Apa biasanya yang kamu pikirkan kalau melihat sebuah lukisan? Takjub, terharu, terkesan aja, bingung, atau justru malah takut?
Macem-macem sih ya. Memang nggak semua lukisan itu terlihat indah dan memanjakan mata. Ada lukisan yang khusus dibuat untuk menampilkan kengerian sebuah peristiwa, atau pesan dan sindiran mendalam dari penciptanya.
Sejarah lukisan cukup panjang dan nggak lepas dari perkembangan peradaban manusia. Dari zaman prasejarah, nenek moyang kita sudah ngide bikin gambar di dinding gua, biasanya pakai kapur atau arang, buat menceritakan momen penting hidup mereka.
Mereka juga pakai dedaunan yang dikunyah buat pewarna. Objek-objek yang sering muncul adalah binatang, manusia, dan alam, kadang bentuknya diimprovisasi biar lebih punya nilai seni.
Kalau zaman dulu, lukisan bukan sekadar gambar, tapi juga cerminan pemahaman dan imajinasi manusia terhadap dunia di sekitar.
Seiring berkembangnya peradaban, pelukis-pelukis dunia juga makin kreatif menciptakan karya. Gambar yang dihasilkan kadang bisa bikin bulu kuduk berdiri, saking seram dan disturbing-nya.
Meski sebenarnya, lukisan-lukisan itu sarat makna kalau kamu beneran mau mendalami. Ini, Hipmin sudah rangkumkan 8 lukisan yang terkenal seram sepanjang masa:
“Saturn Devouring His Son” – Francisco Goya
Dilukis antara tahun 1819 dan 1823, karya ini jadi salah satu lukisan paling ikonik dan ngeri dalam sejarah seni. Francisco Goya menggambarkan dewa Saturnus yang memakan anaknya sendiri. Sebagai ekspresi sisi paling gelap dari mitologi Yunani dan kekejaman manusia.
Latar belakang hitam muram, darah mengalir dari tubuh setengah dimakan, juga tatapan mata yang menyeramkan, Goya berhasil bikin banyak penonton merinding.
Lukisan kabarnya juga menandai perubahan gaya dari karya-karya awal Goya yang lebih terkesan optimistis.
Keputusasaan dan kekacauan mental pribadi Goya kelihatan jelas di detail brutal lukisan ini. Mencerminkan rasa kecewa sang seniman terhadap dunia yang segini malesinnya.
“The Garden of Earthly Delights” – Hieronymus Bosch
Bosch menciptakan triptych ini antara tahun 1490 hingga 1510. Lukisan ini diakui dunia sebagai salah satu karya seni paling misterius.
Bosch menggambarkan transisi dari surga ke neraka dengan sangat unik.
Di panel kiri tampak ketenangan surga, sedang panel kanannya menunjukkan kekacauan neraka dengan pesta pora penuh penyiksaan.
Lukisan ini penuh dengan simbolisme dan surealisme yang menantang penggambaran tradisional seni keagamaan.
Makhluk aneh dan lanskap surealis bisa bikin penonton gelisah kalau memandanginya lama-lama.
Detail yang rumit dan ambigu dalam lukisan ini juga memancing interpretasi yang macem-macem. Coba nilai sendiri.
“The Nightmare” – Henry Fuseli
Kamu pasti langsung bisa bayangin kondisi nyatanya, kalau lihat karya yang dilukis pada tahun 1781 ini.
“The Nightmare” menggambarkan seorang wanita yang lagi tidur lelap, dadanya diduduki incubus—iblis berwujud laki-laki yang suka memperkosa wanita yang sedang tertidur.
Ada juga wujud kuda berwajah menakutkan yang bersembunyi di kegelapan.
Fuseli seperti ingin memadukan sensualitas dan horor dalam satu komposisi. Representasi hasrat dan ketakutan mendalam manusia.
Ketindihan incubus, serem ah.
“The Face of War” – Salvador Dalí
Dilukis selama periode antara Perang Saudara Spanyol dan Perang Dunia II, “The Face of War” karya Salvador Dalí ini menangkap esensi penderitaan dan kehancuran gara-gara perang.
Kelihatan ada wajah-wajah kecil yang menjerit di mata dan mulut. Seperti penggambaran orang-oirang yang tersiksa.
Ular-ular yang melingkari wajah juga ngasih kesan bahaya dan ngeri.
Dengan gaya surealis khas Dalí, lukisan ini menggambarkan perang yang nggak berkesudahan.
Dalí memperlihatkan kekejaman manusia dan kehancuran lingkungan, buntut dari sebuah konflik.
“Dante and Virgil in Hell” – William-Adolphe Bouguereau
Bouguereau, yang terkenal dengan detail realistis dan teknik klasiknya, menciptakan salah satu lukisan yang cukup disturbing di tahun 1850.
Adegan di lukisan ini terinspirasi dari puisi naratif Divine Comedy karya Dante Alighieri.
Lukisan tersebut menggambarkan Gianni Schicchi, seorang penipu, yang menggigit tenggorokan Capocchio, alkemis yang dikutuk.
Karya ini punya teknik pencahayaan dramatis, mengilustrasikan pertempuran di neraka dengan latar belakang penuh kekacauan.
Bouguereau sengaja nggak ngikut tren artistik Romantisisme yang emosional. Alih-alih, dia memilih pendekatan akademis, menonjolkan anatomi tubuh manusia.
Waktu itu, pendapat kritiskus terbagi soal lukisan ini. Ada yang memuji keterampilan teknisnya, ada juga yang merasa karya ini terlalu kaku dan kurang emosional.
Tapi, “Dante and Virgil in Hell” dianggap jadi salah satu contoh penting dari akademisme—seni lukis dan patung yang diproduksi atas pengaruh akademi seni Eropa.
“Pyramid of Skulls” – Paul Cézanne
Cézanne yang biasanya dikenal dengan lukisan still life buah-buahan dan botol, bikin gebrakan dengan lukisan “Pyramid of Skulls” (1898-1905).
Memperlihatkan tumpukan tengkorak manusia. Mewakili memento mori—pengingat bahwa kematian adalah keniscayaan.
Françoise Cachin, sejarawan seni, bilang kalau tengkorak dalam karya ini terlihat sebagai sesuatu yang “menyerang pengamat.”
Karya ini nggak cuma merefleksikan pandangan Cézanne terhadap kefanaan. Tapi bikin yang lihat otomatis merenung tentang hidup dan mati.
“The Severed Heads” – Théodore Géricault
Théodore Géricault, pelopor Romantisisme, menggambarkan sisi kelam kehidupan melalui karyanya “The Severed Heads” (1818-1820).
Telihat ada dua kepala terpenggal yang berlumuran darah, mengekspos anatomi tubuh manusia setelah kematian.
Géricault memang seneng mengilustrasikan penderitaan manusia dalam lukisannya.
Karya ini katanya dibuat untuk mempelajari bagaimana tubuh manusia membusuk.
Komposisi yang sederhana tapi kuat ini bikin yang nonton ingat-ingat lagi soal perang dan hukuman mati.
“The Scream” – Edvard Munch
Kamu pasti familiar dengan karya satu ini. “The Scream” adalah lukisan paling terkenal Edvard Munch (1893-1910). Mengekspresikan ketakutan dan kecemasan mendalam dalam jiwa manusia.
Karya ini sudah dilukis dalam berbagai media selama lebih dari 17 tahun.
Subjek sentral dalam lukisan ini adalah sosok misterius yang berdiri di jembatan, menghadap ke pemandangan seram sambil kelihatan seperti lagi teriak.
Latar belakangnya terinspirasi dari fenomena asli—matahari terbenam di fjord Norwegia yang terlihat oleh Munch sebagai “awan merah darah.”
Kata Munch, jeritan yang dia lukiskan bukan berasal dari manusia. Tetapi dari alam itu sendiri.
Garis-garis melengkung yang mengalir dari sosok tersebut, menciptakan perasaan disorientasi dan teror.
Sebagai karya ekspresionisme, “The Scream” berhasil jadi salah satu lukisan paling ikonis di dunia.