Hari Minggu kemarin (14/07/2024), band metal legendaris, Burgerkill bikin konser lagi di Malang. Bisa dibilang mereka datang di saat yang tepat, karena cuaca di kawasan Malang Raya sedang dingin-dinginnya.
Hipmin berkesempatan datang juga di acara bertajuk Reflection of The Past itu. Makanya, terima kasih banyak buat Sinergi Nation dan Malang Underground Society yang sudah memberi kami kesempatan untuk ikut serta.
Bukan cuma Burgerkill, Hipmin juga berkesempatan nonton penampilan para dedengkot musik ekstrem Malang. Sebut saja Extreme Decay, Neurosesick, Dazzle, Sister Murder, plus RTAG sebagai band tamu dari luar Malang.
Acaranya sendiri didukung oleh Djarum Supermusic dan Malang Creative Center (MCC), serta sejumlah partner dan kolega media Kota Malang. Di antaranya Delta Sound & Lighting, Heva Sound, Band.ID, ABD Production, Lonceng 27, Tiketnation, Malang Creative Fusion, NC Creators, Amazing Malang, Bingkai Karya, Sindikasi, Event Malang, Warta Jatim, Info Malang Raya, Asli Malang, Klik Times, Monsterock, Sound Division, Rekam Jaya, Solidrock, Havana Workshop, Sindikat Ndeso, dan TSC Mbareng Terror Krew.
Aktivitas Pra Konser
Agenda kunjungan Burgerkill diawali sesi ngobrol dan jumpa fans di Amphitheatre lantai 5 MCC. Di situ mereka membagikan banyak hal, seperti cerita tentang tur Eropa, perasaan menjadi personel band berusia puluhan tahun, sampai soal teknis permusikan.
Tapi yang cukup jadi sorotan sore itu adalah nostalgia mereka dengan Kota Malang. Seakan memiliki koneksi khusus, mereka menyebut bahwa kunjungan ke Malang selalu memberikan banyak cerita seru.
Bahkan Agung Hellfrog menjawab, “Malang ini seperti kota kedua buat Burgerkill.”
Memang, Burgerkill sudah lama tidak tampil di Malang. Mereka terakhir kali manggung di sini tahun 2017, sementara konser monumental terakhir berlangsung hampir 2 dekade yang lalu.
Ketika ditanya soal bocoran setlist, Agung Hellfrog (gitar) menjawab akan membawakan sebagian besar materi konser tahun 2006, yakni dari album Beyond Coma and Despair. Dan memang, mereka pun membuktikan pernyataannya di panggung.
Gate Pun Dibuka
Pintu masuk venue di Auditorium lantai 7 MCC sudah dibuka, sekitar 2 jam menjelang siang berganti malam. RTAG, unit heavy metal asal Tegal, Jawa Tengah membuka Reflection of The Past.
Puluhan penonton mulai memasuki venue. Terlebih ketika mereka tahu bahwa sesi RTAG akan dilanjutkan oleh Sister Murder. Kwartet female-metal ini pun langsung membuat bergidik lewat suguhan musik kematiannya.
Kemudian Neurosesick naik ke panggung, kali ini mereka tampil dengan formasi original. Dilanjutkan oleh veteran grindcore Malang, Extreme Decay yang awalnya panas penuh keringat, sampai menutup lewat “Downfall of A God Complex” dengan tenang.
Tapi, venue kembali memanas dengan hadirnya kwintet segar yang sedang naik daun, Dazzle. Ramuan trash dan hardcore yang mereka bawakan, sukses membuat masyarakat auditorium tak sabar untuk segera memadati moshpit.
Selepas Dazzle turun, tibalah saat paling dinanti. Satu per satu personel Burgerkill naik, menyedot crowd yang awalnya tersebar, kini berkerumun mendekati barikade.
Burgerkill Tampil
Aksi di panggung dibuka dengan “Darah Hitam Kebencian”. Lalu dilanjutkan beberapa lagu, seperti “Shadow of Sorrow”, “Angkuh”, “Anjing Tanah”, dan banyak lagi. Sementara di pit, penonton berubah meluap-luap saat Burgerkill tampil.
Atmosfer venue yang sudah enerjik usai dipanaskan lima penampil sebelumnya. Bahkan lebih hidup lewat rotasi para Begundal di tengah arena, aksi-aksi surfing nekat, dan tentunya pertunjukan mengesankan Agung, Ramdan, Putra, dan Ronald.
Di tengah pertunjukan, sesaat suasana dibikin hening. Ronald mengajak crowd untuk mengingat sosok-sosok penghuni Burgerkill terdahulu. Ketika gesekan cello intro single “Hollow” mulai mengalun, kekacauan yang dibangun sejak sore sampai malam itu mendadak khidmat.
Tapi tidak berhenti di situ. Pada akhirnya Burgerkill kembali juga ke tabiat asli mereka. Mencecarkan riff-riff garang bertabur progresi cepat dan padat.
Encore “Atur Aku”dimainkan, seketika lingkaran rotasi para Begundal semakin meliar. Tak terhitung bagaimana kerasnya tumbukan-demi-tumbukan tubuh mereka. Riuh dan penuh sesak hingga di akhir lagu cover Puppen itu.
Dan berkat Reflection of the Past, dinginnya Malang malam itu benar-benar hilang.