Alkisah ada seorang santri yang lagi bingung cari kebenaran, lalu datang untuk berguru ke seorang sufi. Karena saking penasarannya, ia bertanya:
“Aku cuma punya satu pertanyaan. Kenapa setiap kali tanya ke seorang sufi, aku selalu dapat jawaban yang beda-beda?”
Sang guru sufi nggak menjawabnya secara lugas, tapi berkata, “Mari kita jalan-jalan di kota ini. Barangkali kita bisa nemu jawabannya.”
Mereka berdua jalan-jalan sampai di pasar. Lalu sang sufi melihat seorang penjual sayur, dia mendekatinya dan bertanya, “Sekarang waktunya salat apa?”
Penjual sayur menjawab, “Ini waktu salat Subuh.”
“Terima kasih,” balas si sufi.
Keduanya melanjutkan perjalanan lagi. Sampai beberapa waktu berikutnya, ketemu seorang penjahit. Si sufi menghampirinya, lalu bertanya, “Waktu salat apa sekarang?”
“Ini waktu salat Zuhur,” jawab si penjahit.
Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan, sufi dan muridnya melanjutkan perjalanan. Di tengah langkah-langkah itu, mereka terus ngobrol dan menikmati perjalanan. Sampai akhirnya, ketemu dengan seorang penjilid buku.
Lagi, sang sufi mendekati penjilid buku itu, lalu bertanya, “Waktu salat apa sekarang?”
Si penjilid buku menjawab, “Sekarang waktunya salat Asar.”
“Baiklah, terima kasih,” jawab sufi.
Sufi langsung noleh ke muridnya, si pencari kebenaran yang kebingungan. Lalu bertanya, “Apa kamu ingin melanjutkan percobaan ini? Atau, apa sekarang kamu sudah paham bahwa pertanyaan yang sama, jawabannya bisa banyak, beda-beda, dan benar semua?”
Realitas itu Cair
Sering kita mengira bahwa setiap pertanyaan cuma punya satu jawaban benar. Tapi, hidup nggak sama kayak soal ujian. Realitas itu cair, jadi kebenaran bisa tergantung konteks, waktu, tempat, dan subjek yang mengalaminya.
Cerita di atas mungkin bisa jadi pengingat buat kita, agar lebih terbuka dalam menerima sudut pandang yang beda. Apa yang benar sekarang, belum tentu sama benarnya dengan besok. Tapi belum tentu salah juga, karena kebenaran hari ini bisa jadi cuma bagian kecil dari kebenaran sejati suatu saat nanti.
Selain itu, perlu diingat juga bahwa konteks itu sangat penting. Dalam hidup, kita seringnya ngotot menuntut jawaban pasti, lupa bahwa setiap situasi punya jawabannya sendiri-sendiri. Hal yang kayak gini perlu dipahami, biar kita bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.
Jadi, alih-alih sibuk cari jawaban tunggal, kenapa nggak menikmati perjalanan dan nemu banyak jawaban yang masing-masing punya maknanya sendiri? Soalnya, pada akhirnya kebenaran itu bukan sekadar apa yang kita dengar, tapi gimana kita memaknainya.
Cerita asli: Different Every Time