• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Top

Ada Meteor Jatuh ke Bumi, Haruskah Kita Ngungsi?

Lionita Nidia by Lionita Nidia
15 September 2023
in Top, Trivia
0
cr: iStock Photo

cr: iStock Photo

0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Rata-rata, meteor dapat melaju melalui atmosfer dengan kecepatan sekitar 30.000 mph (48.280 kph) dan mencapai suhu sekitar 3.000 derajat Fahrenheit (1.648 derajat Celsius).

Sebagian besar meteor adalah pecahan yang terlepas saat dua asteroid bertabrakan. Ada juga, tapi jarang, meteor yang berasal dari Bulan dan Mars.

Seringnya meteorit ini jatuh ke laut. Tapi ada juga yang ditemukan di tempat-tempat kering seperti gurun di Australia atau Antartika, karena di situ mereka tidak cepat tererosi dan lebih sedikit kemungkinan tersembunyi oleh vegetasi.

NASA memperkirakan sekitar 48,5 ton (44.000 kilogram) bahan meteorit tiba di Bumi setiap hari. Makanya kata BMKG biasa aja.

Meteor yang muncul secara masif dengan kecepatan tinggi dinamakan Hujan Meteor, simple. Hujan meteor ini sebenarnya ada juga yang rutinan.

Hujan meteor dinamai berdasarkan rasi bintang dari mana hujan tersebut tampak berasal. Misalnya, Orionid tampak berasal dari rasi Orion, meteor Perseid tampak berasal dari rasi Perseus.

Leonid

Hujan meteor tercerah adalah hujan meteor Leonid. Bisa menghasilkan badai meteor yang menghiasi langit malammu dengan ribuan meteor per menit.

Sebenarnya, istilah “hujan meteor” diciptakan setelah para astronom mengamati salah satu tampilan Leonid yang paling mengesankan pada tahun 1833.

Leonid terjadi setiap bulan November, tetapi tampilan terindah hujan ini terjadi pada interval sekitar 33 tahun, dengan yang terakhir menerangi langit Bumi pada tahun 2002. Tapi belum bisa diperkirakan apakah akan terulang hingga tahun 2028.

Perseid

Hujan meteor rutinan lain adalah hujan meteor Perseid. Ada hubungannya dengan Komet Swift-Tuttle, yang butuh 133 tahun untuk mengorbit matahari.

Bumi melewati orbit komet ini selama bulan Agustus setiap tahun. Meskipun tidak seaktif Leonid, hujan ini adalah hujan meteor yang paling banyak ditonton. Puncaknya biasanya tanggal 12 Agustus.

Orionid

Hujan meteor Orionid menghasilkan meteor dari komet Halley, yang mengorbit matahari setiap 75 hingga 76 tahun.

Hujan Orionid terjadi setiap bulan Oktober dan dapat berlangsung selama seminggu. Saat puncaknya, kamu disuguhkan 50 hingga 70 bintang jatuh per jam, kalau pas kelihatan.

Quadrantid

Hujan meteor Quadrantid berasal dari puing-puing asteroid yang disebut 2003 EH1. Astronom menebak ini adalah bagian dari komet yang pecah berabad-abad yang lalu.

Puing-puing ini masuk ke atmosfer Bumi pada awal Januari.

Geminid

Mirip Quadrantid, hujan meteor Geminid juga berasal dari partikel debu dari asteroid yang mendekat ke Bumi bernama 3200 Phaeton.

Geminid terjadi pada bulan Desember dan menyemprotkan hingga 40 meteor per jam dari rasi bintang Gemini pada puncaknya.

Hujan meteor lain biasanya Eta Aquarids, juga sisa-sisa komet Halley di bulan Mei; dan Lyrids di akhir April.

Melihat Hujan Meteor

Bisa nggak sih kita lihat hujan meteor dengan jelas? Ya bisa, apalagi kalau kamu tinggal di belahan bumi utara.

Kalau bulan pas terang, kamu makin kesulitan melihat hujan meteor. Polusi cahaya juga bisa bikin hujan meteor nggak kelihatan.

Biasanya, hujan meteor paling banyak terlihat di jam-jam menjelang subuh. Tapi juga tergantung kapan bumi melewati lintasan komet atau asteroidnya sih.

Di zaman kuno, objek langit malam memunculkan kepercayaan takhayul dan dikaitkan dengan para dewa dan agama. Makanya kalau melihat benda langit bergerak disuruh berdoa. Segala pesawat juga, hmm…

Meteorit dulu diyakini sebagai hadiah dari malaikat. Ada juga yang berpikir para dewa menunjukkan kemarahan mereka.

Di abad ke-17, banyak yang percaya bahwa meteorit jatuh dari badai petir (disebut “thunderstones”).

“Thunderstone of Ensisheim” adalah contoh terkenal dari meteorit batu yang mendarat di Bumi pada tanggal 7 November 1492, menjadikannya meteorit yang paling tua yang diketahui dan masih disimpan di Eropa, menurut Forbes.

Banyak ilmuwan skeptis bahwa batu bisa jatuh dari awan atau langit, dan seringkali mereka tidak percaya pada cerita orang-orang yang mengklaim pernah melihat hal-hal seperti itu.

Menurut New England Historical Society, tahun 1807, ada bola api meledak di atas Connecticut, dan beberapa meteorit turun hujan. Ketika itu, sejumlah asteroid pertama sudah ditemukan. Dan dari situ muncul teori baru bahwa meteorit adalah pecahan dari asteroid atau planet lain.

Page 2 of 3
Prev123Next
Tags: meteormeteor jatuhscienceTech
Previous Post

Penyanyi Ini Cuma Rilis 1 Album Semasa Hidupnya, Tapi Sukses Melegenda

Next Post

Katanya, Orang Berkepribadian Kuat Pasti Punya Ciri-ciri Berikut Ini

Next Post
Ilustrasi: harimau yang disimbolkan punya kepribadian dan karakter yang kuat

Katanya, Orang Berkepribadian Kuat Pasti Punya Ciri-ciri Berikut Ini

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.