Film “Inside Out 2” produksi Disney Pixar sekarang lagi jadi perbincangan banyak orang. Soalnya, film animasi ini ternyata banyak mengandung makna penting terkait kesehatan emosional. Salah satunya, perkara anxiety atau kecemasan yang sering dirasakan remaja puber.
Lewat kisah Riley—tokoh utamanya—yang sekarang sudah remaja, film Inside Out 2 mengeksplorasi kemunculan emosi baru di tengah masa pubertas.
Di Inside Out 2, pubertas digambarkan sebagai fase penuh perubahan yang membawa emosi-emosi baru ke “pusat kendali” di kepala Riley.
Riley yang sekarang sudah berumur 13 tahun nggak hanya dikontrol oleh pengendali emosi utama: Joy, Disgust, Fear, Anger, dan Sadness.
Ada tim baru yang membikin emosi Riley semakin komples: Envy, Ennui, Embarrassment, dan Anxiety.
Film ini nggak cuma menunjukkan perjalanan emosional Riley, tapi juga ngasih pandangan tentang bagaimana emosi-emosi baru ini mempengaruhi hidupnya sehari-hari dan interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya.
Kedatangan Anxiety
Sosok Anxiety sekarang jadi penguasa baru di diri Riley.
Anxiety digambarkan sebagai karakter yang selalu waspada dan cemas akan apa yang mungkin salah. Dia punya misi utama membuat Riley diterima di lingkungan baru.
Anxiety sebenarnya berniat membantu Riley menghadapi ketakutannya. Tapi justru gara-gara dia, kadang Riley jadi merasa takut berlebihan.
Demi menjalankan semua misinya, Anxiety sudah menyiapkan rencana sepuluh langkah ke depan, termasuk skenario terburuk.
Peran Anxiety yang terlalu over control ini bikin Riley tidak bisa menikmati hidup, susah tidur, gampang panik, dan ingin selalu jadi sempurna.
Tapi sebenarnya, film ini ngasih tahu penonton gimana cara terbaik untuk mengontrol kecemasan.
Menurut Kevin Foss, founder California OCD and Anxiety Treatment Center, film ini sangat relevan ditonton anak muda yang sering merasa cemas dan khawatir berlebih.
Alasan pertama, film ini menunjukkan bahwa kecemasan adalah emosi yang normal dan umum dialami oleh semua orang.
Ini penting buat membantu remaja merasa lebih diterima dan nggak merasa sendirian dalam perjuangan mereka.
Lalu, film Inside Out 2 menggambarkan kecemasan dengan cara yang sangat visual dan mudah dipahami, sehingga penonton muda lebih mudah mengenali dan mengungkapkan perasaan mereka.
Adanya karakter-karakter baru yang mewakili berbagai aspek dari kecemasan membantu penonton memahami bahwa kecemasan nggak selalu bersifat negatif, malah bisa menjadi alat yang membantu mereka lebih waspada dan berhati-hati.
Anxiety Juga Ada Gunanya
Salah satu hal menarik dari Inside Out 2 adalah bagaimana film ini melihat kecemasan sebagai sesuatu yang nggak selalu buruk.
Psikolog dari University of Reading, Alana James mengacungi empat jempol atas penggambaran Anxiety di film ini.
Menurutnya, kecemasan memang bisa berkembang sejak masa anak-anak, dan intensitasnya makin meningkat saat remaja. Memang jauh berbeda bentuknya dengan gangguan kecemasan atau anxiety disorder, yang sudah di tahap memerlukan pengobatan khusus.
Kata Alana James, ‘kekhawatiran’ adalah bagian yang nggak bisa terlewatkan di tumbuh kembang seorang manusia.
Di Inside Out 2 ini, diceritakan kalau sejumlah masalah akan muncul saat Anxiety semakin mengambil alih kontrol emosi Riley.
Anxiety memutuskan bahwa jati diri Riley yang telah dibangun sebelumnya tidak lagi sesuai dan harus dibuang. Bahkan emosi-emosi asli Riley ikut diasingkan agar tak mencampuri kendali Anxiety.
Sampai akhirnya, Joy dkk menyadari bahwa jati diri Riley tidak harus dibangun dari memori yang mengesankan saja. Anxiety juga punya peran yang berguna, asalkan tidak berlebihan.
Dalam menghadapi situasi baru dan tidak dikenal, Anxiety bisa membantu remaja untuk lebih berhati-hati dan waspada. Tapi jangan sampai kecemasan itu mendominasi.
Dalam perjalanannya, Riley nggak sendirian. Dukungan dari keluarga dan teman-temannya sangat penting dalam membantu dia mengatasi tantangan emosional yang dia hadapi.
Sama pentingnya dengan jaringan dukungan yang kuat bagi remaja di kehidupan nyata.
Inside Out 2 membantu penonton, terutama remaja, untuk melihat kecemasan a.k.a anxiety bukan sebagai musuh, tapi bagian alami dari perjalanan menuju kedewasaan.