Ada sekitar 64 negara di dunia yang kompak ganti pemimpin di tahun 2024 ini. Kira-kira hampir separuh populasi dunia dijadwalkan menyalurkan hak suaranya untuk sama-sama menentukan kemajuan bangsa.
Pemilu 2024 ini jadi hajatan tingkat global. Masing-masing negara punya prahara sendiri, tapi kebanyakan nggak jauh dari soal demokrasi.
Beberapa negara sudah punya demokrasi yang mapan, ada yang masih berkembang, dan ada juga yang demokrasi tapi semi-semi otoriter.
Sosiolog budaya dan politik dari Universitas Johns Hopkins, Andrew Perrin bilang, pemilihan akbar dunia tahun ini akan membawa pengaruh besar terhadap konsep demokrasi. Soalnya, para pengamat politik dunia lagi mengamati tanda-tanda kemunduran demokrasi.
Ada lah negara-negara yang pemimpinnya pinter memanfaatkan powernya. Tapi, kata Perrin, rakyat juga sekarang sudah pinter melawan. Popularitas demokrasi, yang diukur oleh opini publik, masih tinggi.
Hasil survei Open Society Foundations di tahun 2023, terhadap lebih dari 36.000 responden dari 30 negara, mendukung pernyataan itu. Lebih dari 80 persen responden mengatakan bahwa mereka ingin hidup dalam demokrasi.
Mari sama-sama kita lihat sekilas, pemilu di beberapa negara berikut ini kabarnya jadi kunci masa depan demokrasi dunia:
Indonesia
Pertama kita bahas negara kita sendiri. Pemilu di Indonesia digelar Rabu, 14 Februari 2024. Rakyat Indonesia bersama memilih Presiden, Wakil Presiden, serta Anggota Legislatif untuk daerah, provinsi, dan nasional dalam satu hari. Ada 5 surat suara sekaligus yang harus dicoblos masing-masing orang.
Dunia juga sebenarnya menyoroti kemelut demokrasi di Indonesia sejak masa reformasi 1998 dulu. Sudah jadi rahasia umum jika demokrasi di Indonesia masih didominasi oleh tokoh-tokoh politik, bisnis, dan militer.
Sekarang, di Pemilu 2024, rakyat Indonesia sedang gencar memperdebatkan kandidat pengganti Jokowi setelah tuntas memimpin dua periode. Ada Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Makin menarik karena Prabowo menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang usianya masih 36 tahun, sebagai wakilnya.
Oleh Mahkamah Konstitusi, Gibran diizinkan mencalonkan diri meski berusia di bawah 40 tahun (batas usia minimun capres-cawapres), karena pengalamannya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang sebelum-sebelumnya mengusung Jokowi, kini memilih Ganjar sebagai kandidatnya. Wakilnya Mahfud MD, yang juga sebelumnya jadi Menteri di kabinet Jokowi.
Sementara, Anies yang banyak didukung kelompok Islamis dan tokoh agama memilih Muhaimin Iskandar, ketua Partai Kebangkitan Nasional (PKB), sebagai pasangannya.
Ketiga kandidat punya kekuatan masing-masing, sehingga pendukungnya pun hampir rata.
Karena cukup banyak hal yang kontroversial di antara mereka, pembahasan soal Pemilu 2024 ini belakangan jadi trending topic di setiap tongkrongan.
Pemandangan sehari-hari, orang-orang saling serang adu jagoan capres cawapres.
Tapi ada hikmahnya, anak muda Indonesia sekarang jadi lebih melek dan sadar politik. Lumayan.
Bangladesh
Bangladesh jadi negara yang mengawali pemilu tahun 2024 ini. Tanggal 7 Januari kemarin.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, memenangkan pemilu untuk kelima kalinya berturut-turut. Sekaligus (mungkin) jadi pemimpin perempuan terlama di dunia.
Partainya Hasina, Awami League terpilih kembali, meski dengan tingkat partisipasi rendah sebesar 40%. AL meraup 167 persen kursi dari total 227 kursi di pemilu.
Hasina sudah berkuasa sejak tahun 2009. Beliau banyak disorot karena disebut bertindak represif terhadap partai oposisi dan aktivis.
Partai oposisi utama, Bangladesh Nationalist Party (BNP), sempat memboikot pemilu, dengan alasan interferensi pemerintah.
Selain ada kasus boikot, pemilu 2024 Bangladesh juga diwarnai insiden kekerasan sampai terror.
Salah satunya pembakaran kereta penumpang, Benapole Express tujuan Dhaka, yang sampai menewaskan empat penumpang, Jumat (5/1).
Dilaporkan The Daily Star, ada lebih dari seratus bom molotov diledakkan di beberapa tempat di kota Habiganj.
Polisi menduga aksi itu dilakukan aktivis BNP supaya warga ketakutan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Taiwan
Pemilu di Taiwan sudah dilaksanakan tanggal 13 Januari. Presiden terpilih menggantikan petahana Tsai Ing-Wen. Tsai dari Partai Demokratik Progresif (DPP) terpilih pada tahun 2016.
Tiga kandidat yang mencalonkan diri untuk presiden adalah Lai Ching-te dari DPP yang dikenal lebih cenderung independen daripada Tsai, pemimpin Kuomintang yang moderat Hou You-yi, dan mantan walikota Taipei Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan.
Pemilu tersebut akhirnya dimenangkan oleh Ketua DPP Lai Ching-te dan pasangan cawapresnya Hsiao Bi-khim.
Dengan kemenangan itu, DPP kembali jadi partai politik berkuasa untuk empat tahun ke depan.
Taruhan dalam pemilu ini bisa dibilang tinggi, karena China memperingatkan risiko perang jika DPP terus berkuasa.
Tapi Taiwan punya sekutu Internasional yang siap menyediakan sarana membela diri, yaitu Amerika Serikat.