Baru-baru ini, kabar bahagia datang dari solois kenamaan asal Kota Malang, Mas’aril Muhtadin alias Mati Di Saturnus.
Beliau berhasil merilis album keduanya di bulan September 2023 lalu dengan judul “Menyedihkan”.
Siapa sangka, salah satu musisi terproduktif di Malang Raya ini ternyata hanya butuh waktu 2 tahun saja untuk memproduksi album Menyedihkan setelah album Sophomore yang merujuk dari Balada Orang Orang Piknik, rilis di tahun 2020.
Puas mengenyam asam garam di kancah permusikan Malang Raya, tak buat Mati Di Saturnus mengerucutkan pendengarnya ke dalam koridor musik folk saja.
Tanpa sengaja ternyata Mati Di Saturnus juga memperluas genrenya ke slowcore, indie rock, ballad, dan post rock.
Pantas saja, hingga saat ini Mati Di Saturnus tetap konsisten memproduksi lagu-lagu hitsnya sesuai zaman.
Kekreatifan Mati Di Saturnus memang tak direncanakan, kekreatifan solois ini ternyata mengalir sekenanya.
Suka terinspirasi dari King Gizzard and The Lizard Wizard, Mati Di Saturnus terkadang ambil mazhab unfettered exploration yang mengedepankan konsep musik berjalan sejak kehidupan dimulai.
“Musik adalah ritme panjang yang berjalan sejak kehidupan ini dimulai, dan saya baru saja memulainya,” kata Aril
Meski begitu, Aril ternyata tak sembarangan meletakkan senjata ampuhnya yang tertuang di setiap album.
Tampaknya, Aril meletakkan senjatanya di bagian lirik lagu setiap album Mati Di Saturnus.
Kebanyakan liriknya juga berasal dari cerita fiktif yang dihiasi ironi, berkat paham teistik dan nihilistik inspirasi dari renungan panjang seorang Aril.
Lebih lanjut, Aril mengaku tak mau sembrono, dan butuh waktu lama untuk bisa mendapat sudut pandang yang sempurna untuk memandang sebuah fenomena.
“Apabila lagu-lagu yang saya tulis adalah sesuatu yang naif dan sembrono saya akan mencari cari pembenaran hingga saya menemukan pembenaran atas apa yang saya tulis, apabila saya tidak menemukan pembenaran itu maka tulisan itu akan saya buang saja. Saya pun tidak pernah benar benar mengkonsep secara kaku terhadap lagu lagu saya, semua mengalir begitu saja,” kata Aril
Dari sifat konsistennya, Aril mengambil tema album Menyedihkan yang terinspirasi dari hal-hal personal yang ada pada dirinya, terlebih tema ini juga tak jauh berbeda dengan tema lagu pertamanya yang berjudul “Kata.”
Album ini menuangkan rasa sedih tentang kenyataan dan kondisi psikologis seseorang, yang membahayakan bahkan bisa menjelma sebagai mata rantai kejahatan.
Mengisahkan kisah menyedihkan seorang fanatik agama, yang punya pergulatan batin dalam menentukan keputusan berjabat tangan dengan rutinitas yang dianggapnya menyedihkan. Tentang bagaimana kita bisa dibungkam dengan kabar kabar yang bersifat membodohkan, tentang seorang pemuda kesepian yang mengalami krisis diri yang tak kunjung terselesaikan, hingga tentang jeritan senyap bocah bocah korban pemerkosaan.
Maka, bisa disimpulkan album Menyedihkan ini sejatinya memang dirilis untuk menutupi segala ketidak-elegan-an yang pernah Aril lakukan.
Lebih lanjut album ini juga dirilis sebagai persembahan proses meminta maaf dan memaafkan diri sendiri, yang juga dimanifestasikan ke dalam lagu terakhir album ini yang berjudul “Sudahlah”.
Sebuah wujud kerelaan dan keikhlasan yang juga menjadi langkah keluar dari cara pandang nihilisme yang selama ini ia jalani.
Jadi, walaupun album Menyedihkan sebagai album kedua Mati di Saturnus, album ini akan terasa lebih depresif dari album pertama. Untungnya masih ada resolusi pengakhiran di akhir album sebagai bentuk “berdamai dengan diri sendiri”.
Jika kamu penasaran, saat ini kamu bisa menikmati album kedua Mati Di Saturnus yang bertajuk Menyedihkan di platform streaming musik Indonesia.
Spotify