Software as a Service (Saas). Mereka fokus mengembangkan perangkat lunak untuk pencatatan keuangan alias akuntansi, namanya, BukuKas.
Perusahaan yang dulunya bermarkas di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini, pada 2021 sempat memperoleh pendanaan dari anak usaha modal ventura milik bos Amazon, Jeff Bezos. Namun sayang, suntikan dana segar itu tidak mampu menyelamatkannya dari kegagalan dua tahun kemudian.
Singkat cerita, startup yang berdiri sejak 2019 ini mendadak mengirimkan pesan sedih kepada para pelanggannya. Isinya mengungkapkan bahwa aplikasi BukuKas tdak lagi dapat digunakan setelah tanggal 26 Mei 2023. Juga menyarankan kepada para pelanggan untuk segera mengunduh laporan bisnis mereka masing-masing.
CoHive
CoHive sebelumnya adalah EV Hive. Perusahaan ini mengusung bisnis ruang kerja bersama. Berdiri pada 2015, EV Hive didirikan melalui perusahaan Venture Capital, East Ventures. Kemudian diakuisisi oleh sekelompok pengusaha, yaitu Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi pada 2017.
Pioner co-working space di Indonesia ini dinyatakan pailit dengan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 18 Januari 2023.
Menurut keterangan resmi di situs web mereka, CoHive mengungkapkan alasan kebangkrutannya. Di antaranya akibat pandemi yang berkepanjangan, ruang yang semakin berkurang, sampai alotnya suntikan dana.
JD.ID
JD.ID adalah anak perusahaan e-commerce, salah satu yang terbesar di Asia, yakni JD.com. Cabang Indonesia-nya mulai beroperasi sejak 2015, berpusat di DKI Jakarta.
Marketplace yang terkenal dengan produk elektronik dan peralatan rumah tangga ini sempat melahirkan inovasi unggul di kelasnya. Pada tahun 2018, mereka mengembangkan JD.ID X, yaitu pengalaman belanja berbasis Artificial Intelligence (AI) yang pertama di Asia Tenggara.
Menurut Humas JD.DI, penutupan operasional perusahaan tersebut adalah hasil keputusan strategis dari pusat. Pasalnya, mereka berencana untuk fokus menggeluti bisnis logistik dan pergudangan. JD.ID pun akhirnya angkat kaki dari Indonesia, tepat pada 31 Maret 2023.
Tumbasin.id
Tumbasin.id menyediakan layanan e-grocery atau belanja kebutuhan pokok secara online di pasar tradisional. Startup asli Indonesia ini merupakan salah satu hasil Gerakan 1.000 Startup Digital gagasan Kemkominfo.
Pada tanggal 2 Mei 2023, Tumbasin mengumumkan kebangkrutan akibat kesulitan keuangan. Meski demikian, mereka masih tetap memberikan layanan belanja via Whatsapp, khusus bagi pengguna yang berdomisili di Semarang.
Bisnis seperti judi, tetapi dengan pertimbangan lebih matang dan perhitungan yang lebih teliti. Tapi meski sudah sangat matang dan teliti, masih ada takdir yang juga mustahil diprediksi.