Ada tiga poin penting yang bisa mewakili esensi dari Devil’s Still Alive. Namun, seperti rilisan sebelumnya, ada hal-hal menarik yang perlu dicatat dari label kreatif Soundjana ini.
Pertama, judul yang mencekam tidak hanya mencerminkan semangat untuk tidak menyerah meskipun dalam keadaan tertekan. “Devil’s Still Alive” diambil dari lirik “The Oldbook,” lagu keenam dalam album debut mereka, Take It Over.
Kedua, sesi ini jelas tidak terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak. Selain tim produksi yang dipimpin oleh Aldike Anggara (produser) dan Manaditara (visual), ada peran penting dari Bimo Donoseputro sebagai co-executive producer. Dalam hal peralatan, kontribusi dari LED Rovspot dan Nora Visual, serta dukungan logistik dari Alam Kitchen, restoran favorit di Tulungagung, dan bantuan publikasi dari Terpapar! Musik, semuanya turut mendukung kesuksesan sesi ini.
Ketiga: Setlist. Selain memainkan 4 lagu yang sudah dirilis (“Head on Fire”, “Awesome”, “The Oldbook”, dan “Dystopian Tropical Sojourn”), IGMO juga mempersembahkan 2 lagu baru berjudul “Spyhole” dan “Karakoram”. Kabarnya, keduanya akan dimasukkan ke dalam album kedua mereka di masa mendatang.
Tentu saja, versi studio dari “Spyhole” dan “Karakoram” – bersama dengan 10 lagu lainnya – masih dalam proses penggarapan. Album yang berjudul Absurd, Artificial, Potential diharapkan akan selesai tahun ini.